Pitutur guru sejati delapan
Pitutur guru sejati delapan

Adapun yang nanggap itu selamanya tidak akan tahu. Karena ia
tanpa bentuk dan ia berada di dalam puri atau rumah atau istana. Ia tanpa warna
itulah dia Hyang Sukma. Cara Hyang Permana mendalang, mempercakapkan tanpa
dirimu. Tanpa membedakan sesama titah.
Di samping itu, bukankah dia tidak terlibat sebagai
pelaku..? Misalnya berada dalam tubuhmu..? Atau ibarat minyak di dalam susu..?
Atau api dalam kayu..?.
Berhasrat sekali karena belum diberi petunjuk sehingga
menggelar doa di kayu, dakon dan gesekan. Dengan beralatkan sesama batang
pohon. Gesekan itu disebabkan oleh angin. Hangusnya kayu, keluarlah kukusnya.
Tak lama kemudian apinya. Api dan asapnya keluar dari kayu
itu. Bermula dari ingat pada saat awal mulanya. Semua yang tergelar ini berasal
dari tiada. Manusia diciptakan lebih dari makhluk yang lain. Bukankah itu yang
disebut rahasia atau rahsa..? Manusia itu tidak paling mulia daripada ciptaan
yang lain. Maka dari itu janganlah mudah terpengaruh oleh buah pikirmu yang
bulat. Bulat atas segala gerak dan kehendak.
Adapun isi jagad itu jangan mengira hanya manusia saja, tapi
berisi segala macam titah. Hanya saja manusia itu. Penguasanya satu. Yang
menghidupi jagad seisinya. Demikianlah tekad yang sempurna. Hei Syekh Malaya
segeralah menyudahi! Kembalilah kau ke pulau Jawa! Bukankah sebenarnya kau
mencari dirimu juga..? Syekh Malaya bergegas. Bersembah dan berkata dengan
berbelas kasih untuk memenuhinya, yang disebut Kalingga Murda,”Hamba setia dan
taat”.
Nabi Khidir lalu musnah dan lenyap. Syekh malaya tampak
berdoa di samudera. Tapi tidak tersentuh air. Syekh Malaya sangat berjanji
dalam hati atas peringatan atau ajaran sang guru yang sempurna. Bukankah ia
masih sangat ingat? Hasrat hati yang telah memiliki atau mengetahui ilmu
kawekas. Isinya jagad telah terkuasai dalam hati, merasa mantap dan disimpan
dalam ingatan. Sehingga serba mengetahui dan tak akan keliru lagi.
Diresapi dalam jiwa dan dijunjung sampai mati. Ia telah
lulus dari sumber aroma kasturi yang sebenarnya. Sehingga sifat panasnya hati
lenyap. Sesudah itu Syekh Malaya pulang. Hatinya sudah tidak goyah lagi karena
segala ajaran itu tampak jelas dalam hati. Ia tidak salah lagi melihat dirinya siapa
sebenarnya. Penjelmaan jiwanya menyatu dalam satu wujud.Walau secara lahiriah
dirahasiakan.
Norma atau perilaku tatacara jiwa kesatria, berhasil
dikuasai. Bukankah ia sudah menggunakan mata batinnya yang tajam atau peka..?
Ibarat hewan dengan bebannya..! Sudah tak ada atau terjadi, kematian dalam
kehidupan. Setelah bagaimana ia menerima ajaran gurunya. Sama sekali tidak
diragukan lagi. Seluruh ajaran gurunya sudah tamat dan di kuasai dengan
tersimpan dalam hati, serta diimankan dengan cermat.
Mematuhi semua ajaran guru. Perbuatan, pikiran dan rasa
bukankah diuji dalam hati yang suci dan bening? Benar-benar terasa sebagai
anugrah Tuhan. Sesungguhnya sang guru benar-benar sudah hilang raganya, sudah
tidak ada. Akan tetapi selalu terbayang dalam hatinya. Dan sudah ditetapkan
sebagai kekasihnya. Adapun segala ketercelaan hati sudah lenyap. Rasanya
tenanglah dunia dan akhirat.
Karena kebersihan dan kesucian jiwa sudah diketemukan. Sukma
suci dalam segala tingkah lakunya itu memahami sepaham-pahamnya. Bukankah sudah
memahami buah pikir lewat petunjuk..? Sehingga tidak takut akan kematian yang
sering timbul dalam buah pikiran..? Ia sudah mengharapkan bahwa raganya akan
ikhlas kalau kematian yang mulia. Yang diridhai oleh Tuhan atau Sang Hyang
Widi.
Namun sebenarnya tidak ada anggapan perasaan. Yaitu rasa
seperti itu. Tiadanya pandang atau wawasan seperti itu. Bukankah sudah lenyap
selamanya. Tinggal jiwa suci yang terpuji mulia..? Mulia seperti zaman dahulu
atau awalnya. Tidak meragukan kematian yang sebenarnya. Yang menjemput maut
setiap saat. Tidak merasakan akan kematiannya. Toh yang rusak itu nafsu dan
badan, jiwa hidup abadi dan aman sejahtera.
Senang, mulia dan merdeka, semuanya itu sudah diterapkan
dalam hati. Sehingga berpegang pada kuasa-Nya. Semuanya bersih, abadi suci dan
merata sama posisinya. Sudah mengetahui akan makna kematian yang sebenarnya. Ia
tidak merasa takut kapanpun maut menjemput. Yang sempurna ialah yang diterima
oleh Tuhan. Tak akan tampak wujudnya. Adapun kesempurnaan mati itu. Sekali lagi
ialah sudah aman, sejahtera, mulia, itulah makna yang sempurna.
Yaitu tidak meninggalkan hak-Nya. Ketujuh alam sudah lenyap.
Bukankah lenyapnya alam ini sudah jelas? Kini yang lain ibarat kau sajalah..!
Penguasa alam bukankah sudah kita ketahui..? Yang bernama Abirawa yang artinya
berkuasa dan berkehendak. Adapun alam yang keenam artinya ialah yang telah
lenyap : timur, barat, utara, selatan, atas, bawah serta kayu dan batu dan diri
sendiri. Bila kita telah mati yang ada hanya kosong dan sepi.
Yang terdengar hanya deru angin, debur air dan kobaran api
di alam dahana. Matahari, bulan, bukankah termasuk alam juga..? Dua puluh tiga
alam yang serba nafsu itu, semuanya baru hadis belaka. Walaupun bukankah sama
dahulunya..? Syekh Malaya sudah memahami hal itu semua? Kalau itu semua adalah
alam serba nafsu. Dan alam yang sebenar-benarnya sudah jelas yaitu penguasa
alam semua.
Sedang penyelarasnya hanyalah alam anbiyak ini. Alam anbiya
itu baunya harum dan mewangi. Tapi bukan pribadi majazi. Yang hakiki yang
menyelaraskan alam. Menjadi terang dan mulia semua. Dan alam berarti itu ialah
tempat jiwa suci, terang, bersih. Itulah alam malakut. Artinya ialah sudah tiba
menjelang alam kemuliaan. Ibarat ruangan, sekat sebagai pemisah. Adapun alam
anbiya ialah.
Alam mulia yang masih akan digapai. Sifat hidup itulah
kehidupannya. Banyak yang belum tahu akan kenyataannya. Tentang mana mirah mana
intan. Sudah jelas nilai dari Kumala Adi. Yaitu sebagus-bagusnya warna dari
intan itu sendiri. Lenyapnya bukankah sama dengan lainnya..? Yaitu sudah
menyatu dengan sebenar-benarnya kematian lainnya. Itulah alam anbiya. mati di
dalam kehidupan.
Atau sama dengan hidup dalam kematian. Ialah hidup abadi.
Yang mati itu nafsunya. Lahiriah badan yang menjalani mati. Tertimpa pada jasad
yang sebenarnya. Kenyataannya satu wujud. Raga sirna, sukma mukhsa. Jelasnya
mengalami kematian..! Syeh Malaya
terimalah hal ini sebagai ajaranku dengan hatimu yang lapang. Anugerah
berupa wahyu akan datang padamu.
sumber :https://jiwa2kegelapan.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar