Numerik Al Quran

Buku Terbaru Belajar Numerik Al Quran


Assalamu’alaikum wr.wb. Para Peminat Numerik Al Quran..
Dengan senang hati kami informasikan, telah terbitnya buku baru tentang :
Pengenalan Dasar Paradigma Numerik Struktur Al Quran
yang mengupas tentang korelasi paradigma numerik dengan paradigma verbal, konsep dan metode dasar pemahamannya, kedudukan ilmu numerik dalam bagan pengetahuan, dll.
Semoga buku ini dapat memberikan kemanfaatan bagi para peminatnya dan kami pun sangat berharap sosialisasi dari keilmuan ini dapat memberikan sebuah kontribusi yang baik bagi perkembangan ilmu Al Quran, khususnya dalam program “pengentasan buta angka/numerik Al Quran” menyusul program yang sudah lebih dahulu dicanangkan yaitu “pengentasan buta huruf/aksara Al Quran”.
Karena di dalam buku ini akan dijelaskan dan dipaparkan dengan cukup detail, betapa pentingnya kaidah-kaidah angka/numerik yang tertera di Al Quran. Termasuk disampaikan pula beberapa hasil posting yang ada pada blog ini.
Demikian dari kami, semoga bermanfaat. Terimakasih
Wassalam
Syaiful Husein

Sedikit kutipan dari buku : Pengenalan Dasar Paradigma Numerik Struktur Al Quran
Posisi Paradigma Numerik dalam Dunia Pengetahuan
Kembali kami hadirkan pengulangan materi yang telah disampaikan di buku kami sebelumnya “Psikologi Qur’ani, Bukan Sekedar Teori”. Yaitu tentang bagan pengetahuan. Pengulangan-pengulangan materi kajian ini sebenarnya dimaksudkan sebagai upaya penekanan pemahaman atas paradigma yang relatif masih sangat belia ini. Selain itu, memang pada kenyatannya, masing-masing kajian dari materi numerik ini selalu saling terkait satu sama lainnya.
Tabel bagan pengetahuan di bawah ini sebenarnya adalah untuk memperlihatkan kedudukan atau posisi paradigma numerik ditengah-tengah berkembangnya berbagai macam pengetahuan di muka bumi ini.
BAGAN PENGETAHUAN
Keterangan :
  • Sunatullah : Segala yang Allah ciptakan tak pernah lepas dari kerangka Sunatullah yang ditetapkanNya. Tingkat tertinggi pencapaian ilmu manusia hanya mampu mencapai tingkatan tentang sunatullah. Di atas segalanya, Allah itu sendiri, adalah dzat diluar sistem sunatullah. Tingkat absoluditas dan kemahaan Allah tak akan pernah ada yang mampu menyentuhnya.
  • Ayat Kauniah : adalah ayat-ayat Allah yang tidak tertulis di Al Qur’an atau dengan kata lain selain dari firman Allah yang tertulis di Al Qur’an, seluruh yang ada di alam semesta ini, dikategorikan sebagai ayat kauniyah.
  • Ayat Kauliah : adalah firman Allah yang dituliskan sebagai ayat-ayat Allah di Al Qur’an.
Penjelasan Bagan Pengetahuan
Ilmu pengetahuan tentang ayat kauniah yang selama ini dikenal dalam bangunan sains umum, bila dipisahkan berdasarkan perangkat dasar yang digunakan sebagai alat elaborasinya, yaitu sebagai alat yang merepresentasikan obyek dalam notasi simbolik untuk analisis dan sebagai alat komunikasi, maka akan didapat dua kelompok klasifikasi.
Dalam kelompok pertama, yaitu kelompok verbal, terdapat ilmu-ilmu humaniora dan sosial seperti :
  • Disiplin ilmu budaya
  • Hukum
  • Sejarah
  • Bahasa, dll
Sedangkan kelompok kedua yang menggunakan numerik, menghasilkan disiplin ilmu seperti :
  • Ilmu matematika, fisika, kimia, dll
Dengan menggunakan kategori yang sama, maka pembagian ilmu-ilmu yang mengelaborasi ayat kauliah, dengan sendirinya akan menghasilkan dua kelompok klasifikasi yang sama juga.
Kelompok verbal menghadirkan beberapa disiplin ilmu seperti :
  • Ilmu hukum
  • Bahasa
  • Sejarah
  • Sosial, dll.
Sedang kelompok numerik “seharusnya” juga menghasilkan berbagai bentuk ilmu. Hanya saja untuk kelompok numerik ini, sangat belum dikenal mengingat usianya yang masih sangat baru. Tetapi dari hasil berbagai terapannnya dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai kasus dapat disimpulkan ia menempati kedudukan yang sama dengan kelompok ilmu-ilmu lainnya. Sebenarnya disinilah terletakblank atau kekosongan kajian Al Qur’an yang terjadi selama ini. Mengingat catatan historis dimana banyak ilmuwan muslim yang melahirkan produk-produk sains pada abad pertengahan seperti Ibnu sina, Al Jabar dll, jelas sebenarnya khasanah paradigma numerik ini sudah ada sejak lama, namun memperhatikan kembali tentang terputusnya link data sejarah pada abad pertengahan, diyakini kajian tentang numerik Al Qur’an telah dimusnahkan atau bahkan dicuri oleh musuh-musuh Islam.
Tiap kelompok tipikal ayat pada bagan di atas menghasilkan produknya masing-masing. Kelompok verbal menghasilkan, diantaranya, wacana sejarah, peraturan-peraturan dan lembaga-lembaga. Sedangkan kelompok numerik tentunya harus mampu melahirkan teknologi baru yang Qur’ani.
Skema klasifikasi ini tentu terlihat sangat sederhana dan reduktif mengingat dinamika sosiologi pengetahuan tidak lagi menunjukkan pengkristalan kutub-kutub disiplin ilmu, tetapi sebaliknya, justru mengarah pada integrasi melalui program penelitian dan penerapan yang bersifat interdisiplin. Namun melalui bagan skema ini terlihat bahwa:
  1. Ada bagian dari kelompok klasifikasi ilmu yang belum hadir selama ini, yaitu numerik kauliah. Padahal ia adalah sebuah konsekuensi yang logis dari kategori pembagian ilmu berdasarkan perangkatnya, sebagaimana juga terjadi pada bagian yang lain, yaitu bagian ilmu-ilmu kauniah.
  2. Menunjukkan sumber yang sama, yaitu sunnatullah, yang berintikan Al Qur’an.
Persamaan karakter dari dua kelompok ilmu sama sekali bukanlah untuk mencari pengakuan keilmiahan ajaran Islam. Tetapi itu adalah sebagai sebuah konsekuensi yang wajar, dan setiap pendekatan akan dinyatakan ilmiah dengan sendirinya bila mempunyai metodologi, dan bisa dibuktikan secara berulang.

Kelahiran Rasulullah saw yang Menggemparkan


Dua belas Rabiul awal tahun Gajah, merupakan saat paling berharga di sepanjang zaman peradaban manusia, termasuk bagi alam semesta raya ini, menyambut kehadirannya dengan berbagai reaksi alam yang menakjubkan. Sebuah kelahiran yang menggemparkan dunia, tak satu insanpun dimuka bumi ini yang terlahir kedunia ini dengan sebuah proses yang seluarbiasa kelahiran sang rasulullah. Salah satu pristiwa yang juga terjadi semasa kelahiran rasulullah adalah dengan pristiwa penyerangan pasukan Abhrahah ke Mekkah dalam rangka untuk menghancurkan ka’bah. Namun berkat kuasaNya, bangunan tersebut tetap terpelihara, agar manusia kelak di zaman-zaman selanjutnya dapat memahami dan mengerti maksud yang terkandung dan terselubung di balik makna ka’bah.
Dibalik nilai 105 dan 571
Di Al Qur’an, pristiwa penyerangan ka’bah ini diabadikan dalam Qs. Ke 105 (Al Fiil) yang berarti Gajah. Hal ini juga berkaitan erat dengan pengistilahan tahun kelahiran rasulullah adalah pada tahun gajah. Sedangkan dalam perhitungan masehi tahun gajah adalah setara dengan tahun 571. Dalam uraian dibawah ini akan diperlihatkan sebuah korelasi yang saling berkait diantara ke 2 nilai ini, yang pada akhirnya mengindikasikan tentang risalah (Al Qur’an) yang kelak akan disampaikan kepada Muhammad saw.
Nilai 105 bila ditambahkan dengan nilai 571 akan diperoleh nilai : 105 + 571 = 676. Sebuah angka yang unik, karena merupakan angka yang saling bercermin, 67 dan 76. Di Al Qur’an nilai 7 dihubungkan dengan jumlah ayat dari surat pertama di Al Qur’an yaitu Qs. 1 (Al Faatihah), sedangkan nilai 6 dihubungkan pula dengan jumlah ayat dari Qs. terakhir di Al Qur’an yaitu Qs. 114 (An Naas).
Jelas memperlihatkan sebuah korelasi yang erat dengan Al Qur’an bukan?
Dalam perhitungan lain, bila ke 2 nilai ini (67 dan 76) dihubungkan dengan Qs. 47 (Muhammad) dengan jumlah ayatnya 38, maka akan terlihat seperti skema dibawah ini :
47-676
Kembali terlihat dengan penggabungan awal dari 2 variasi nilai yang terkait dengan tahun kelahiran rasulullah yaitu nilai 105 (Al Fiil/Gajah = tahun Gajah) dengan 571 (tahun masehi dari tahun gajah), dan menghubungkannya pula dengan Qs. Muhammad sangat jelas kaitannya dengan Al Qur’an, risalah yang akan diterimanya 40 tahun kemudian.
Al Faatihah (Pembuka) dan Rasulullah
Qs. 1 Al Faatihah bermakna pembukaan, ternyata berhubungan erat dengan pristiwa kelahiran sang rasul (sang pembuka/pembaharu) peradaban manusia. Dalam penjabaran disini akan diperlihatkan hubungan antara variabel nilai yang terkait dengan pristiwa kelahiran sang rasul yaitu :
  • Tanggal kelahiran :   12
  • Bulan kelahiran    :   bulan ke 3 (Rabiulawal)
  • Tahun kelahiran   :   tahun gajah (Qs. 105 Al Fiil/Gajah), tahun 571 (perhitungan masehi)
Bentuk skemanya adalah :
Al Faatihah - 571
Sebuah kesempurnaan tiada tara. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi, terkecuali hanya satu yang Maha Cerdas dan Maha Cepat Perhitungannya yang mampu melakukannya. Lantas apakah kondisi ini tak juga dapat “memelekkan” mata kita untuk mengakui tentang kedahsyatan numerik Al Qur’an, yang jelas-jelas merupakan sistematika yang sempurna dari Maha Karya dari “Tangan-tanganNya”?.
Nilai 571 dalam Juz ‘Ama
Juz ‘ama dikenal sebagai Al Qur’an kecil, pada masa awal pembelajaran Iqra’ Al Qur’an selalu dimulai dengan pelajaran pembacaan di juz 30 ini. Seharusnya jumlah surat yang terkandung di juz ini adalah 37 surat, yaitu Qs. ke 78 (An Naba) sampai dengan Qs. 114. Namun pada kenyataannya yang terjadi acap kali Qs. 1 (Al Faatihah) dimasukkan kedalam juz ini. Kembali harus dikritisi keadaan ini, ada pesan apakah di balik ini semua? Memang begitulah manusia, harus selalu berupaya untuk mengkritisi dan bertanya serta memiliki rasa penasaran yang tinggi agar selalu memperoleh progres ilmu yang terus-menerus meningkat.
Dengan penambahan 1 surat yaitu Qs. Al Faatihah ke dalam juz ini, maka jumlah surat yang ada menjadi 38 surat. Sudah mulai terlihat sebuah keterkaitan dengan Qs. 47 (Muhammad) karena jumlah ayat dari Qs. 47 adalah 38 ayat. Selanjutnya bila ke 38 surat ini dijumlahkan keseluruhan ayatnya, maka akan diperoleh nilai sebagai berikut :
  • Qs 78 (An Naba) sampai dengan Qs. 114 (An Naas) : 564 ayat
  • Penambahahan satu surat yaitu Qs. 1 Al Faatihah    :     7 ayat
  • Sehingga jumlah ayatnya menjadi 564 + 7 ayat        : 571 ayat
Semakin jelas korelasinya antara pembahasan disini dengan kelahiran sang rasul. Beliau adalah layaknya manusia biasa yang tentunya juga pernah mengalami masa kecil, lantas mengapa juz ‘ama + Qs. 1 Al Faatihah ini kerap diberik istilah Al Qur’an kecil? Subhanallah, sebuah “kebetulan” yang memang benar-benar terencana.
Nilai 571 dalam Ar Rahman
Tidak ada surat pun yang berjudul “Allah” sebuah bukti bahwa Allah di sini tak kan pernah terjangkau oleh alam fikir manusia. Perlu di informasikan, bahwa dalam kajian numerik disini tidak akan pernah mengurai tentang lafadz Allah (ﷲ), karena dalam mengkaji Al Qur’an pun harus ada “kode etiknya” sebagaimana perintah Allah yang kurang lebih berbunyi “jangan pernah usik-usik tentang DzatKu, pelajari saja tentang segala ciptaanKu”, sebuah pesan yang dapat dimaknai bahwa setiap pembahasan tentang diriNya, sejauh apapun akal ini mampu menggambarkanNya atau mendefinisikanNya tetap saja belum dapat mewakili tentang diriNya yang sebenarnya. Sehingga dengan pemahaman dan keyakinan ini, dalam kajian numerik ini tak akan pernah dijumpai penguraian lafadz Allah (ﷲ). Sementara beberapa pengkaji Al Qur’an lainnya (yang tentu memiliki argumentasi tersendiri) menguraikan lafadz Allah (ﷲ) menjadi 4 abjad yaitu Alif, lam, lam dan ha). Perbedaan ini tak perlu diperdebatkan karena masing-masing metode tentu mempunyai landasan teori dan argumentasinya. Yang jelas, Al Qur’an sebagai sumber ilmu, sangat tak terbatas khasanah ilmunya, dengan menyalahkan metode pengkajian lain berarti mempersempit khasanah ilmu Al Qur’an itu sendiri.
Diantara 114 surat, Allah mewakili diriNya (menjadi judul surat) dengan salah satu asmanya (Asma ul Husna pertama) yaitu Ar Rahman , yang terletak pada posisi Qs. ke 55. Ada keunikan dalam surat ini, yang bila diuraikan akan diperoleh 3 variasi huruf yaitu :
  • Alif Lam Ra : اﻠﺮ
  • Haa Mim : ﺤﻣ
  • Nun : ﻥ
Di dalam Al Qur’an ada 5 Surat yang di awali dengan Alif Lam Ra : اﻠﺮ yaitu :
  1. 10 Yuunus
  2. 11 Huud
  3. 12 Yuusuf
  4. 14 Ibrahim
  5. 15 Al Hijr
Kemudian ada 7 surat yang di awali oleh Haa Mim ( ﺤﻣ ) yaitu :
  1. 40 Al Mu’min
  2. 41 Hamin As Sajdah
  3. 42 Asy Syuraa
  4. 43 Az Zukhruf
  5. 44 Ad Dukhaan
  6. 45 Al Jaatsiyah
  7. 46 Al Ahqaaf
  1. Dan di akhiri dengan satu surat yang di awali dengan huruf Nun(ﻥ ), yaitu Qs. ke 68 (Al Qalam).
Dengan pengelompokkan ini maka diperoleh variabel pengelompokan dengan formasi 5-7-1. Mengingat korelasi nilai 571 sebagai tahun kelahiran rasulullah dan memperhatikan makna Ar Rahman yaitu Yang Maha Pengasih, serta dihubungkan pula dengan 31 ayat yang di ulang-ulang di Qs. 55 (Ar Rahman) yaitu :
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Lafadz pada ayat ini diulang-ulang sebanyak 31 kali, pada ayat ke : 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, 77
Jelas terlihat di sini, bahwa dari 31 kali pertanyaan Allah pada surat ini adalah mempertanyakan “rasa syukur” seluruh manusia tentang nikmat diturunkanNya rasulullah dan Al Qur’an kemuka bumi ini, sehingga kurang lebih pertanyaan-pertanyaan tersebut bermakna :
“Nikmat Allah mana lagikah yang engkau dustakan (setelah Aku turunkan kemuka bumi ini seorang yang bernama Muhammad saw?)”
“Nikmat Allah mana lagikah yang engkau dustakan (setelah Aku sampaikan Firman-firmanKu kepadanya?)”
“Nikmat Allah mana lagikah yang engkau dustakan (setelah Al Qur’an sampai kepada mu, wahai manusia?)”
Dan seterusnya.. dengan berbagai kenikmatan yang tak terhingga atas kehadirannya sang Rasululllah ke muka bumi ini. Sehingga sudah sangat selayaknya beliau memiliki keutamaan sebagai rahmatan lil’alamin.
Dan Kami tidak Mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (Qs. 21 Al Anbiyaa’ 107)
Dengan pengulangan sebanyak 31 ayat di dalam Qs. 55 (Ar Rahman) ini, maka tentu ada 47 ayat lagi yang bukan merupakan ayat pengulangan. Karena Qs. 55 (Ar Rahman) seluruhnya berjumlah 78 ayat. Nilai 47, jelas berkaitan dengan surat Muhammad, sehingga 31 ayat pengulangan pertanyaan Allah pada surat ini jelas-jelas tertuju kepada nikmat dihadirkannya rasulullah kemuka bumi ini, sekaligus nikmat Al Qur’an yang beliau terima sebagai mukjizat terbesar sepanjang masa. Lantas dalih apa lagikah yang dapat diutarakan untuk menampik nikmat dan kebenaran Al Qur’an? Berkenankah kita menjadi orang-orang yang tak mau mensyukuri kehadiran Muhammad saw dan diturunkanya Al Qur’an? Terlebih lagi, dengan kelancangan sebagian umat yang mengakui adanya nabi ke 26 setelah rasulullah, sebuah pengingkaran yang nyata terhadap nikmat luar biasa yang telah Allah anugerahkan (Muhammad saw dan Al Qur’an) kepada manusia.
Selain itu, formasi pembagian 31 ayat dan 47 ayat di surat Ar Rahman merupakan sebuah bukti tentang tidak mungkinnya ada seseorang yang dapat menandingi kesempurnaan rasulullah, jangankan menandingi, untuk mendapatkan kesetaraan dengan beliaupun sangat tak mungkin terjadi. Pemahaman ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
  • Di dalam surat Ar Rahman terdapat 31 kali pengulangan ayat. Nilai 31 ini bila disetarakan sebagai jumlah ayat sebuah surat, maka juga merupakan jumlah ayat dari Qs. 76 (Al Insan/Manusia). Sedangkan bila nilai 31 dikonversikan menjadi nomor surat, adalah Qs. 31 (Luqman) sebuah simbol kebijaksanaan, walaupun ia bukan seorang nabi, namun karena kebijaksanaan dan ketinggian akhlaknya merupakan sosok yang patut disuritauladani. Ini sebuah indikasi bahwa sesempurna-sempurnanya manusia (Qs. 76, Al Insan), ia hanya akan mampu memperoleh tingkatan menjadi seseorang yang arif dan bijaksana (Qs. 31, Luqman), dan tetap tak mungkin bisa dikategorikan sebagai nabi, apalagi setara dengan rasulullah.
  • Sedangkan 47 ayat selebihnya, yang bukan merupakan ayat-ayat pengulangan, mengandung pesan bahwa sosok sempurna yang harus dijadikan sebagai parameter dalam proses pencapaian sebuah kearifan dan kebijaksanaan, adalah rasulullah sendiri, Muhammad saw (Qs. 47), termasuk dengan seluruh nilai-nilai qur’ani yang dimilikinya. Nilai 47 hanya dapat dikonversikan sebagai nomor surat dan tidak bisa menjadi jumlah ayat, karena dari 114 surat di Al Qur’an tak ada satupun yang berjumlah 47 ayat. Ini kembali merupakan sebuah bukti bahwa tak ada satu insan pun dimuka bumi ini yang dapat menyamai apalagi melebihi seluruh kriteria yang dimilikinya. Atau dengan kata lain, tak akan mungkin ada satu manusia pun setelah beliau yang mampu menggantikan posisi kerasulannya, mustahil ada nabi setelah dirinya.
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.
Qs. 33 Al Ahzaab 21
Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Qs. 33 Al Ahzaab 40
Doa Nabi Ibrahim as
Dalam ayat ke 127, 128 dan 129 di surat ke 2 Al Baqarah, dikisahkan ketika nabi Ibrahim as berdo’a dan meminta kepada Allah swt untuk mengutus seorang rasul bagi anak cucunya kelak, yang membawa kitab dan al hikmah. Kala itu nabi Ibrahim as dan anaknya Isma’l as berdoa setelah selesai melaksanakan pembangunan baitullah (ka’bah).
Ayat-ayat tersebut adalah :
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Memang pada kenyatannya do’a tersebut dikabulkan oleh Allah. Terbukti dengan lahir rasulullah di Mekkah di kota tempat didirikannya ka’bah oleh leluhurnya, Ibrahim as. Seluruh ketentuan Allah dalam merencanakan pengutusan para nabiNya, memang telah diatur jauh-jauh sebelumnya, di kitabullah, Al Qur’an di Lauhi Mahuz, Allah adalah Maha Berencana. Namun dengan diabadikannya kisah pada ayat tersebut di Al Qur’an merupakan sebuah bukti bahwa Allah sangat menghargai ikhtiar dan do’a yang bersungguh-sungguh, apalagi dilakukan oleh seorang nabi seperti Ibrahim as. Sementara orang mungkin berpendapat, apabila memang turunnya nabi Muhammad saw adalah “berkat” do’anya nabi Ibrahim, lantas apakah kalau tidak dido’akan beliau maka Muhammad saw tidak akan hadir dimuka bumi ini? Tidaklah demikian, bagaimana kalau pertanyaan itu dikembalikan lagi, bukankah nabi Ibrahim as melakukan do’a tersebut pun tak lepas dari kehendak Allah juga? Tak akan selesai permasalahan ini apabila terus dipertanyakan dan diperlebar, karena bila sudah menyentuh wilayah kehendak Allah, kemampuan akal manusia tak akan mampu mencernanya, salah-salah bisa terjebak pada asumsi-asumsi manusiawi yang pada akhirnya akan menjerumuskan manusia kepada pemahaman-pemahaman yang “menyeleweng” dari ketentuanNya. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang telah diciptakan oleh Allah, dan manfaat apa yang bisa diraih dari hikmah tersebut serta bagaimana menindaklanjutinya menjadi sebuah sikap yang bermanfaat pula.
Salah satu hikmah yang dapat diambil dari pristiwa doanya nabi Ibrahim di atas akan diuraikan lebih lanjut. Di Al Qur’an surat Ibrahim tepat berada pada urutan surat ke 14. Dengan sebuah metode perhitungan yaitu sistem deret hitung, maka dari nilai 14 akan diperoleh nilai 105. Yaitu sebagai hasil dari penambahan nilai-nilai mulai dari 1 sampai dengan 14, yaitu : 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 + 11 + 12 + 13 + 14 = 105. Sebagaimana sudah diketahui 105 adalah nomor surat dari Qs. Al Fiil (Gajah), surat yang menggambarkan tentang sebuah pristiwa penyerangan ka’bah oleh pasukan gajah (pasukan Abrahah), dimana pada tahun itu pula sang rasulullah Muhammad saw dilahirkan. Sebuah konektifitas yang jelas antara doa nabi Ibrahim as (yang meminta untuk diutusnya seorang rasul bagi anak cucunya) dengan kelahiran Muhammad saw.
Pada uraian-uraian sebelumnya juga sudah disampaikan tentang hubungan nabi Ibrahim as dengan ka’bah, yaitu nabi Ibrahim (nabi ke 6) dan ka’bah yang memiliki 6 sisi. Sebuah “kebetulan” yang direncanakan Allah. Selanjutnya bila nilai 6 kembali di deret hitungkan maka akan diperoleh nilai :1+2+3+4+5+6= 21 (Qs. 21, Al Anbiyaa’/Para Nabi). Terbukti melalui 2 keturunannya yaitu nabi Isma’l as dan Ishaq as, 17 nabi kembali diangkat oleh Allah swt. Sehingga ada 19 nabi (setelah nabi Ibrahim as) di utus ke muka bumi ini. Sudah dijelaskan pula bahwa nilai 19 ini terkait pula dengan jumlah rusuk bangunan ka’bah. Bila nilai deret hitung 6 yaitu 21 ditambahkan dengan 19, maka akan didapat nilai 40. Lantas apakah ini memang sebuah “kebetulan lagi” karena ternyata Muhammad saw diangkat menjadi rasulullah pada usia 40. Bukankah dari hasil perhitungan di atas sangat jelas keterkaitan antara do’a nabi Ibrahim as dengan kelahiran Muhammad saw? Bahkan sampai usia pengangkatan kerasulannya pun “dijawab dan dikabulkan” Allah dengan begitu sistematisnya?
Kisah singkat perjalanan Rasulullah
Sebenarnya, uraian ini telah ada pada paparan sebelumnya, namun ada baiknya diulang kembali. Mengingat materi ini masih sangat erat kaitannya dengan pembuktian tentang keabsahan Muhammad saw dan Al Qur’an.
Bila diperhatikan mulai surat ke 105 (Al Fiil / Gajah / tahun kelahiran rasulullah) sampai dengan surat ke 113, jelas terlihat sebuah keterkaitan yang dapat menggambarkan tentang sejarah singkat nabi Muhammad saw. Lengkapnya surat-surat tersebut adalah :
105-113
Penjelasan :
  • Rasulullah dilahirkan pada tahun Gajah (Qs. 105, Al Fiil). Dan beliau berasal dari kaum Quraisy (Qs. 106, Al Quraisy). Sebelum diangkat menjadi rasul beliau dikenal sebagai orang yang sangat dipercaya (Al Amin) dan berguna bagi masyarakatnya (Qs. 107, Al Ma’un). Kemudian Muhammad mendapatkan wahyu, sebuah pemberian yang tak ternilai (Qs. 108 Al Kautsar). Wahyu tersebut disampaikan kepada masyarakat Mekkah, tetapi sebagian besar mereka menolak ajakan Rasulullah untuk beriman kepada Allah dan memilih untuk tetap kafir (Qs. 109, Al Kafirun). Penolakan mereka kemudian berkembang menjadi kebencian dan keinginan memerangi Rasulullah. Tetapi Allah memberikan pertolonganNya (Qs. 110, An Nashr). Dalam salah satu peperangan Abu Lahab (Qs. 111, Al Lahab), salah satu tokoh yang sangat keras perlawanannya terhadap Rasulullah, tewas. Hampir semua peperangan berhasil dimenangkan oleh Rasulullah dan kaum muslimin, sehingga Islam terus berkibar ke berbagai negeri. Beramai-ramai orang menyatakan syahadat, pengakuan akan keesaan Allah (Qs. 112, Al Ikhlash). Maka terbitlah fajar baru peradaban umat manusia (Qs. 113, Al Falaq).
  • Mungkin sementara pembaca akan bertanya, mengapa harus surat ke 105 menuju surat ke 113? Dimulai dari nilai 105 jelas karena diambil dari surat Al Fiil (Gajah) yang merupakan indikasi tentang tahun kelahiran Muhammad saw. Bila nilai 105 ini ditambahkan dengan nilai pada jumlah ayatnya yaitu 5, maka akan diperoleh nilai 105 + 5 = 110. Selanjutnya nilai 110 (An Nashr) kembali dijumlahkan dengan jumlah ayatnya maka akan diperoleh nilai 110 + 3 = 113. Sampai disini perhitungan tidak dilanjukan lagi karena apabila nilai 113 kembali ditambahkan dengan jumlah ayatnya maka akan diperoleh nilai 118, yang merupakan nilai di atas 114 atau dengan kata lain telah di luar konteks nomor surat di Al Qur’an. Akan tetapi apabila nilai 118 ini dikonversikan sebagai sebagai jumlah ayat, maka ia adalah merupakan jumlah ayat dari surat ke 23 (Al Mu’minun).
  • Dengan perolehan nilai 23 (Al Mu’minun) ini mengindikasikan, bahwa setelah terbitnya fajar baru bagi peradaban umat manusia, maka tujuan akhir dari pada diturunkannya rasulullah kemuka bumi ini adalah dalam rangka memperbaiki akhlak manusia, membentuk insan-insan muslim yang mukminin.
Penulis
Syaiful Husein

Muhammad saw dan Al Qur’an yang Berjalan – 2


Melanjutkan posting sebelumnya tanggal 20 Juni 2015…
Muhammad saw sebagai 30 Juz
Pembahasan tentang Muhammad sebagai 114 surat (86 surat Makiyah dan 28 surat Madaniyah) telah disampaikan pada posting sebelumnya. Lantas bagaimana bila uraian tentang Muhammad dikaitkan dengan 30 juz di Al Qur’an ?
Untuk itu, kembali akan dibuktikan melalui penguraian lafadz Muhammad (termasuk nomor surat dan jumlah ayatnya), seperti penjelasan di bawah ini :
  • Surat محمد adalah surat ke 47             :   4 + 7 = 11
  • Lafadz محمد memiliki nilai numerik 62  :   6 + 2 =  8
  • Surat ini berjumlah 38 ayat                :   3 + 8 = 11
  • Kombinasi 3 variabel 11, 8 dan 11 bila dijumlahkan, akan diperoleh nilai : 11+8+11 = 30
Dengan konektifitas Muhammad saw sebagai Al Quran yang berjalan, kembali diperoleh sebuah keterkaitan antara Muhammad saw dengan jumlah 30 juz yang ada di Al Quran.
 Muhammad saw sebagai 114 Surat
Dalam penjabaran di atas, memang telah dibuktikan tentang perhitungan Muhammad sebagai 114 surat yang terdiri dari 86 surat Makiyah dan 28 surat Madaniyah. Namun pada perhitungan sebelumnya lafadzمحمد diuraikan menjadi 5 abjad, termasuk abjad م yang ditasjidkan, maka kali ini abjad yang diurai adalah abjad dasarnya saja yang membentuk lafadz محمد, yaitu terdiri dari abjad م, ح, م, د. Ke 4 abjad ini memiliki nilai numerik 62 yaitu (م (24) + ح (6) + م (24) + د (8).
Dengan sebuah metode perkalian maka akan diperoleh perhitungan sebagai berikut :
  • Nomor surat :   47   :   4 x 7 = 28
  • Jumlah ayat :   38   :   3 x 8 = 24
  • Penjumlahan :   28 + 24 = 52
Nilai 52 ini kemudian ditambahkan dengan nilai numerik dari lafadz محمد  yang bernilai 62, sehingga diperoleh nilai : 52 + 62 = 114 (jumlah surat di Al Qur’an).
Muhammad saw sebagai 6236 ayat
Masih berhubungan dengan uraian di atas, dimana abjad dasar yang terkandung pada lafadz محمد memiliki nilai 62. Apabila di cari di Al Qur’an dari Qs. 1 s.d. 114 yang memiliki nomor ayat 62, atau dengan kata lain di antara 114 surat dicari berapa surat kah yang memiliki nomor ayat 62?
Ternyata hasilnya adalah :  36 surat yang memiliki nomor ayat 62.
Sebagaimana tabel di bawah ini :
Surat dengan jumlah ayat lbh besar dr 62_Page_1Apabila digabungkan nilai 62 dan 36 disini maka akan menunjukkan nilai jumlah ayat Al Qur’an yaitu6236 ayat.
Dalam formasi lain ada sebuah keunikan tersendiri pada surat ke 36 (Yaasiin), yaitu :
  • 36 pada juz ke 22 :   ayat 1 – 21    : 21 ayat
  • 36 pada juz ke 23 :  ayat 22 – 83 : 62 ayat
Kembali diperoleh nilai 62 dan 36, yaitu pembagian Qs. 36 (Yaasiin) yang terdapat di juz 23 (62 ayat).
Surat Yaasiin sendiri, secara numerik memang memiliki keterkaitan dengan nilai 47. Yaitu apabila jumlah ayat dari surat Yaasiin (83 ayat) dikurangi dengan nomor suratnya (36) maka akan diperoleh nilai : 83 – 36 = 47.
Muhammad saw dan Struktur Al Qur’an
Al Qur’an yang sama-sama dikenal selama ini, terdiri dari struktur dasarnya yaitu 30 juz, 114 surat dan 6236 ayat. Ketiga unsur dasar ini pun ternyata berkaitan langsung dengan lafadz محمد itu sendiri. Ke 4 abjad ini bila dilengkapi dengan nilai-nilai numeriknya dan kemudian disubstitusikan menjadi nomor surat maka akan menjadi skema di bawah ini :
Muhammad 368
Apabila dikaitkan dengan 3 unsur dasar Al Qur’an yaitu 30 juz, 114 surat dan 6236 ayat, akan terlihat korelasi yang erat di antara keduanya yaitu :
  • Juz : 30        : 3 + 0                         = 3
  • Surat : 114   : 1 + 1 + 4                    = 6
  • Ayat : 6236 : 6+2+3+6 = 17, 1 + 7    = 8
Ke 3 variabel yang terbentuk dari sebuah metode “pemapatan” nilai-nilai numerik di atas yaitu 3-6-8, ternyata setara dengan nilai yang diperoleh pada nilai numerik lafadz محمد di atas. Selanjutnya bila nilai 3-6-8 ini dijumlahkan, maka akan diperoleh nilai 17. Kembali nilai ini dikorelasikan kedalam nilai numerik di Al Qur’an, dalam hal ini sebagai jumlah ayat surat, ternyata hanya satu surat yang memiliki jumlah ayat 17, yaitu Qs. Ke 86 (At Thaariq). Tentu sudah dapat diketahui dari beberapa pembahasan-pembahasan sebelumnya bahwa nilai 86 ini pun berkorelasi langsung dengan lafadz Muhammad itu sendiri.
Muhammad saw sebagai Al Qalam dan Al Furqaan
Nilai 25 melekat pada Muhammad saw sebagai nomor urut silsilahnya (nabi ke 25), bila nilai ini disubstitusikan menjadi nomor urut abjad hijaiyah, adalah huruf , terlihat sebuah koneksi yang saling terkait dengan sebuah surat lain yang dimulai oleh huruf  di awal ayatnya yaitu surat ke 68, Al Qalam (Surat Nun / ). Pembahasan ini dapat dijabarkan dengan uraian sederhana di bawah ini :
  • Muhammad → Nabi ke 25 → 25 Al Furqaan (Al Qur’an), hal ini membuktikan bahwa memang benar adanya bahwa beliau lah sebagai sang penerima kitab terakhir yang sempurna (Al Qur’an / Al Furqaan).
  • Muhammad → Nabi ke 25 → Huruf   ﻦ  → Surat 68  Al Qalam (Al Qur’an) / di awali oleh huruf  ﻦ
Selanjutnya dapat dilihat pula, bahwa surat محمد adalah surat ke 47 apabila di hitung dari surat pertama (Al Faatihah). Namun apabila surat ini di counter (dipasangkan/dicerminkan) atau dengan kata lain nilai 47 di ambil dari surat terakhir (dari belakang) yaitu Qs. 114 An Naas, maka akan jatuh pada surat ke 68 (Al Qalam), seperti skema di bawah ini.
Sebuah penjelasan yang sangat sederhana dalam memaknai Muhammad saw sebagai Al Qur’an (Al Qalam).
Muhamad 47-68
Nur Muhammad dan Nur Al Qur’an
An Nuur (Cahaya) merupakan salah satu nama lain dari Al Qur’an. Di dalam Al Qur’an posisi surat ini berada pada surat ke 24. Penjumlahan nilai numerik dari nomor surat dan jumlah ayat dari surat ini akan diperoleh nilai 88, atau sama nilainya dengan nilai numerik dari lafadz Al Qur’an.
  • Nilai numerik (nomor surat + jumlah ayat) surat An Nuur :
An Nuur (88)
  • Nilai numerik Lafadz Al Qur’an :
Al Quran 88
  • Hubungan dengan surat Muhammad surat ke 47 :
Nur Muhammad - Nur Al Quran
Penjelasan :
  • Surat Muhammad (47) berjumlah 38 ayat
  • Bila di lanjutkan kembali, surat ke 38 adalah Shaad, 88 ayat
  • Nilai 88 setara dengan lafadz Al Qur’an dan nilai numerik surat An Nuur (penjumlahan nomor surat dan jumlah ayatnya : 24 + 64 = 88)
  • Surat ke 88 adalah : Al Ghaasyiyah, 26 ayat, sehingga bila dijumlahkan nomor surat dan jumlah ayatnya : 88 + 26 = 114 (jumlah surat di Al Qur’an).
 Muhammad saw adalah Al Qur’anul Karim
Dalam penjabaran kali ini, nilai nomor surat Muhammad (47) dan 38 jumlah ayatnya akan dibuktikan hubungannya dengan nilai numerik dari lafadz Al Qur’anul Karim. Pertama-tama yang perlu disajikan adalah tabel indeks 49 surat yang mengandung nilai nomor ayat 47, yaitu :
47-49
Kemudian setelah itu kembali dilakukan indeks surat-surat yang mengandung nilai nomor ayat 38 (jumlah ayat Qs. 47, Muhammad), yang terdiri dari 58 surat yaitu :
38-58
Penjelasan :
  • Dari tabel 1 (tabel 49 surat dengan nomor ayat 47) diperoleh nilai :
  1. Jumlah dari seluruh nomor surat   :    364+1123     = 1487
  2. Jumlah dari seluruh nomor ayat    :   47 x 49         = 2303
  3. Sehingga total seluruhnya             :   1487+2303  = 3790
  •  Dari tabel 2 (tabel 58 surat dengan nomor ayat 38) diperoleh nilai :
  1. Jumlah dari seluruh nomor surat    :   464+1550     = 2014
  2. Jumlah dari seluruh nomor ayat   :   38 x 58          = 2204
  3. Sehingga total seluruhnya              :   2014+2204  = 4218
  •  Penggabungan jumlah dari kedua tabel adalah : 3790 + 4218 = 8008
  • Sebuah hasil yang unik, angka yang saling bercermin, yaitu 80 da 08. Kedua nilai ini bila dikonversikan menjadi nomor surat akan menjadi :
  1. 80, ‘Abasa    :   42 ayat
  2. 08, Al Anfaal :   75 ayat
  3. Kembali dijumlahkan nilai nomor surat yaitu 80+08 = 88
  4. Dan nilai jumlah ayat : 42+75 = 117
Berdasarkan hasil akhir yang berujung pada nilai 88 dan 117, ternyata sama nilainya dengan lafadz Al Qur’anul Kariim, sebagaimana skema di bawah ini :
47-38 (8008)
Dan bila diperhatikan nilai 49 surat yang mengandung nomor ayat 47, dan nilai 58 surat yang mengandung nomor ayat 38, masing-masing ke dua pasang nilai tersebut bila dijumlahkan menjadi 96, yaitu : 49 + 47 = 96 dan 58 + 38 = 96.
Surat ke 96 adalah surat Al ‘Alaq : surat yang pertama kali turun (di wahyukan kepada Rasulullah), sebagai awal tanda kerasulannya.
Nabi Muhammad saw Sebagai Kelengkapan yang Sempurna
Berdasarkan beberapa uraian di atas, nilai 24 (Qs. An Nuur dan huruf م ) ternyata berkaitan erat kepada tiga hal utama, yaitu :
  1. 24 adalah jumlah nabi sebelum Muhammad saw (dari Adam as sampai dengan Isa as)
  2. 24 adalah simbol cahaya (Qs 24 : An Nuur/Cahaya) yang merupakan simbol dari Al Qur’an itu sendiri (nama lain Al Qur’an yaitu An Nuur).
  3. 24  (م) juga merupakan simbol Masjidil haram
Sehingga rasulullah dilengkapi tiga macam nur, yaitu :
  1. Nur risalah 24 para nabi sebelumnya
  2. Nur Qur’an yaitu surat ke 24 adalah An Nuur (Cahaya) dan An Nuur adalah nama lain dari Al Qur’an.
  3. Nur Muhammad itu sendiri (simbol masjidil haram) yang menjadi uraian Muhammad dan Siraj(Muhammad dan cahaya)
Bila ketiga nilai 24 (م) ini digabungkan dengan 2 nabi yang menjadi leluhur atau kakek moyang sang rasulullah, yaitu nabi Ibrahim as dan Ismail as yang merupakan nabi ke 6 dan ke 8, maka akan diperoleh sebuah formasi yang menakjubkan :
Muhammad-Ibrahim-IsmailBegitu lengkapnya “muatan” sang rasulullah, begitu istimewanya beliau, dengan anugerah dan kehendakNya, Allah telah membekalinya dengan kesempurnaan yang tidak akan dimiliki makhluk manapun di alam semesta ini, sejak nabi Adam as sampai manusia di akhir zaman nanti.
“Dan Kami tidak Mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” Qs. 21 Al Anbiyaa’ 107
Penulis
Syaiful Husein

Muhammad SAW dan Al Quran yang Berjalan -1


47 adalah sebuah bilangan yang mempunyai kedudukan istimewa di Al Qur’an. Bagaimana tidak, ternyata bilangan tersebut adalah merupakan nomor surat dari Qs. Muhammad (محمد), sang rasulullah, pembawa risalah terbesar sepanjang zaman, sang pembaharu, penyempurna dan cahaya bagi semesta alam ini. Penempatan surat Muhammad pada surat ke 47 tentu bukanlah sebuah rekayasa manusia, terbukti dari berbagai metode perhitungan yang telah disampaikan pada halaman-halaman sebelumnya memperlihatkan sebuah setting yang sangat sempurna dari perhitungan di luar rasio manusiawi. Di surat ke 6, Al An’aam ayat 62 diutarakan tentang kecepatan Allah sebagai pembuat perhitungan :
“Kemudian mereka dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.”
Yang dimaksud perhitungan disini bukanlah dalam arti yang sempit sebagaimana ilmu matematik yang kita kenal selama ini. Perhitungan Allah mencakup seluruh aspek yang terkait dengan sistematika yang diciptakanNya, seluruhnya berada dalam sebuah sistem keteraturan yang sempurna, tanpa cacat. Sistematika matematisNya menjangkau lapisan ruang dan waktu yang tak terbatas, di luar jangkauan kerangka logika manusiawi. Allah “bekerja” dengan sebuah sistematika yang Maha Sempurna, tak mungkin ada sebuah kejadian di alam semesta ini, sekecil apapun itu yang luput dari sistematika yang telah diciptakanNya. Dalam Qs. 6 Al An’aam ayat 59 sebagaimana telah diutarakan didepan, bahkan sehelai daun yang gugur pun telah tercatat di dalam kitabNya di lauhilmahfudz. Lantas kalau sehelai daun saja tidak lepas dari sistematika sunatullahNya, bagaimana dengan Al Qur’an yang ada di tangan kita saat ini? Apakah seluruh nilai dan unsur yang terkandung di dalamnya akan tercipta begitu saja, di luar pengawasanNya? Apakah verbal dan numerik di Al Qur’an tak termasuk dalam sistematikanNya? Apakah tak memiliki makna sama sekali? Tentu sangat mustahil bukan?
Kembali akan dibuktikan disini, sebuah sistematika yang sempurna dari nilai-nilai numerik yang terkandung di Al Qur’an. Dalam bab ini khusus akan diutarakan tentang pembuktian sang rasulullah sebagai Al Qur’an yang berjalan.
Surat Makiyah dan Madaniah
Rasulullah dilahirkan di Mekkah dan wafat di Madinah, sebagian besar umat Islam sudah dipastikan tahu akan hal ini. Kedua wilayah vital dalam peradaban Islam, baik dari pada zaman dimulainya lahirnya peradaban Islam sampai dengan saat ini, tetap terpelihara menjadi sentral konsentrasi umat Islam dalam melakukan peribadatannya. Demikian luar biasa kasih Allah kepada sang rasulullah sehingga kedua kota tempat kelahiran dan kepulangannya diabadikan sedemikian rupa. Bahkan di dalam menurunkan firmanNya, kedua kota suci ini menjadi kota pilihanNya, sehingga sampai dengan saat ini dikenal dua pengelompokkan besar dalam pembagian 114 surat di Al Qur’an yaitu 86 surat Makiyah (surat-surat yang turun di wilayah Mekah) dan 28 sura surat lagi diturunkan di Madinah (surat-surat Madaniyah).
 Mekkah, sebuah kota dimana terletaknya Masjidil Haram, dan berdiri pula ditengahnya sebuah bangunan bersejarah bagi umat Islam yaitu Ka’bah, titik fokus serta pusat orientasi kiblat shalat seluruh dunia. Masjidil Haram telah menjadi bangunan yang sangat megah, namun Ka’bah tetap terpelihara sebagaimana aslinya (walaupun ada beberapa renovasi yang tak mengurangi ke ”aslian” nya). Uniknya apabila dilihat dari atas, ternyata bentuk Masjidil Haram menyerupai huruf hijaiyah ke 24 yaitu huruf Mim : م, sebagaimana gambar di bawah ini.
MH-3
Apabila lafadz Masjidil Haram di uraikan satu persatu, sebagaimana yang pernah disampaikan olehIskandar Soemabrata sang penulis buku “Pesan-Pesan Numerik Al Qur’an”, yang juga merupakan adik kandung dari almarhum Lukman AQ Soemabrata (sang penemu metode numerik ini), maka akan diperoleh skema sebagai berikut :
Skema 1
MHSkema 2
MH-2
Bila diperhatikan huruf-huruf yang diarsir, terdapat 4 huruf yang bila digabungkan satu sama lainnya (lihat gerak garis ganda) maka akan terbentuk lafadz محمد (Muhammad), sedangkan ke 4 huruf lagi bila dihubungkan dengan arah gerak yang sama (lihat gerak garis tunggal), maka akan membentuk lafadzﺴﺮﺍﺝ yang dalam bahasa Arabnya berarti lentera atau cahaya. Hubungan apakah antara ke 2 lafadz tersebut. Jelas sekali, bahwa Muhammad memang adalah merupakan cahaya bagi alam semesta ini, dengan kehadirannya kemuka bumi ini, dunia yang semula suram menjadi cerah bercahaya seiring dengan diturunkan pula Al Qur’an kepadanya.
Di Al qur’an, cahaya diabadikan sebagai surat ke 24 yaitu An Nuur. Dan bila nilai 24 ini dikonversikan kepada urutan abjad hijaiyah ke 24, adalah abjad م (yang bentuknya sama dengan bentuk Masjidil Haram dilihat dari atas). Huruf م ini apabila ditambahkan kepada lafadz محمد, maka lafadznya akan menjadi :
MH-4
Dari skema di atas, nilai Lafadz Muhammmad yang semula bernilai 62, menjadi 86 (62+24) sedangkan Siraaj bernilai numerik 28. Kedua nilai ini sangat jelas hubungannya dengan dua pengelompokkan surat di Al Qur’an yaitu :
  • 86 surat Makiah (surat yang turun di Mekah) dan
  • 28 surat Madaniah (surat yang turun di Madinah)
  • Jumlah surat dalam Al Qur’an : 86 + 28 = 114
Kedua nilai ini juga menjelaskan tentang dua tempat vital bermulanya peradaban Islam, yaitu kehadiran sang rasulullah Muhammad saw kemuka bumi ini, dimana beliau terlahirkan di kota Mekah dan wafat di Madinah. Nilai 114 (86+28) juga memperkuat keyakinan kita, bahwa Muhammad saw adalah benar adanya sebagai Al Qur’an itu sendiri, Al Qur’an berjalan, sebuah risalah yang terpelihara sampai akhir zaman. Subhanallah sebuah setting historis yang sangat sempurna.
Selain itu, dengan perhitungan yang lain lafadz Muhammad di atas bila diuraikan satu-persatu unsur huruf yang terkandung di dalamnya, berikut huruf vokal yang tersirat (tidak tertulis) akan menunjukkan hal yang sama, yaitu kombinasi nilai 86 dan 28, Makiyah dan Madaniyah.
Lafadz Muhammad sebagai judul surat yang ke 47 tertulis :
Muhammad-86
Nilai 86 akan merujuk kepada jumlah surat-surat Makkiah di Al Qur’an. Ini juga membuktikan bahwa memang benar adanya bahwa Rasulullah adalah lahir dan berasal dari penduduk Mekkah (kaum Quraisy).
Bila dicermati, diantara ke lima abjad di atas, terdapat bunyi abjad vokal yaitu bunyi vokal “U” dalam kaidah bahasa Arab diwakili abjad  dan “A” diwakili oleh huruf ١, atau jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :
Muhammad-28
Struktur penulisan yang kedua ini tidak bermaksud merubah stuktur abjad yang sudah jelas baku sebagaimana adanya di Al Qur’an. Namun bentuk penguraian ini semata-mata bermaksud untuk mengkaji kaidah-kaidah yang tersirat dalam formasi yang ada. Dan hal tersebut ternyata memang terbukti dapat memperjelas dan mempertegas suatu pemaknaan.
Terlihat setelah penambahan tiga abjad vokal tersebut ternyata nilai keseluruhannya menjadi 114 (jumlah surat Al Qur’an). Disinilah bukti bahwa memang nabi Muhammad saw adalah memang Al Qur’an itu sendiri, dan dari formasi kedua tersebut ketiga ’abjad vokal tambahan tersebut (kolom berarsir) bila dijumlahkan bernilai : 28 (yaitu 26 + 1 + 1). Lengkapnya skema lafadz Muhammad menjadi :
Muhammad 114Bila nilai 86 akan merujuk kepada jumlah surat-surat Makkiah, maka nilai 28 disini ternyata merujuk kepada jumlah surat-surat Madaniah. Dan pada kenyataan dalam riwayatnya pun, Rasulullah memang terlahir di Mekkah dan wafat di Madinah.
Hal ini kembali membuktikan bahwa Al Qur’an ternyata memang sangat sarat dengan pesan-pesan tersembunyi yang secara kasat mata tidak akan terlihat, namun bila diteliti dan dikaji secara mendalam terkandung kunci-kunci rahasia yang luar biasa dan dapat bercerita serta menguak mukjizatnya sendiri.
Konektivitas Surat Muhammad dengan Bilangan Genap dan Ganjil
Dalam firmanNya di Qs. 89 ayat 3, “Demi (bilangan) genap dan ganjil”, dikaitkan dengan surat Muhammad (Qs. 47) berikut penjabaran lafadz محمد nya, akan membentuk struktur keseimbangan Al Qur’an berdasarkan klasifikasi bilangan genap dan ganjil. Seperti penjabaran di bawah ini :
  • Lafadz Muhammad (dengan tasjid huruf mim) adalah 86. Nilai ini akan menjadi rumusan dalam pengklasifikasian surat-surat 86 Makiyah.
  • 86 apabila dikonversikan menjadi surat adalah Qs. Ath Thariq dengan jumlah ayat 17. Dengan nilai 17 ini bila kembali dikonversikan dalam bentuk lain yaitu menjadi juz 17, maka terdapat 2 surat di juz ini yaitu surat ke 21 (Al Anbiya) dan 22 (Al Hajj).
  • Nilai 21 akan mengklasifikasikan pasangan surat dengan klasifikasi sebagai berikut :
  1. 21 surat dengan nomor surat ganjil dengan jumlah ayat genap dan
  2. 21 surat dengan nomor surat genap dengan jumlah ayat ganjil.
  • Sedangkan nilai 22 akan mengklasifikasikan pasangan surat dengan klasifikasi sebagai berikut :
  1. 22 surat dengan nomor surat genap dengan jumlah ayat genap dan
  2. 22 surat dengan nomor surat ganjil dengan jumlah ayat ganjil.
  • Atau dengan kata lain dengan memilah 2 nilai 86 menjadi 43, maka dalam surat-surat makiyah yang ada terbagi menjadi 43 surat dengan jumlah ayat genap dan 43 surat dengan jumlah ayat ganjil.
Keterangan pembagian penjabaran di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Makiyah-1makiyah-2
Selanjutnya dalam pembagian 28 surat-surat Madaniyah, diklasifikasikan berdasarkan rumusan nilai 86, yaitu nilai 8 dan 6. Kedua nilai ini bila dijumlahkan akan menghasilkan nilai 14. Dan pengklasifikasian 28 surat tersebut, ternyata terbagi menjadi 14 pasang surat, yaitu 14 surat dengan nomor surat genap dan 14 surat dengan nomor surat ganjil. Seperti tergambar pada tabel di bawah ini.
madaniyah-1
Subhanallah, kembali dibuktikan oleh sistematika Al Qur’an begitu mulianya nabi kita tersebut. Dengan lafadz dan nilai-nilai numerik yang terkandung di dalam suratnya, ternyata menggambarkan sebuah struktur yang luar biasa sistematis. Sebuah kemuliaan yang tiada tara.
Penulis
Syaiful Husain

SISTEMATIKA NUMERIK AL QURAN MENGENAI MUHAMMAD SAW ADALAH AL QURAN


Dalam penjabaran numerik Al Quran kali ini, kami ingin menyampaikan beberapa hal tentang sistematika numerik Al Quran yang terkait dengan peristiwa awal turunnya Al Quran berikut dengan konektifitasnya dengan sang penerima wahyu yaitu Rasulullah Muhammad saw.
Selain itu dalam paparan kali ini pun akan dibuktikan tentang Muhammad saw sebagai Al Quran (Al Quran yang berjalan).
AL QUR’AN SEBAGAI AL FURQAN (PEMBEDA)
Al Furqan (Pembeda) adalah nama lain dari Al Qur’an yang diabadikan menjadi salah satu nama surat yaitu surat ke 25. Dari nama nomor surat ini yaitu 25, akan dijabarkan lebih lanjut tentang sistematika kronologis turunnya Al Quran, termasuk maksud dan tujuan diturunkannya, sebagaimana uraian sebagai berikut :
Al Quran - Al Furqaan
Keterangan : Sistem pengambilan surat di atas adalah mengkonversikan jumlah ayat dari surat sebelumnya menjadi nomor surat selanjutnya. Yaitu :
  • Surat ke 25 Al Furqan berjumlah 77 ayat
  • Selanjutnya surat ke 77 kembali disubstitusikan menjadi nomor surat yaitu Al Mursalat dengan jumlah 50 ayat
  • Lalu surat ke adalah 50 Qaf berayatkan 45
  • 45 Al Jaatsiyah berjumlah 37 ayat dan
  • 37 Ash Shaffat 182 ayat
  • Pada nilai 182 tidak dilanjutkan lagi, karena tidak bisa lagi disubsitusikan menjadi nomor surat (jumlah surat di Al Quran = 114).
  • Pada penjabaran di atas terlihat jelas bagaimana sistematika numerik dapat membuktikan tentang gambaran prosesi awal turunnya Al Quran dan fungsinya diturunkan.
AL QUR’AN SEBAGAI AL QALAM (PENA)
Selain Al Furqan, surat Al Qalam (Pena) juga merupakan nama lain dari Al Qur’an yang diabadikan menjadi salah satu nama surat dalam Al Qur’an yaitu surat ke 68.
Sebagaimana uraian di atas surat Al Qalam (surat ke 68), k juga menerangkan tentang hal yang sama, yaitu :
Al Quran - Al QalamPenjelasan : sistem penjabaran di atas diperoleh dengan sistematika yang sama dengan penjabaran pada Qs. 25 Al Furqan sebelumnya. Dan sistematikanya pun membuktikan dan menjelaskan tentang hal yang serupa.
Berdasarkan sistematika dari penjabaran Al Quran sebagai Al Furqan dan Al Qalam, terlihat pada perhitungan akhirnya menhasilkan nilai 182 (sebagai jumlah ayat dari Qs. 37 (Ash Shaffat) dan nilai 200 (sebagai jumlah ayat dari Qs. 3 (Ali ‘Imraan). Bila kedua nilai ini dijumlahkan : 182 + 200 adalah 382. Memiliki pesan apakah di balik nilai ini ?
Pada intinya, dengan segala hikmah ilmu yang terkandung di dalamnya, Al Quran memiliki peran dan fungsi untuk menggiring manusia menjadi hambaNya yang beriman (Amanu).
Selanjutnya bila kata amanu ini dijabarkan lebih lanjut akan terlihat sebagaimana penjabaran di bawah ini :
Amanu 1
  • Ternyata dari penjabaran nilai-nilai numerik pada lafadz amanu, dimana masing-masing variabel nilai numerik abjadnya disubsitusikan menjadi nomor surat, menghasilkan nilai 382. Nilai ini sama dengan nilai yang telah dijelaskan di atas. Sehingga semakin jelaslah, bahwa memang sasaran Al Quran diturunkan ke muka bumi ini adalah untuk membimbing manusia untuk menjadi orang yang beriman.
  • Untuk mempertegas uraian di atas, mari kembali diperhatikan penjabaran di bawah ini, yang masih terkait dengan nilai-nilai numerik yang terkandung pada lafadz amanu, yaitu :
Amanu-2
  • Dengan tambahan penjabaran di atas, menghasilkan nilai 23. Nilai ini bila disubsitusikan menjadi nomor surat adalah Al Mu’minuun (orang-orang yang beriman). Sebuah titik sasaran yang pasti atas diturunkannya Al Quran.
SISTEMATIKA NUMERIK AL QURAN TENTANG PERISTIWA TURUNNYA WAHYU PERTAMA
Selain penjabaran di atas yang menunjukkan tentang pristiwa terkait awal turunnya Al Quran. Kali ini dengan variasi yang berbeda kembali akan disampaikan tentang hal yang sama.
Sebagaimana telah diketahui secara umum, diturunkan pada malam ke 17, malam lailatul qadr bulan ke 9, Ramadhan, di sebuah Gua yang bernama Hira’ dan diturunkan serta diterima oleh sang kekasih Allah, sang Rasulullah, Muhammad saw.
Secara sederhana peristiwa tersebut dapat digambarkan melalui numerik Al Quran, seperti skema di bawah ini :
Skema 1 :
17-18
 Penjelasan :
  • Dari dua keadaan yang ditinjau dari sisi dimensi yang berbeda menunjukkan hasil yang sama.
  • Yaitu dari Qs. 17 berawal dari sisi dimensi waktu (tanggal 17) awal turunnya Al Quran dan
  • 18 berawal dari sisi dimensi ruang (Qs. 18 Al Kahfi/Guha) tempat awal turunya awal Al Quran di sebuah Guha yang bernama Hira’
  • Dari dua sistematika yang berbeda menghasilkan nilai yang sama yaitu : 114 (jumlah surat di Alquran)
Skema 2 :
17-18-47
Keterangan :
  • Terlihat dari 2 skema di atas, kombinasi dari nomor suratnya ternyata menghasilkan nilai 114 (jumlah surat di al quran). Walaupun Al Quran diturunkan secara berangsur-angsur, namun rencana Allah tentulah demikian Maha Sempurnanya, terbukti dari peristiwa awal turunnya saja sudah mengindikasikan tentang keseluruhan surat yang akan diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad saw, sebagai sebuah kelengkapan dalam sebuah kitab suci yang sempurna.
MUHAMMAD SAW ADALAH AL QUR’AN BERJALAN
Ada beberapa sistematika numerik yang akan dipaparkan di bawah ini tentang pembuktian bahwa Muhammad saw adalah Al Quran yang berjalan. Diantaranya :
  • Korelasi antara surat 25, Al Furqan, 68, Al Qalam dan surat 47, Muhammad
  • Pembuktian dengan lafadz Nama Muhammad saw
  • Sistematika Nomor Surat Muhammad (Surat ke 47)
  • Struktur Dasar Al Quran dan Lafadz Muhammad
Dari konektivitas antara surat Al Furqan dan Al Qalam di atas terlihat jelas hubungan antara Muhammad SAW sang penerima risalah Al Quran dan juga sebagai pembuktian bahwa dirinya adalah Al Qur’an itu sendiri (Al Qur’an yang berjalan) sebagaimana riwayat dari Aisyah ra ketika ia ditanyakan “Bagaimanakah akhlak Rasulullah ?” lantas ia menjawab “Ini, sambil menunjukkan Al Qur’an”.
Skema Korelasi Al Furqan – Al Qalam – Muhammad SAW
68-25-47
Penjelasan :
  • Surat Al Qalam adalah surat ke 68, yang di awali dengan huruf Nun (huruf ke 25)
  • Surat ke 25 adalah Al Furqaan (Pembeda) atau merupakan nama lain dari Al Quran itu sendiri.
  • Al Quran, Al Furqan atau Al Qalam diturunkan dan diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, nabi ke 25
  • Dengan keterkaitan sistem 25 – 68 dan nabi Muhammad saw, dapat terlihat dan disimpulkan bahwa Nabi Muhammad adalah Al Qur’an itu sendiri (Al Furqan dan Al Qalam)
PEMBUKTIAN DENGAN LAFADZ NAMA MUHAMMAD SAW
Selain itu, pembuktian bahwa nabi Muhammad saw adalah Al Qur’an juga dapat diterangkan sebagai berikut :
Kata Muhammad sebagai judul surat yang ke 47 tertulis :
Muhammad-86
  • Nilai 86 ini akan terkait dengan jumlah surat-surat Makiyah di Al Qur’an. Ini juga membuktikan bahwa memang benar adanya bahwa Rasulullah adalah lahir dan berasal dari penduduk Mekkah (kaum Quraisy).
Kemudian, bila dicermati, diantara ke lima abjad di atas, terdapat bunyi abjad vokal yaitu bunyi vokal “U” diwakili abjad Wah (ﻭ ). dan “A” diwakili oleh abjad Alif ( I ) , atau jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :
Muhammad 114
Struktur penulisan tidak bermaksud merubah stuktur abjad yang sudah jelas baku sebagaimana adanya di Al Qur’an. Namun bentuk penguraian ini semata¬mata bermaksud untuk mengkaji kaidahkaidah yang tersirat dalam formasi yang ada. Dan hal tersebut ternyata memang terbukti dapat memperjelas dan mempertegas suatu pemaknaan.
  • Terlihat setelah penambahan tiga abjad vokal tersebut ternyata nilai keseluruhannya menjadi 114 (jumlah surat Al Qur’an) atau bertambah 28 dari nilai sebelumnya yaitu 86. Disinilah bukti bahwa memang nabi Muhammad saw adalah memang Al Qur’an itu sendiri, dan dari formasi kedua ini, ketiga abjad vokal tambahan tersebut (kolom berarsir) bila dijumlahkan bernilai : 28 (yaitu 26 + 1 + 1).
  • Bila nilai 86 sebelumnya terkait dengan jumlah surat-surat Makkiah, maka nilai 28 di sini ternyata terkait dengan jumlah surat-surat Madaniah. Dan dalam riwayat nyatanya pun, Rasulullah memang lahir di Mekkah dan wafat di Madinah.
SISTEMATIKA NOMOR SURAT MUHAMMAD (SURAT KE 47)
Selanjutnya, mari kita perhatikan sistematika penempatan surat Muhammad (surat ke 47 dengan jumlah ayat 38). Nilai nomor surat ke 47 adalah bila penomorannya di urut dari awal Al Quran.
Namun bila nilai 47 penomorannya di mulai dari akhir Al Quran, atau dengan kata lain dimulai dari surat ke 114, maka nomor urut ke 47 jatuh tepat pada surat ke 68, Al Qalam dengan jumlah 52 ayat. Secara sederhana dapat dilihat pada skema di bawah ini :
Skema Tentang Muhammad saw adalah Al Qalam / Al Quran
47-68
Dari uraian Surat ke 47 dan 68 di atas, mari kembali perhatikan jumlah ayatnya. Yaitu :
  • 47 = 38 ayat, dan Qs. 68 = 52 ayat.
  • Penjumlahan ke 2 jumlah ayat tersebut : 38 + 52 = 90
  • Ke 90 adalah Al Balad (Negeri Mekkah).
  • Ternyata surat ini adalah surat ke 25, bila dihitung dari akhir Al Quran (di hitung dari surat ke 114).
  • Bukankan nilai 25, terhubung dengan Rasulullah yang merupakan nabi ke 25. Yang di angkat kenabiannya di negeri Mekkah (Al Balad) ?
  • Dan bukankah nilai 25 pun terkait dengan surat ke 25 (Al Quran) yang merupakan nama lain dari Al Quran, yang merupakan risalah dari Muhammad saw ?
  • Selain itu nilai 25 pun terkait dengan abjad ke 25 (Nun) – ﻦ yang merupakan abjad hijaiyah yang merupakan awal dari surat ke 68 (Al Qalam / Pena / Al Qura / Al Furqan).
STRUKTUR DASAR AL QURAN DAN LAFADZ MUHAMMAD
Struktur dasar Al Quran terdiri dari :
  • 30 Juz
  • 114 Surat dan
  • 6236 ayat
Dengan sebuah gambar dan penjelasan sederhana ternyata ke 3 variabel tersebutpun memiliki keterkaitan yang jelas dengan Muhammad saw, sebagaimana gambar di bawah ini :
Struktur Dasar AQ dan 47
  • Penjelasan : Dari unsur dasar struktur Al Quran (Juz, Surat dan Ayat) kembali membuktikan tentang Muhammad saw sebagai Al Quran.
Sebenarnya masih beberapa sistematika numerik Al Quran lagi yang mampu membuktikan tentang konektifitas Al Quran dan Muhammad saw (Al Quran yang berjalan). Namun dari beberapa hal ini, cukuplah membuktikan bahwa Al Qur’an ternyata memang sangat sistematis nilai numeriknya, sarat akan pesan-pesan tersembunyi yang secara kasat mata tidak akan terlihat, namun bila diteliti dan dikaji secara mendalam terkandung kunci-kunci rahasia yang luar biasa dan dapat bercerita serta menguak mukjizatnya sendiri. Ini sekaligus membuktikan bahwa Al Qur’an bukanlah buatan ataupun rekayasa dari manusia, walau itu Rasulullah sekalipun. Sebagaimana yang Allah firmankan pada Qs. 32 As Sajdah ayat ke 3 :

 Qs 32-3
Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan, “Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya.” Tidak, al- Quran itu kebenaran (yang datang) dari Tuhan-mu, agar engkau memberi peringatan kepada kaum yang belum pernah didatangi orang yang memberi peringatan sebelum engkau; agar mereka mendapat petunjuk.

http://www.belajarnumerikalquran.wordpress.com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karakter Diri menurut Juz Al Quran 1-30

RAHASIA LEBIH DARI LAM ALIF لا, LAM jalala Bagian 2

Terjemah Kitab Qotrul Ghoits (Cahaya Iman), Syaikh An-Nawawi Al-Jawwi