Pitutur guru sejati dua
Pitutur guru sejati dua

Nyalanya semakin jelas nyata, ada yang tampak berubah-ubah
warna menyambar-nyambar, ada yang seperti permata yang berkilau tajam
sinarnya”. Sang Nabi Khidir berpesan, “Nah, itulah sesungguhnya tunggal. Pada
dirimu sendiri sudah tercakup makna di dalamnya, rahasianya terdapat pada
dirimu juga, serta seluruh isi bumi tergambar pada tubuhmu dan juga seluruh
alam semesta.
Dunia kecil tidak jauh berbeda. Ringkasnya, utara, barat,
selatan, timur, atas serta bawah. Juga warna hitam, merah, kuning dan putih
itulah isi kehidupan dunia. Didunia kecil dan alam semesta, dapat dikatakan
semua isinya. Kalau ditimbang dengan yang ada dalam dirimu dalam dirimu ini,
kalau hilang warna yang ada, dunia kelihatan kosong kesulitannya tidak ada,
dikumpulkan kepada wujud rupa yang satu, tidak lelaki tidak pula perempuan.
Sama pula dengan bentuk yang ada ini, yang bila dilihat
berubah-ubah putih. Camkanlah dengan cermat semua itu”. Syekh Malaya mengamati, “yang seperti cahaya
berganti-ganti kuning, cahayanya terang benderang memancar, melingkar mirip
pelangi, apakah itu yang dimaksudkan wujud dari Dzat yang dicari dan
didambakan..? Yang merupakan hakikat wujud sejati..?” Khidir menjawab dengan
lemah lembut, “itu bukan yang kau dambakan, yang dapat menguasai segala
keaadaan.
Yang kamu dambakan tidak dapat kamu lihat, tiada bentuk
apalagi berwarna, tidak berwujud garis, tidak dapat ditangkap mata, juga tidak
bertempat tinggal hanya dapat dirasakan oleh orang yang awas mata hatinya,
hanya berupa pengambaran-pengambaran (simbol) yang memenuhi jagad raya,
dipegang tidak dapat. Bila itu yang kamu lihat, yang nampak seperti
berubah-ubah putih, yang terang benderang sinarnya, memancarkan sinar yang
menyala-nyala. Sang Permana itulah sebutannya.
Hidupnya ada pada dirimu. Permana itu menyatu pada dirmu
sendiri, tetapi tidak merasakan suka dan duka, tempat tinggalnya pada ragamu.
Tidak ikut suka dan duka, juga tidak ikut sakit dan menderita jika Sang Permana
meninggalkan tempatnya, raga menjdi tak berdaya dan pastilah lemahlah seluruh
badanmu, sebab itulah letak kekuatannya, ikut merasakan kehidupan, yang
mengerti rahasia di dunia. Dan itulah yang sedang mengenai pada dirimu, seperti
diibaratkan pula pada hewan, yang tumbuh di sekitar raga.
Hidupnya karena adanya Permana, dihidupi oleh nyawa yang
mempunyai kelebihan, mengusai seluruh badan. Permana itu bila mati ikut
menanggung, namun bila bila telah hilang nyawanya kemudian yang hidup hanya
sukma atau nyawa yang ada. Kehilangan itulah yang didapatkan, kehidupan
nyawalah yang sesungguhnya, yang sudah berlalu diibaratkan seperti rasanya pohon
yang tidak berbuah, sang Permana yang mengetahui dengan sadar, sesungguhnya
satu asal.
Menjawab-lah Syekh Malaya, “Kalau begitu manakah warna
bentuk sebenarnya..? ”Nabi Khidir berkata, “Hal itu tidak dapat kamu pahami di
dalam keadaan nyata semata-mata, tidak semudah itu untuk mendapatkannya”, Syekh
Malaya menyela pembicaraan. “Saya mohon pelajaran lagi, sampai saya paham
betul, sampai tuntas. Saya menyerahkan hidup dan mati, demi mengharapkan tujuan
yang pasti, jangan sampai tanpa hasil…”
Nabi Khidir berkata lembut dan manis yang isinya bercampur
perlambang dan sindiran, “Umpamanya ada orang membicarakan sesuatu hal, lotnya
seharusnya baik, nyatanya lotnya justru merupakan bumbunya yang bercampur
dengan rahasia yang terasa sebagai jiwa suci.
Nubuwah yang penuh rahasia itu sebenarnya rahasia ini.
Yaitu ketika masih berada di sifat jamal ialah jauhar awal.
Bila sudah keluar menjadi jauhar akhir yang sudah dewasa, yang awal itulah
rahasia sejati.
Si jauhar akhir itu ternyata dalam satu wujud, satu mati dan
satu hidup dengan jauhar, ketika dalam kesatuan satu wujud, satu raksa, satu
hidup menyatu dengan johar awal. Adapun johar akhir ialah ; Satu wujud dalam
keadaan sehidup semati segala ulah jauhar akhir selamanya bersikap pasrah,
Sedangkan jauhar batin ini ialah yang dipuji dan disembah
hanyalah Alloh yang sejati. Tidak ada sama sekali rasa sakit karena sebenarnya
kamu ini nukad ghaib. Nukad ghaib ialah ketika di masa awal atau kuna, ia tidak
hidup juga tidak mati. Sebenarnya yang dikatakan nukad itu, tidak lain ghaib
jugalah namanya itu. Setelah datangnya nukad itu, yang sudah hidup sejak dulu,
dicipta menjadi Alif. Alif itu sendiri jisim latif.
Dan keberadaanmu yang sebenarnya itulah yang disebut .
Sekarang jauhar sejati, yaitu namamu itu semasa hidup ialah syahadat jati.
Dalam hidup dan kehidupanmu disebut juga darah hidup. Darah hidup itu sendiri
ialah yang dinamakan Rasulullah rasa sejati. Syahadat jati adalah darah, tempat
segala Dzat atau makhluk merasakan rasa yang sebenarnya tentang hidup dan kehidupan.
Yang sama dengan satuan Jibril-Muhammad-Alloh. Sedangkan keempatnya adalah yang
disebut darah hidup.
Jelasnya coba perhatikan orang mati..! Apa ada darahnya..?
Darah itu kini hilang, hilangnya bersama atau menyatu dengan sukma. Sukma atau
ruh hilang dan kembali pada Alif itu disebut Ruh Idhafi. Pengertian jisim Latif
ialah Jisim Angling yang sudah ada terdahulu kala yaitu Alif yang disebut
Angling. Padahal alif itu tanpa mata, tidak berkata-kata dan tidak mendengar
Tanpa perilaku dan tidak melihat. Dan itulah Alif, yang arti sebenarnya
luqkawi.
Alif jatuh/bertempat/berada pada nuqadnya. ketiadaannya
keberadaannya menjadi Alif itu karena dijabarkan atau dikembangkan. Bukankah
ruh Idhafi itu bagian Dzatullah”..? Setelah diajarkan semua pelajaran sampai
selesai, tentang Ruh Idhafi yang menjadi inti pembahasannya. Adapun wujud
sesungguhnya alif itu, asal muasalnya berasal dari jauhar alif itu. Yang
dinamakan Kalam Karsa.
Timbullah hasrat kehendak Alloh untuk menjadikan terwujudnya
dirimu. Dengan adanya wujud dirimu menunjukkan akan adanya Alloh dengan
sesungguhnya. Alloh tidak mungkin ada
dua apalagi tiga. Siapa yang mengetahui asal muasal kejadian dirinya, saya
berani memastikan bahwa orang itu tidak akan membanggakan dirinya sendiri..!
sumber : https://jiwa2kegelapan.wordpress.com
sumber : https://jiwa2kegelapan.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar