Pitutur guru sejati 24
Pitutur guru sejati 24
Wejangan Spiritual Hazrat Maulana Syekh Abdul Qadir al
Jilani
Rasulullah Saw. Bersabda : “Singkirkan setan-setanmu dengan
ucapan Laailaaha Illallah Muhammadur-Rasulullah, karena setan itu diikat dengan
kalimat itu sebagaimana kalian memembebani derita untanya dengan banyaknya
tumpangan dan beban-beban yang dipikulnya.” Singkirkan setan-setanmu dengan
ikhlas dalam ucapan Laailaaha Illallah, bukan sekadar ucapan verbal. Karena
tauhid itu membakar setan Jin dan setan manusia, karena tauhid adalah neraka
bagi setan dan cahaya bagi orang yang manunggal (tauhid) pada Allah.
Bagaimana anda mengucapkan Laailaaha Illallah sedangkan
dalam hati anda banyak Tuhan? Segala sesuatu yang anda jadikan pegangan dan
anda andalkan selain Allah, maka sesuatu itu adalah berhala anda. Tauhid verbal
(ucapan) tidak ada artinya jika qalbu anda musyrik. Tidak ada artinya
menyucikan fisik sedangkan hati tetap najis. Orang bertauhid itu menepiskan
setannya, sedangkan orang musyrik malah diperdaya oleh setannya. Ikhlas adalah
isi dari ucapan dan perbuatan, karena tanpa keikhlasan ucapan hanyalah kulit
belaka, tanpa isi, yang tidak layak melainkan neraka belaka.
Dengarkan ucapanku dan amalkan, karena mengamalkannya bisa
mematikan neraka tamakmu dan menghancurkan duri nafsumu. Janganlah anda datangi
suatu tempat yang bisa mengobarkan api watakmu yang bisa merobohkan rumah agama
dan imanmu, dimana watak nafsu dan syetan berkobar lalu menghapus agama, iman
dan yaqinmu. Karena itu jangan anda dengarkan ucapan mereka yang munafik yang
penuh dengan kepura-puraan penuh dengan retorika keindahan. Nafsu itu senang
dengan gaya seperti itu, seperti adonan roti yang masih mentah tanpa garam yang
malah bisa merusak perut dan membuat hancur se-isi rumah.
Pengetahuan itu diambil dari ucapan para tokoh. Diantara
para tokoh itu ada tokohnya Allah Azza wa-Jalla. Mereka adalah kaum Muttaqin,
yang hatinya meninggalkan dunia, yang menjadi pewaris, dan yang ahli ma’rifat,
mengamalkan ilmu dengan ikhlas. Dan segalanya tanpa ketaqwaan hanyalah sia-sia
dan batil. Kewalian itu hanya bagi orang yang taqwa di dunia dan di akhirat.
Seluruh fondasi dan bangunan, dunia dan akhirat dari jiwa mereka. Sesungguhnya
Allah mencintai hamba-hambaNya yang taqwa dan berbuat kebajikan, yang sabar.
Manakala anda punya intuisi yang benar, pasti anda akan mengenal mereka,
mencintai mereka dan mensahabati mereka.
Intuisi itu benar manakala dicahayai oleh kema’rifatan
kepada Allah dalam hati. Karena itu jangan berpijak pada intuisi-mu jika belum
ditimbang dengan ma’rifatullah Azza wa-Jalla, hingga jelas benar informasi
mengenai kebenaran dan kebajikan. Tutuplah matamu dari perkara yang haram, dan
kendalikan dirimu dari syahwat, lalu kembalikan dirimu pada makanan yang halal,
serta jagalah batinmu dengan muroqobah kepada Allah Azza-Wajalla, lahiriyahmu
mengikuti jejak Sunnah Nabi saw. Maka intuisimu akan benar dan layak, benar
pula ma’rifatmu kepada Allah Azza wa-Jalla Akal dan hatimu anda didik.
Sedangkan watak dan nafsu serta kebiasaan sehari-hari yang
buruk, tidak bisa dididik dan tidak ada kemuliaannya. Anak-anak
sekalian…Belajarlah dan ikhlaslah, hingga anda bersih dari duri kemunafikan,
lalu ikatlah. Carilah ilmu karena Allah Azza wa-Jalla, bukan demi kepentingan
makhluk dan dunia.Tanda anda mencari ilmu karena Allah Azza-wa-Jalla, adalah
rasa takut dan gentarmu dari Allah ketika perintah dan laranganNya tiba, dan
anda sangat fokus di sana, merasa hina di hadapanNya, tawadlu terhadap sesama
namun tanpa kepentingan pada mereka, sama sekali tidak berharap dari apa yang
menjadi milik mereka.
Anda malah harus bersedekah karena Allah Azza wa-Jalla dan
konsisten. Karena shadaqah yang diberikan bukan karena Allah Azza-wa-Jalla
adalah musuh, dan berpijak pada tindakan seperti itu akan musnah. Pemberian
yang motivasinya bukan karena Allah adalah kegagalan. Nabi Saw, bersabda:“Iman
ini ada dua bagian; sebagian sabar dan sebagian lagi syukur.” (Hr. As-Suyuthy
dari Anas ra) Bila anda tidak sabar atas derita, tidak syukur atas nikmat, maka
anda belum beriman. Karena hakikat Islam adalah Istyislam (pasrah diri total
pada Allah).
Ya Allah hidupkan hati kami dengan tawakkal kepada Mu,
dengan taat dan dzikir hanya bagi Mu, dengan berserasi pada Mu, dengan Tauhid
hanya bagi Mu. Kalau bukan karena tokoh-tokoh Allah di muka bumi yang ada di
hatimu, pastilah sudah hancur kalian semua. Sebab Allah azza wa-Jalla
mengalihkan adzabNya, karena doa mereka itu. Rupa Nabi memang sudah tiada,
namun maknanya senantiasa abadi sampai kiamat. Bila tidak, bagaimana mungkin
senantiasa ada 40 tokoh Ilahi yang senantiasa muncul di muka bumi? Didalam hati
mereka ada makna-makna nubuwwah, hatinya seperti satu hati dari para Nabi.
Diantara mereka ada Khalifah Allah dan rasul-rasulNya di
muka bumi, yaitu para Ulama yang menggantikan sebagai pewaris Nabi. Nabi Saw;
bersabda:“Para Ulama adalah pewaris para Nabi.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah,
Abu Dawud, dan Ibnu Hajar). Merekalah pewaris, penjaga, baik tindakan maupun
ucapan. Karena ucapan tanpa tindakan sama sekali tidak menyamainya, dan itu
hanya pengakuan-pengakuan belaka tanpa bukti, sama sekali tidak sama (tidak
berhak menyandang pewaris). Anak-anak sekalian, aku jelaskan agar kalian
memegang teguh Kitab dan Sunnah serta mengamalkan keduanya, ikhlas dalam
beramal.
Aku melihat Ulama-ulama kalian bodoh-bodoh. Yang anda anggap
zuhud malah memburu dunia, berserah diri pada makhluk, namun alpa pada
Al-Khaliq Azza wa-Jalla. Percaya pada selain Allah Azza wa-Jalla adalah
penyebab laknat. Nabi saw, bersabda : “Dilaknati! Dilaknati! Makhluk yang
kepercayaannya pada makhluk sesamanya”. Sabdanya pula : “Siapa yang
menggantungkan rasa butuhnya pada makhluk maka dia menjadi hina.”
Sungguh! Bila anda keluar dari makhluk maka anda akan
bersama Sang Khaliq Azza wa-Jalla, Dia Yang Maha Tahu apa yang membahagiakanmu
dan mencelakakanmu.
Bedakan apa yang membahagiakan bagimu dan apa yang bagi
orang lain. Hendaknya anda tetap teguh dengan langgeng di pintuNya Azza
wa-Jalla, dan memutuskan dunia dari hatimu, maka anda bakal menemukan kebajikan
dunia dan akhirat. Dan hal demikian tidak bisa sempurna, ketika makhluk dan
riya’ ada di hatimu, yang lain dan segala selain Allah Azza wa-Jalla tetap di
hatimu, maka tak bisa dinilai sedikit pun hati anda. Jika anda tidak sabar anda
tidak bisa beragama, tidak ada modal bagi iman anda.
Nabi saw, bersabda : “Sabar itu bagian dari iman, seperti
kepala bagi fisik tubuh” (H.r. Al-Hindy dan al-Iraqy). Makna sabar, berarti
anda tidak pernah mengeluh, tidak bergantung pada sebab akibat dunia, dan tidak
membenci cobaan, juga tidak senang hilangnya cobaan. Seorang hamba ketika
tawadlu karena Allah Azza wa-Jalla saat fakir dan sangat butuh, dan ia sabar
bersamaNya untuk mengikuti kehendakNya, tidak tidak congkak dengan
sifat-sifatnya, lalu meraih pencerahan dalam ibadah di tengah kegelapan,
berusaha dengan pandangan mata kasih sayang, maka Allah akan mencukupinya dan
keluarganya dengan kecukupan tiada terduka.
Allah swt berfirman : “Siapa yang bertaqwa kepada Allah maka
bakal diberi jalan keluar, dan diberi rizki yang tak terhingga.” (Ath-Thalaq
2). Anda ini seperti tukang bekam yang mengeluarkan penyakit orang lain,
sedangkan dirimu penuh penyakit yang tak bisa anda keluarkan. Saya melihat anda
semua sepertinya bertambah ilmunya secara lahiriyah, namun secara batin malah
tampak tolol. Dalam kitab Taurat disebutkan: “Siapa yang bertambah ilmunya,
maka bertambahlah sedihnya.” Sedih apakah itu? Sedih karena takut kepada Allah
dan rasa hina di hadapanNya maupun merasa hina dibanding hambaNya.
Carilah ilmu, manakala anda tidak berilmu. Jika anda berilmu
tapi anda tidak mengamalkan, dan tidak ikhlas mengamalkannya, tidak punya adab
dan husnudzon kepada para Syaikh, bagaimana akan datang pengetahuan padamu?
Hasratmu malah dunia, dalam sekejap dunia akan menjadi
hambatan besar antara dirimu.Dimana posisimu diantara para hamba Allah yang
hasratnya hanya satu, muroqobah kepada Allah dalam jiwanya sebagaimana mereka
menjaga badannya. Mereka membersihkan qalbunya, sampai paripurna, hingga
hasratnya terkekang dengan sendirinya.
Di hatinya tidak ada lagi hasrat, kalau toh pun masih ada
hasrat, maka hasrat itu adalah menuju Allah Azza-wa-Jalla, mendekat kepadaNya,
dan mencintaiNya saja. Ada kisah Bani Israil yang ditimpa musibah dahsyat. Lalu
mereka berkumpul menemui salah satu Nabi mereka. Mereka mengatakan, “Berilah
kami berita apa yang diridloi oleh Allah Azza wa-Jalla, hingga kami bisa
mengikutiNya, dan menjadi penyebab hilangnya cobaan ini dari kami.” Lalu sang
Nabi itu memohon kepada Allah Azza-waJalla.
Maka Allah Azza wa-Jalla memberikan wahyu padanya, “ Katakan
pada mereka, “Jika kalian hendak meraih RidloKu, maka ridlolah pada orang-orang
miskin. Jika kalian ridlo pada mereka maka Aku pun ridlo. Namun jika kalian
membenci mereka, Aku pun benci padamu…” Hai dengarkan orang-orang berakal.
Kalian semua terus menerus nmembenci orang-orang miskin, sementara kalian
menginginkan ridlo Allah Azza wa-Jalla. Apa yang kalian dapat dari ridlo-Nya?
Bahkan anda terbalik-balik dalam kebencian Allah Ta’ala.
Pegang teguh atas ucapanku yang keras ini, kalian pasti
bahagia. Teguh itu akan menumbuhkan pohon. Namun, sepanjang anda tidak lari
dari ucapan para syeikh, peringatan kerasnya, tetapi anda malah membutakan diri
dari bencana-bencana. Dari mereka datang padaku, tapi saya diam, namun anda
tidak sabar terhadap ucapan mereka itu. Anda ingin bahagia, tapi tidak anda
dapatkan. Ingin kemuliaan, tapi tidak anda jumpai. Anda tidak bahagia manakala
anda tidak berserasi dengan takdirNya, baik yang indah maupun yang pahit,
disamping berguru pada para syaikh dengan menghilangkan kecurigaan menurut
emosi anda.
Hendaknya pula anda mengikuti jejaknya dalam berbagai
situasi dan kondisi, maka anda dapatkan kebahagiaan dunia akhirat.Pahamilah apa
yang kusampaikan ini. Faham saja tapi tidak mengamalkan tidak sama sekali
disebut faham. Namun mengamalkan tanpa keikhlasan, sungguh merupakan ketamakan.
Thama’ (Tha’ Mim ‘Ain) semua hurufnya kosong bolong.
Orang awam tidak mengerti apa yang anda buka. Anda
mengajarkan kepada mereka hingga mereka hati-hati padamu. Jika anda sabar
bersama Allah azza wa-Jalla, pasti anda akan tahu keajabian-keajaiban dari
Kemaha lembutanNya.
Nabi Yusuf as, ketika sabar dalam deritanya dan diperbudak,
dipenjara dandihina, namun berselaras dengan tindakan Tuhannya Azza wa-Jalla
maka ia malah sukses dan menjadi raja. Allah mengalihkan dari kehinaan menjadi
kemuliaan, dari kematian menuju kehidupan.Begitu juga anda, jika mengikuti
syariat dan anda sabar bersama Allah azza wa-Jalla, anda takut padaNya,
berharap padaNya, dan kontra pada nafsu anda, setan anda, kesenangan anda, anda
pun akan berpindah dari situasi saat ini, dari situasi yang anda benci menuju
situasi yang anda sukai.
Karena itu seriuslah dan berjuanglah. Karena perjuangan itu
melahirkan kebaikan. Siapa yang bersikeras dalam perjuangannya maka akan
meraihnya. Berjuanglah untuk makan makanan halal, karena bisa mencahayai hati
anda dan mengeluarkan dari kegelapan hatimu. Akal yang paling berguna adalah
yang mengenalkanmu pada nikmat Allah azza wa-Jalla dan menempatkan dirimu pada
posisi syukur padaNya, membantumu untuk berkenalan dengan nikmat dan
kriterianya.Anak-anak sekalian…Siapa yang mengenal dengan mata yaqin, bahwa
Allah Azza wa-Jalla telah membagi semuanya dan sudah tuntas pembagian itu,
malah ia malu untuk memintaNya.
Ia lebih senang sibuk berdzikir padaNya, tidak ingin meminta
dipercepat bagianNya, dan tidak menginginkan yang diberikan pada yang lain.
Perilaku mereka malah sembunyi, diam, dan beradab yang bagus serta meninggalkan
kontra pada Allah Azza wa-Jalla.Mereka tidak pernah mengadu pada makhlukNya,
baik sedikit kebutuhannya maupun banyak. Menurutku mengeluh pada makhluk dalam
hati pun, sudah dianggap berkeluh kesah dengan lisan. Secara hakiki tidak ada
bedanya.
Hati-hatilah. Apa anda tidak malu mencari sesuatu selain
pada Allah Azza wa-Jalla, sedangkan Dia itu lebih dekat padamu dibanding
lainNya. Anda mencari sesuatu dari sesama, sesuatu yang tidak anda butuhkan
pada Allah Azza wa-Jalla. Padahal anda sudah kaya raya, namun anda masih
mencari sesuap dari orang-orang miskin. Jika anda mati baru anda malu, karena
cacatmu sudah tampak, tetangga-tetanggamu mencacimu.Kalau anda berakal, anda
mestinya meraih sejumput dari iman agar anda bertemu Allah azza wa-Jalla dengan
imanmu itu, apalagi anda berguru pada orang shaleh, beradab dengan mereka
melalui ucapan
dan tindakan mereka, hingga ketika imanmu dan yaqinmu
sempurna, anda paripurna bersih menuju Allah Azza wa-Jalla hanya bagi Allah
Azza wa-Jalla, dan Allah memberikan wilayah adab padamu, perintah dan larangan
bagimu dari dalam hatimu. Wahai penyembah berhala riya’ bagaimana anda bisa
mencium aroma taqarrub pada Allah Azza wa-Jalla, dunia dan akhirat! Hai
musyrik! Hai orang yang menghiba pada sesama dengan hatinya, palingkan dirimu
dari mereka. Bahaya! Tidak ada gunanya, tak ada anugerah dan tak bisa menggagalkan
pula. Jangan sampai anda mengaku bertauhid pada Allah Azza wa-Jalla dengan
kemusyrikan pada hatimu yang terus menancap.
Anda tidak akan meraih apa-apa Sholat Syari’ah, anda sudah
tahu ayat:
“Peliharalah sholat-sholat…” (Al-Baqoroh: 238) yang disana tentu
ada rukun-rukun sholat secara lahiriyah dengan gerakan-gerakan jasmani, seperti
berdiri, ruku’, sujud, duduk, suara dan lafadz yang diucapkan. Semua itu masuk
dalam ayat, “Peliharalah….” Sedangkan Sholat Thoriqoh, adalah sholatnya qalbu,
yaitu sholat yang diabadikan. Dalam ayat itu berlanjut : “Dan sholat yang di
tengah..” atau disebut sebagai Sholat Wustho, yaitu sholatnya qalbu,
karena qalbu itu diciptakan posisinya di tengah, antara
kanan dan kiri, antara bawah dan atas, antara bahagia dan sengsara, sebagaimana
sabda Nabi Saw, : “Qalbu berada diantara dua Jemari dari Jemari-jemari
Ar-Rahman, dimana Allah membolak-balikkannya semauNya…” (Hr. Muslim, dan juga
dikutip oleh Al-Ghazali dalam Al-Ihya’). Yang dimaksud dengan Dua Jemari adalah
dua sifatNya, Al-Qahr (Yang Maha Memaksa) dan Al-Luthf (Yang Maha Lembut),
sebab Allah Maha Suci dari Jemari-jemari. Maka menjadi jelas maksud ayat
tersebut adalah Sholat Qalbu.
Apabila Sholat Qalbu rusak, maka Sholatnya pun rusak
termasuk sholat jasmaninya, sebagaimana hadits Nabi Saw, “Tidak ada sholat
melainkan dengan hati yang hadir di hadapan Allah.” Orang yang sholat
bermunajat kepada Tuhannya, dan tempat munajat itu qalbu (hati). Jika hatinya
alpa, maka rusak pula sholatnya. Hati adalah pokoknya, yang lain hanyalah
pengikutnya, sebagaimana dalam hadits Nabi Saw. “ Ingatlah! Sesungguhnya dalam
jasad itu ada segumpal daging, apabila ia bagus maka bagus pula seluruh
jasadnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya.
Ingatlah, daging itu adalah qalbu…” (Hr. Bukhori). Sholat
syariat itu ada waktunya, setiap hari dan malam, lima kali. Disunnahkan
berjama’ah di masjid dan harus menghadap Ka’bah, mengikuti iman, tanpa ada
sikap pamer dan popularitas. Sedangkan Sholat Thoriqoh itu adalah Dzikrullah
sepanjang hidup. Masjidnya adalah qalbunya. Jama’ahnya adalah perkumpulan
kekuatan-kekuatan batin, untuk sibuk terus menerus mengingat Nama-nama Allah
dan mentauhidkan Allah dengan lisan batin. Imamnya adalah rasa rindu dalam
spirit qalbu (Fuad).
Dan kibaltnya adalah Al-Hadrah al-Ahadiyah (Manunggal
hamba-Allah dalam KeesaanNya) dan Keindahan ShomadiyahNya, itulah kiblat
Hakikat. Qalbu dan Ruh sibuk dengan sholat Thariqat ini sepanjang zaman. Karena
Qalbu tidak mati dan tidak tidur. Ia sibuk dalam tidur dan jaga dengan
kehidupan qalbu, tanpa suara, tanpa berdiri dan tanpa duduk. Itulah yang
disebut oleh Allah swt:“Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami
memohon pertolongan…” (Al-Fatihah, 5) Dalam Tafsir Al-Baidhowi, Anwarut Tanzil
wa Asdrorut Ta’wil, beliau mengatakan, “Dalam ayat tersebut ada isyarat bagi
orang yang ma’rifat kepada Allah, dan transformasinya dari kondisi dimana ia
tidak hadir jiwanya menjadi hadir di hadapan Allah Ta’ala.
Maka ia berhak mendapatkan tugas ini, sebagaimana sabda
Rasululllah saw: “Para Nabi dan para wali senantiasa sholat dalam kuburnya
sebagaimana mereka sholat di rumah-rumah mereka.”Maksudnya mereka terus sibuk
bersama Allah dan munajat bagi kehidupan qalbunya. Bila Sholat Syariat dan
Sholat Thoriqoh telah berpadu, lahir dan batin, maka sempurnalah sholatnya, dan
meraih pahala yang agung dalam taqarrub dengan alam ruhaninya. Dan dia juga
meraih derajat jasmaniyah, lalu si hamba menjadi seorang ‘abid secara dzohir,
dan ‘arif secara batin.
Jika seseorang tidak berhasil sholat Thoriqoh dengan hati
yang hidup, maka ia tergolong tidak sempurna, dan pahalanya tidak sampai pada
derajat taqarrub kepada Allah Ta’ala. Tidak ada yang dapat menghalangi kamu
untuk mendapatkan keridhoan dan pertolongan langsung dari Allah, selain dari pada
kebergantungan kamu kepada manusia dan tatacara penghidupan dan pendapatan
kamu. Manusia menjadi penghalang bagi kamu untuk mencapai kehidupan yang
diamalkan oleh Nabi, yaitu yang berkenaan dengan pendapatan. Selagi kamu masih
mengharapkan hadiah dan keridhoan manusia serta meminta-minta kepada mereka,
maka berarti kamu telah menyekutukan Allah dengan yang lain.
Dengan demikian, kamu tidak akan dapat mencapai kehidupan
yang telah diamalkan oleh Nabi, yaitu pendapatan secara halal dari dunia ini.
Apabila kamu menjauhkan kehidupan kamu dengan manusia, dengan menyekutukan
mereka dengan Allah, dengan bergantung kepada pendapatan kamu, dengan berpuas
hati dengannya, dan dengan lupa kepada karunia Allah, maka berarti kamu telah
bersikap seperti orang musyrik. Syirik di sini lebih halus daripada syirik yang
terdahulu. Karenanya, Allah akan menghukum kamu dan menjauhkan kamu dari
keridhoan-Nya.
Apabila kamu telah keluar dari keadaan semacam ini dan
membuang syirik jauh-jauh; melepaskan kebergantungan hati kamu kepada
pendapatan kamu dan kepada daya dan upaya kamu; niscaya kamu akan melihat bahwa
Allah-lah yang sebenarnya memberi kehidupan itu, menjadikan sebab dan akibat,
memberi kekuatan untuk mencari pendapatan dan memberi kekuatan kepada segala
yang baik; dan kamu mengetahui bahwa kehidupan itu berada di tangan-Nya, yang
kadang-kadang dibawa-Nya kepada kamu melalui manusia dengan cara kamu meminta
kepada mereka pada masa ujian dan perjuangan, atau melalui permohonanmu
kepada-Nya,
atau kadang-kadang melalui pemberian manusia, dan atau
melalui karunia-Nya yang sedemikian rupa, sehingga kamu tidak melihat sebab dan
cara datangnya; maka kamu menuju kepada Dia dan kembali ke hadirat-Nya Yang
Maha Agung dan Maha Perkasa. Yang demikian itu jika Dia menyingkapkan tirai
yang melindungi kamu dari keridhoan-Nya dan membuka pintu rizki dengan
kehendak-Nya di dalam keadaan perlu, bersesuaian dengan keperluan kamu ketika
itu, misalnya dokter yang menjadi sahabat bagi pasien. Inilah perlindungan dari
Dia Yang Maha Mulia dan Maha Agung, untuk membersihkan kamu dari kecenderungan
kepada yang lain selain Dia. Dan dengan itu, maka Dia meridhoi kamu.
Oleh karena itu, apabila Dia telah mengosongkan hati kamu
dari setiap tujuan, nafsu dan kehendak, maka Dia akan memenuhi hati kamu dengan
tujuan dan kehendak-Nya semata-mata. Apabila Dia hendak memberikan bagianmu
kepadamu dan bukan bagian orang lain, maka kamu pasti bisa mendapatkan bagian
kamu itu dan Dia akan mengarahkanmu untuk mendapatkan bagian kamu itu, lalu
bagian kamu itu akan sampai kepadamu pada saat-saat kamu memerlukannya.
Kemudian, Dia akan memberi kekuatan kepada kamu untuk bersyukur kepada-Nya. Hal
ini akan menambah keinginan kamu untuk menjauhkan diri dari orang banyak dan
untuk mengosongkan hati kamu dari apa saja selain Allah.
Apabila ilmu dan kepercayaanmu telah bertambah kuat dan
teguh, hati kamu telah lapang dan bercahaya, kamu bertambah dekat kepada Allah
dan kamu telah pantas untuk memelihara rahasiarahasia-Nya, maka kamu akan
diberi ilmu untuk mengetahui terlebih dahulu waktu bagian kamu itu akan sampai
kepadamu. Dan ini adalah tanda bahwa kamu telah diberi kemuliaan dan
keridhoan-Nya. Inilah karunia-Nya, kasih sayang-Nya, pengarahan dan
bimbingan-Nya. Firman Allah, “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar.
dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS 32:24) Dan
firman-Nya pula, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS
29:69) Allah juga berfirman, “Dan takutlah kamu kepada Allah, dan Dia akan
mengajar kamu. Kemudian akan diberi-Nya kamu kekuatan untuk mengawal alam dengan
kebenaran yang terang, yang tidak ada kegelapan di dalamnya, dengan tanda-tanda
yang nyata dan terang seperti terangnya matahari, dengan perkataan yang
manis-manis yang lebih manis dari segala yang manis dan dengan wahyu yang
sebenarnya, tanpa kegelapan apapun, dan bebas dari nafsu-nafsu kebinatangan dan
dari hasutan setan yang dilaknat.”
Allah berfirman dalam kitabnya, “Wahai anak Adam, Aku-lah
Tuhan. Tidak ada yang patut disembah selain Aku. Apabila Aku berkata kepada
seuatu, “Jadilah !”, maka jadilah ia. Patuhlah
kepada-ku, sehingga Aku jadikan kamu bila berkata kepada
sesuatu “Jadilah !”, maka jadilah ia.”
Yang semacam itu telah Dia lakukan kepada kebanyakan para
Nabi dan para Wali serta orang-orang khusus yang diridhoi-Nya dari anak Adam.
Sholat Syari’ah, anda sudah tahu ayat:
“Peliharalah sholat-sholat…” (Al-Baqoroh: 238)
yang disana tentu ada rukun-rukun sholat secara lahiriyah
dengan gerakan-gerakan jasmani, seperti berdiri, ruku’, sujud, duduk, suara dan
lafadz yang diucapkan. Semua itu masuk dalam ayat, “Peliharalah….”
Sedangkan Sholat Thoriqoh, adalah sholatnya qalbu, yaitu
sholat yang diabadikan. Dalam ayat itu berlanjut : “Dan sholat yang di
tengah..” atau disebut sebagai Sholat Wustho, yaitu sholatnya qalbu, karena
qalbu itu diciptakan posisinya di tengah, antara kanan dan kiri, antara bawah
dan atas, antara bahagia dan sengsara, sebagaimana sabda Nabi Saw, : “Qalbu
berada diantara dua Jemari dari Jemari-jemari Ar-Rahman, dimana Allah
membolak-balikkannya semauNya…” (Hr. Muslim, dan juga dikutip oleh Al-Ghazali
dalam Al-Ihya’).
Yang dimaksud dengan Dua Jemari adalah dua sifatNya, Al-Qahr
(Yang Maha Memaksa) dan Al-Luthf (Yang Maha Lembut), sebab Allah Maha Suci dari
Jemari-jemari. Maka menjadi jelas maksud ayat tersebut adalah Sholat Qalbu.
Apabila Sholat Qalbu rusak, maka Sholatnya pun rusak termasuk sholat
jasmaninya, sebagaimana hadits Nabi Saw, “Tidak ada sholat melainkan dengan
hati yang hadir di hadapan Allah.”
Orang yang sholat bermunajat kepada Tuhannya, dan tempat
munajat itu qalbu (hati). Jika hatinya alpa, maka rusak pula sholatnya. Hati
adalah pokoknya, yang lain hanyalah pengikutnya, sebagaimana dalam hadits Nabi
Saw. “ Ingatlah! Sesungguhnya dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila ia
bagus maka bagus pula seluruh jasadnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah
seluruh jasadnya. Ingatlah, daging itu adalah qalbu…” (Hr. Bukhori).
Sholat syariat itu ada waktunya, setiap hari dan malam, lima
kali. Disunnahkan berjama’ah di masjid dan harus menghadap Ka’bah, mengikuti
iman, tanpa ada sikap pamer dan popularitas.
Sedangkan Sholat Thoriqoh itu adalah Dzikrullah sepanjang
hidup. Masjidnya adalah qalbunya. Jama’ahnya adalah perkumpulan
kekuatan-kekuatan batin, untuk sibuk terus menerus mengingat Nama-nama Allah
dan mentauhidkan Allah dengan lisan batin. Imamnya adalah rasa rindu dalam
spirit qalbu (Fuad). Dan kibaltnya adalah Al-Hadrah al-Ahadiyah (Manunggal
hamba-Allah dalam KeesaanNya) dan Keindahan ShomadiyahNya, itulah kiblat
Hakikat.
Qalbu dan Ruh sibuk dengan sholat Thariqat ini sepanjang
zaman. Karena Qalbu tidak mati dan tidak tidur. Ia sibuk dalam tidur dan jaga
dengan kehidupan qalbu, tanpa suara, tanpa berdiri dan tanpa duduk. Itulah yang
disebut oleh Allah swt:“Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami
memohon pertolongan…” (Al-Fatihah, 5)
Dalam Tafsir Al-Baidhowi, Anwarut Tanzil wa Asdrorut Ta’wil,
beliau mengatakan, “Dalam ayat tersebut ada isyarat bagi orang yang ma’rifat
kepada Allah, dan transformasinya dari kondisi dimana ia tidak hadir jiwanya
menjadi hadir di hadapan Allah Ta’ala. Maka ia berhak mendapatkan tugas ini,
sebagaimana sabda Rasululllah saw: “Para Nabi dan para wali senantiasa sholat
dalam kuburnya sebagaimana mereka sholat di rumah-rumah mereka.”Maksudnya
mereka terus sibuk bersama Allah dan munajat bagi kehidupan qalbunya. Bila
Sholat Syariat dan Sholat Thoriqoh telah berpadu, lahir dan batin, maka
sempurnalah sholatnya, dan meraih pahala yang agung dalam taqarrub dengan alam
ruhaninya. Dan dia juga meraih derajat jasmaniyah, lalu si hamba menjadi
seorang ‘abid secara dzohir, dan ‘arif secara batin.Jika seseorang tidak
berhasil sholat Thoriqoh dengan hati yang hidup, maka ia tergolong tidak
sempurna, dan pahalanya tidak sampai pada derajat taqarrub kepada Allah Ta’ala
Allah Azza wa-Jalla Ta’ala telah memberi penjelasan tentang
dua Perjuangan : Perjuangan Dzahir dan Perjuangan Batin.
Jihad Batin adalah perjuangan melawan hawa nafsu, watak
nalurinya, setan serta taubat dari kemaksiatan, dosa-dosa, dan meninggalkan
hal-hal yang menyenangkan yang diharamkan. Sedangkan Jihad Lahir adalah Jihad
melawan orang-orang kafir yang kontra terhadap Allah dan RasulNya, melalui
senjata dan berperang.
Jihad Batin itu lebih sulit dibanding Jihad Lahir, karena
Jihad Batin itu dilakukan terus menerus dan menjadi keharusan. Bagaimana tidak
lebih sulit? Sebab Jihad Batin berarti memutuskan segala kecenderungan nafsu
yang dilarang, menjauhinya, dan menjalankan seluruh perintah Allah serta
menjauhi laranganNya.
Siapa pun yang bisa meraih perjuangan lahir batin berarti ia
mendapatkan kemenangan dunia dan akhirat. Luka-luka yang menimpa jasad
syuhada’, seperti luka ditangan anda, tak berasa. Sedangkan mati di tangan
Mujahid yang melawan nafsunya, yang bertobat dari dosanya, seperti minuman
dingin di mata orang yang haus dahaga.
Wahai kaum Sufi, tak ada yang membebanimu, kecuali Allah
akan memberikanmu sesuatu yang lebih baik dibanding bebanmu. Setiap saat
mestinya punya makna khusus di hatimu untuk Allah, baik berkait dengan perintah
maupun laranganNya. Berbeda dengan kebanyakan makhluk dan orang-orang munafik
yang menjadi musuh-musuh Allah Azza wa-Jalla, karena kebodohan dirinya terhadap
kebenaran dan sikap bermusuhannya terhadap Allah Ta’ala, mereka masuk ke
neraka.
Bagaimana mereka tidak masuk neraka? Sedangkan mereka di
dunia kontra terhadap Allah Ta’ala, mengikuti keselarasan nafsunya, egonya,
tradisinya, setan-setannya, mendahulukan kepentingan dunianya dibanding
akhiratnya.
Bagaimana tidak masuk neraka? Mereka telah mendengarkan
ayat-ayat Al-Qur’an, tidak beriman, tidak mengamalkan perintahNya dan tidak
menjauhi laranganNya.Wahai kaumku, berimanlah dengan Qur’an ini, amalkan dan
ikhlaslah dalam mengamalkannya, tidak untuk diteriakkan, dan jangan sampai
kalian munafik dalam amaliahmu, jangan sampai mencari pujian dari makhluk dan
mencari balas budi mereka.
Sedikit sekali orang yang beriman dan Qur’an diamalkan
benar-benar demi Wajah Allah. Karenanya betapa minoritasnya kaum muhklisin, dan
betapa banyaknya kaum munafik. Bahkan betapa kalian ini sangat malas dalam
ketaatan kepada Allah Azza wa-Jalla, justru kalian lebih semangat taat kepada
musuhmu, yaitu setan yang dirajam.
Kaum Sufi senantiasa berharap, dalam detik-detiknya tidak
lepas dari tugas-tugas Allah azza wa-Jalla. Mereka benar-benar mengetahui bahwa
kesabaran terhadap tugas dan ketentuanNya serta takdirNya, itu merupakan
limpahan kebajikan dunia akhirat, yang berarti berselaras dengan kehendak dan
tindakanNya, kadang ia bersabar, kadang pula ia bersyukur, kadang dalam nuansa
dekat dan kadang merasa jauh, kadang dalam kesibukan yang penat kadang pula
dalam rasa ringan, kadang dalam limpahan kekayaan dan kadang dalam kemiskinan,
kadang sehat kadang sakit. Seluruhnya tidak lepas dari kebersamaannya dengan
Allah Azza wa-Jalla. Itulah yang paling penting bagi mereka, harapan bagi
kesalamatan mereka dan keselamatan makhluk lain ketika bersama Sang Khaliq Azza
wa-Jalla, dan mereka terus menerus memohon kepadaNya bagi kemaslahatan
manusia.Anak-anak sekalian.
Jadilah kalian ini selalu berpijak pada yang benar, maka
kalian akan cemerlang. Jika kalian benar dalam hukum, kalian fasih dalam
pengetahuan. Jika kalian benar dalam batin, akan fasih dalam lahir. Seluruh
keselamatan ada dalam ketaatan, yaitu menjalankan perintah dan menjauhi
larangan, bersabar atas seluruh ketentuanNya. Siapa yang memohon ijabah dari
Allah maka Allah Ta’ala akan mengijabahi, siapa yang taat padaNya maka seluruh
makhluk pun taat kepadanya.
Wahai jamaahku. Terimalah dariku, aku yang menasehatimu. Aku
mendampingimu, dan mendampingi apa yang yang diberlakukan oleh Allah kepadaku
dan kepadamu. Jangan sampai kalian mencurigaiku, karena aku hanya ingin
kebahagiaanmu sebagaimana kebahagiaanku. Nabi Saww bersabda:”Orang beriman
tidak akan sempurna keimanannya sampai ia berhasrat agar saudaranya muslim
mendapatkan apa yang didapatkannya.” Inilah sabda junjungan dan panutan kita,
yang membimbing kita dan mensyafaati kita. Seorang pemuka para Nabi dan Rasul,
para shiddiqin, dari masa Adam as, sampai hari kiamat kelak. Betapa
kesempurnaan iman telah terhalang oleh kehendak orang yang tidak mencintai
saudaranya yang muslim sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
Bila anda mencintai diri anda, anda akan memakai pakaian
terbaik, makanan paling lezat, tempat tinggal paling elok, harta yang banyak,
kenapa anda tidak bersikap seperti itu untuk sahabat anda yang muslim. Berarti
anda sungguh pendusta, jika anda mengaku telah sempurna iman anda.
Wahai orang yang mau berfikir, lihatlah tetanggamu miskin,
sedangkan anda punya harta. Mereka wajib menerima zakat anda, bahkan setiap
hari anda memetik laba anda, bahkan sangat berlebih dari sekadar kecukupan
sehari-hari, lalu anda menghalangi untuk memberikan harta anda, sementara mereka
pun si miskin itu tetap rela dengan kekuarangannya. Namun karena hawa nafsumu,
setanmu ada di belakangmu, yang membuat anda sulit berbuat baik, sedangkan
ambisi anda terus bergolak untuk harta dunia anda, iman dan ketaqwaan sangat
minim, sungguh anda telah melakukan kemusyrikan melalui harta dan sesama
makhluk. Sementara tak ada kebajikan pada dirimu.
Siapa saja yang banyak kesenangannya pada dunia, ambisinya
liar sampai lupa maut, lupa kelak bertemu Allah, tidak bisa membedakan yang
halal dan yang haram, sesungguhnya orang itu telah serupa dengan orang-orang
kafir. Mereka katakan:”Tidak ada kecuali kehidupan dunia, dimana kami mati dan
hidup. Tak ada yang menghancurkan kami kecuali sang waktu.” (Al-Jatsiyah 24)
Seakan-akan anda ini seperti bagian dari mereka, hanya saja anda menggunakan
baju Islam, dan anda telah mengalirkan darah anda dengan dua syahadat, anda
ikut sholat, puasa, hanya sebagai tradisi kebiasaan, bukan sebagai ibadah.
Tampaknya dimata khalayak anda orang yang bertaqwa, sedangkan hatimu pengecut,
dan itu sama sekali tidak berguna.
Wahai kaum Sufi, sungguh mana berguna bagimu, lapar dan
dahaga di siang hari, sedang di malam hari anda memakan barang haram. Puasa di
siang hari, maksiat di malam hari. Anda mencegah untuk minum di siang hari lalu
anda berbuka dengan darah kaum muslimin. Diantara kalian puasa di siang hari,
fasik di malam harinya. Rasulullah saw, bersabda:”Ummatku tidak akan hina
sepanjang memuliakan bulan Ramadlan.”(Hr Muslim)
Mengagungkan bulan Ramadlan itu dengan ketaqwaan, dan
berpuasa hanya untuk Allah Ta’ala disertai menjaga batas syariat.Anak-anak
sekalian. Berpuasalah. Dan ketika berbuka, bagilah bukamu dengan kaum miskin.
Jangan anda makan sendiri, jika anda makan sendiri, dikawatirkan anda tertimpa
kesulitan dan kemiskinan.Wahai kaumku: Anda semua kenyang sementara tetangga
anda lapar, sedangkan anda mengaku sebagai orang beriman. Imanmu tidak sah,
ketika makanan berlimpah sedangkan ada sang miskin sedang di pintumu lalu anda
menolaknya. Dalam sekejap tersebar berita anda, dan sekejab pula anda bisa
jatuh miskin, anda pun ditolak dimana-mana ketika meminta.
Sungguh perhatikan! Semestinya anda himpun dua hal apa yang
ada di tanganmu dan sekaligus tangan lain memberikan. Tawadlu’ (rendah hati)
ketika anda bangkit, dan memberikan harta di satu sisi. Nabi kita Sayyidina
Muhammad Saww, memberi orang yang meminta dengan tangannya, dan beliau juga
memerah sendiri air susu onta, memerah susu kambing, dan menjahit
bajunya.Bagaimana kalian mengaku mengikuti jejaknya, sedangkan anda anda justru
kontra dengan beliau baik dalam tindakan, ucapan dan perbuatan? Anda membuat
pengakuan tanpa bukti? Kalau anda Yahudi sejati mestinya sangat patuh pada
Taurat yang benar, begitu juga kalau anda muslim sejati mestinya memenuhi
syarat-syarat ke-Islaman anda, jika tidak jangan mengaku-aku sebagai muslim
sejati. Mestinya anda memenuhi syarat ke-Islaman, hakikat ke-Islaman, yaitu
menyerahkan sepenuhnya dirimu di hadapan Allah Azza wa-Jalla. Pedulilah kepada
makhluk, sampai akhirnya Allah peduli padamu. “Cintailah orang yang ada di muka
bumi, sampai mencintaimu yang di langit.”Sepanjang dirimu tegak dengan dirimu,
kamu tidak akan sampai ke maqom ini.
Sepanjang kamu masih memelihara hasrat dan kesenangannya
kamu pasti berada dalam tali ikatannya, dan mencegahmu untuk sampai kepada
Allah. Karena kamu hanya sampai pada bagian ego nafsumu dengan kehancurannya.
Hak nafsu itu adalah kesenangan berpesta, berpakaian, minum dan tempat yang
nyaman di dalamnya, bagiannya adalah kelezatan dan syahwat. Maka ambillah
dengan tangan syariat. Sepanjang anda mengambil itu menurut kadar dan kepastian
dari Allah Azza wa-Jalla, maka boleh anda makan. Duduklah di pintu syariat dan
berbaktilah, anda akan bahagia. Allah swt telah berfirman:“Apa yang datang dari
Rasul, maka ambillah dan apa yang dilarang darinya, hindarilah.” (Al-Hasyr : 7)
Terimalah dengan riang dan ringan, dan benamkan dirimu
padanya. Jika banyak yang anda dapat dari kepastianNya, sebagaimana ilmuNya,
maka disanalah anda berada. Jika anda menerima dengan gampang, anda tidak akan
hancur, bahkan tak akan pernah luput dari anugerah pemberianNya.
Hasan al Bashri berkata, “Cukuplah bagi orang beriman,
sekadar makanan ringan, cukuplah kurma jelek dan seteguk air.”Orang beriman itu
makan untuk kekuatan tubuh, orang munafik makan untuk menikmati makanan. Orang
beriman mengkonsumi makanan karena ia butuh kekuatan melintasi jalan menuju
tempat, dimana tempat itu justru seluruh kebutuhannya tercukupi, karenanya ia
makan hanya sekadar kuat saja. Sedang orang munafik memang tidak punya tempat,
tidak punya tujuan hidup. Betapa banyak hari-hari dan bulanmu teledor. Usiamu
kalian potong tanpa manfaat. Aku melihat kalian tidak teledor dengan duniamu,
sementara kalian teledor dengan agamamu. Berbaliklah, kalian akan berpijak pada
kebenaran. Dunia tidak akan abadi bagi siapa pun, begitu pula bagimu. Apakah
kalian masih punya harapan hidup bersama Allah Azza wa-Jalla?
Oh betapa minimnya pikiranmu. Betapa banyak orang menumpuk
dunianya, membangun dunianya, sementara di satu sisi ia merobohkan bangunan
akhiratnya, dengan mengumpulkan dunia dan membuang agamanya. Benar-benar
dramatik terjadi antara dirinya dan Allah Azza wa-Jalla, ia malah mendendam
kepada Tuhannya dan lebih ridlo kepada makhlukNya. Kalau dia tahu bakal mati
dalam waktu dekat, hadir di hadapanNya, ia pun juga dihisab atas seluruh
perbuatannya, maka tidak ada yang banyak dari jumlah amalnya.
Dari Luqmanul Hakim ra, berkata pada putranya, “Wahai
anakku, sebagaimana engkau sakit, kalian tidak tahu bagaimana tiba-tibanya
penyakit. Demikian pula kalian mati dan kalian tidak tahu bagaimana anda nanti
mati.”Aku peringatkan pada kalian dan aku hindarkan kalian. Tapi kalian tidak
pernah perhatikan, tidak pernah menghindari. Kalian malah lenyap dari kebaikan
sibuk dengan dunia. Sebentar lagi anda tua, dan dunia tidak ada gunanya, bahkan
semua yang anda kumpulkan jadi bebanmu.Anak-anak sekalian, semestinya kalian
menanggung tugas dan memutuskan kejahatan. Kalimat kejahatan akan bercabang,
jika kalian bicara, lalu saling bersahut, datang pula kalimat sepadannya, lalu
hadir keburukan diantara kalian. Hanya sedikit makhluk yang mengajak ke pintu
Allah Azza wa-Jalla, dan mereka ini sebagai bukti dan argument kebenaran atas
mereka. Jika khalayak tidak menerima, maka kaum mukmin akan meraihnya sebagai
nikmat, tapi derita bagi kaum munafik, mereka ini adalah musuh-musuh Allah Azza
wa-Jalla.
Ya Allah semoga Engkau berikan kebajikan bersama Tauhid, dan
sirnakan kami dari makhluk dan selain DiriMu secara total.
Wahai orang yang bertauhid, wahai orang yang masih musyrik,
sesungguhnya di tangan para makhluk itu tak berarti apa-apa. Sebuah kemuliaan
di mata penguasa, para raja, orang-orang kaya, semua itu hakikatnya di tangan
Allah SWT. Hati mereka berada di TanganNya, terserah Dia membolak
balikkannya.”Tak ada sesuatu pun yang menyamaiNya, dan Dia Maha Mendengar dan
Melihat.” (Asy-Syuuro : 11)
Jangan manjakan dirimu, ia bisa memakan jiwamu, seperti
orang yang mendidik anjing dan memanjakannya, suatu ketika lengah anjing itu
akan memangsanya pula. Jangan kau andalkan senjata nafsumu dan jangan pula
mengasah ketajamannya, karena akan mengenai dirimu di wadah kehancuran ketika
nafsu mengkhianatimu. Potonglah isi nafsu dan jangan melewati syahwatnya.
Ya Allah tolonglah kami atas nafsu-nafsu kami. Ya Tuhan
berikanlah kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan lindungilah
kami dari azab neraka
Pertentanganmu dengan (aturan) Allah swt, akan mengusirmu
dan menghilangkan dirimu dari Allah. Kembalilah dirimu dari sikap penentanganmu
sebelum engkau dihantam, dihinakan dan dinistakan oleh ular-ular bencana dan
kalajengking cobaan. Betapa pedihnya rasa cobaan, apalagi jika engkau
terpedaya. Karena itu anda jangan bergembira dengan yang engkau miliki, karena
apa yang ada di tangan anda pasti sirna.
Allah Ta’ala berfirman:
“Sehingga ketika mereka bergembira atas apa yang mereka
dapatkan, tiba-tiba Kami mengambil mereka seketika…”
Meraih anugerah keuntungan dari Allah Ta’ala harus ditempuh
dengan kesabaran. Karena itu Allah menguatkan berkali-kali tentang sabar itu.
Kefakiran (rasa butuh kepada Allah) dan kesabaran tidak akan pernah bertemu
kecuali bagi kewajiban orang beriman.Sedangkan para pecinta yang senantiasa
mendapat cobaan, lalu mereka menjadi sabar, terlimpahi ilham untuk berbuat
kebaikan beriringan dengan cobaan dan ujiannya, senantiasa bersabar atas
sesuatu yang yang baru terjadi dari Allah Ta’ala.
Kalau bukan karena kesabaran, anda semua tidak akan pernah
bertemu denganku. Aku telah membuat jebakan untuk memburu burung, dari satu
malam ke malam berikutnya, yang membuatku terus terjaga dan membuatku sunyi
dari orang ketika di siang hari dengan mata yang terpejam. Seorang lelaki yang
terikat oleh jaring-jaring jebakan, dan itu pun dilakukan demi kemaslahatan
anda semua, sementara anda semua tidak mengerti.Kalau bukan demi berselaras
dengan Allah ta’ala, bagaimana mungkin orang berakal mau bergaul dengan
penduduk negeri yang telah dibutakan hatinya oleh riya’, kemunafikan dan
kezaliman, bercampurbaurnya syubhat dan keharaman?
Betapa banyak nikmat-nikmat Allah telah dikufuri, sementara
terjadi kolusi luarbiasa untuk menciptakan kefasikan dan penyimpangan. Betapa
banyak orang lumpuh di rumahnya sendiri, orang zindiq dalam kedai minumnya,
orang jujur di atas kursinya. Kalau bukan karena sebuah aturan, niscaya aku
bicara tentang hal-hal yang ada di rumah-rumah kalian. Namun bagiku ada fondasi
yang harus kubangun. Aku punya murid-murid yang butuh pendidikan. Seandainya
tersingkap sebagian apa yang ada dalam diriku, itu bisa menjadi penyebab
berpisahnya diriku dengan diri kalian semua, lalu terlempar dalam jejak-jejak
yang menghancurkan.Karena itu tutuplah pintu-pintu kemakhlukan (dari hatimu)
dan bukalah pintu-pintu antara dirimu dengan Allah. Akuilah dosa-dosamu,
mohonlah maaf kepada-Nya atas keteledoranmu selama ini. Yakinlah, bahwa
sesungguhnya tidak ada yang bisa membahayakan, memberikan manfaat, yang
memberikan anugerah, tidak ada yang bisa mencegah, kecuali Allah Ta’ala semata.
Dengan demikian, kebutaan mata hatimu akan sirna, lalu mata hati terbuka
bergerak, hingga membuka mata kepalamu.
Wahai anak-anakku…. Persoalan sesungguhnya bukan memakai
pakaian kumal atau pun makanan kasar. Persoalan sesungguhnya adalah kezuhudan
dalam hatimu. Awal mula yang dipakai oleh shiddiqun adalah pakaian wol dalam
hatinya, lalu terefleksi kesederhanaan itu dalam lahiriyahnya. Ia memakai
pakaian itu dalam rahasia batinnya, lalu dalam hatinya, kemudian untuk menutup
nafsunya, lalu fisiknya.
Ketika secara keseluruhan dirinya menggunakan pakaian
sederhana, maka tibalah tangan-tangan lembut dan kinasih serta tangan anugerah,
sampai akhirnya berubah drastis dalam tragedi ini. Ia copot baju hitamnya dan
diganti dengan baju kegembiraan pesta, ia ganti penderitaan dengan kenikmatan,
ia ganti dendam dengan keceriaan, ia rubah ketakutan dengan rasa aman, ia rubah
rasa jauh menuju rasa dekat, rasa fakir menuju rasa cukup.
Wahai anak-anakku, raihlah bagian dengan tangan zuhud, bukan
dengan tangan ambisi pribadi. Orang yang makan dengan menangis, berbeda dengan
orang yang makan dengan tertawa. Makanlah bagian itu, dan hatimu bersama Allah
Ta’ala. Anda akan selamat dari keburukannya. Jika engkau makan dari resep
dokter atau ahli kesehatan tentu itu lebih baik daripada anda makan sendiri,
tanpa anda tahu asal usulnya makanan itu, sehingga, menyebabkan hatimu keras
jauh dari amanah, sementara anda benar-benar kehilangan rahmat. Hilang pula
amanah syariah di sisimu, karena kalian telah meninggalkan dan mengkhianatinya.
Sungguh celaka, jika amanah kalian sia-siakan.
Jagalah mahkotamu itu bersama Tuhanmu Azza wa Jalla.
Waspadalah atas ancamanNya, karena siksaNya begitu dahsyat. Siksa itu bisa
merebut rasa amanmu, rasa sehat afiatmu, foya-foya dan sukacitamu. Taatlah
kepadaNya, karena Dia adalah Tuhan langit dan bumi. Jagalah nikmatNya dengan
syukur. Terimalah perintah dan laranganNya dengan patuh dan taat. Terimalah
kesukaran dariNya dengan kesabaranmu, dan terimalah dengan syukurmu atas
kemudahanNya. Karena demikian adalah perilaku pendahulumu, dari para Nabi, para
Rasul dan orang-orang yang saleh, yang senantiasa bersyukur atas nikmat dan
bersabar atas cobaan.
Tegaslah terhadap kemaksiatan. Terimalah ketaaatan. Jagalah
aturanNya, dan ketika datang kemudahan bersyukurlah. Sebaliknya jika yang
datang kesukaran bertobatlah dari dosa-dosamu, lalu debatlah, lawanlah hawa
nafsumu. Karena Allah tak pernah menzalimi Maka dari itu ingatlah maut dan
resiko sesudah maut. Ingatlah Tuhan Yang maha agung dan Luhur, hisab dan
pengawasanNya padamu.
Bangunlah, sampai kapan kamu semua tidur terlelap, sampai
kapan kamu terlempar dalam kebodohan dan keluar masuk dalam kebatilan?
Bergelimang dengan nafsu, hawa, dan kebiasan-kebiasaan. Kenapa? Kenapa tidak
mendidiknya demi ibadah kepada Allah dan mengikuti aturan hukumNya. Padahal
ibadah itu meninggalkan kebiasan-kebiasaan nafsu, kenapa tidak mendidik dirimu
dengan adab Qur’an dan sunnah?
Anak-anak muridku…..Jangan bergaul dengan banyak orang
disertai kebutaan hati, ketololan disertai kealpaan dan kelelapan. Bergaulah
dengan mereka, dengan matahati, ilmu dan keterjagaan jiwa. Jika anda temukan
hal yang terpuji dari mereka, ikutilah, dan jika ada yang menyeretmu pada
keburukan, jauhilah dan tolak. Engkau berada dalam alpa total, alpa dari Allah
Azza wa Jalla. Makanya, anda harus bangkit, disiplin dengan masjid,
memperbanyhak sholawat kepada Nabi SAW.Nabi saw, bersabda: “Seandainya neraka
turun dari langit, tak ada yang selamat kecuali ahli masjid.”Jika kalian semua
menunaikan sholat, totalkan sholatmu hanya kepada Allah Ta’ala, dan karena itu
Rasulullah saw, bersabda, “Yang paling dekat bagi hamba pada Tuhannya, apabila
hamba sedang bersujud.”
Duh.. celaka kalian. Kenapa kalian sering membuat ulah dan
mencari-cari keringanan? Orang yang mencari-cari takwil demi seleranya
sesungguhnya terpedaya. Padahal jika kita merengkuh ‘azimah (pr insip), dan
kita bergantung pada Ijma’, sementara amal kita ikhlas, maka kita pun akan
bersih bersama Allah Ta’ala. Lalu bagaimana bisa terjadi jika anda malah
merekayasa azimah, mencari jalan kemudahan nafsu, lalu para pemegang teguh
azimah sirna?Inilah zaman rukhsoh, bukan zaman ‘azimah. Inilah zaman riya’ dan
kemunafikan, dimana harta didapat dengan cara tidak benar. Betapa banyak orang
yang sholat, puasa, zakat, haji, dan berbuat baik untuk makhluk, bukan untuk
Khaliq. Dan mayoritas yang memenuhi alam semesta ini adalah demi kepentingan
sesama makhluk, bukan demi Khaliq.
Kalian semua telah mati jiwa, menghidupkan nafsu dan hawa
nafsu untuk dunia. Padahal hidupnya hati ketika keluar dari kepentingan makhluk
dan teguh bersama Allah Azza wa Jalla.Hidupnya hati dengan menjalankan perintah
dan menjauhi larangan Allah azza wa Jalla. Hidupnya hati dengan sabar atas Qodlo,
Qodar dan ujianNya.
Wahai anak muridku…Serahkan dirimu kepadaNya dalam soal
kepastianNya. Bangunlah bersamaNya dalam soal itu. Perkara itu butuh fondasi,
lalu butuh bangunan, dan dawamkan setiap waktu, siang dan malammu. Karena itu,
waspadalah. Tafakkurlah dalam masalah hatimu.Jika engkau melihat kebajikan,
bersyukurlah. Jika engkau melihat keburukan bertobatlah. Dengan tafakkur ini
agamamu akan hidup dan matilah syetanmu. Karena itu dikatakan, tafakkur sejam
lebih baik dibanding bangun sepanjang malam.
Wahai ummat Muhammad, bersyukurlah kepada Allah Ta’ala yang
telah menerima amalmu yang sedikit dengan menyandarkan kepada amal pendahulumu.
Sebab kalian semua adalah yang terakhir di dunia, tetapi yang pertama di hari
kiamat. Jika kalian benar, maka tak ada yang lebih benar menandingi kalian.
Kalian semua adalah para pemuka dan pemimpin, sedangkan umat lain adalah
rakyat. Tetapi jika sepanjang anda masih duduk di rumah nafsumu dan watakmu,
sulit untuk menjadi benar. Jika sepanjang anda bangkit bersama makhluk dan
terpaku terhadap apa yang ada di tangan mereka, dengan menarik mereka melalui
riya’ dan kemunafikan anda, sungguh tetap tidak benar bagi anda. Sepanjang anda
masih ambisi dunia, sepanjang hati anda masih bersiteguh pada selain Allah,
tidak ada yang dibenarkan.
Ya Allah berilah kami rizki, untuk senantiasa di
sisiMu.Tuhan, berikanlah kami kebajikan di dunia, dan kebajikan di akhirat, dan
lindungilah kami dari siksa neraka
Anak-anak muridku sekalian….
Ingatlah, sebelum diingatkan, tanpa anda harus diperintah
anda mendekat kepada Allah. Bergaullah dengan kalangan ahli agama, karena
mereka adalah manusia paling berakal dan mengerti siapa yang paling taat kepada
Allah dan siapa paling maksiat padaNya.Nabi saw, bersabda, “Beruntunglah anda…”
Artinya anda sangat butuh kepadaNya dan anda cukup bersamaNya.
Bila anda bersama Ahlud Din, dan anda mencintainya anda akan
merasa cukup, dan hati anda akan lari dari kemunafikan. Karena kaum munafik
sesungguhnya hanya suka pamer, tidak ada yang diterima amalnya. Allah tidak
menerima bentuk amal anda, rupa amal anda, tetapi Allah menerima apa yang ada
dibalik amal anda, hati anda. Jika anda melawan hawa nafsu anda, setan anda,
duniawi anda dalam amaliyah anda, Allah akan menerima anda.
Berbuatlah kebaikan, Allah akan menerima dari sisi jiwanya.
Dan jangan melihat amaliyah anda sedikit pun, karena Allah tidak akan
menerimanya kecuali amaliyah itu hanya untukNya, demi WajahNya, bukan untuk
wajah makhluk.Celaka anda ini! Anda berbuat baik demi makhluk, tetapi ingin
diterima oleh Allah Azza wajalla. Ini sebuah penipuan dari diri sendiri.
Tinggalkan kerakusan anda, kesombongan anda, kesenang-senangan anda. Anda harus
prihatin, jangan bersenang-senang, sebab anda berada di alam keprihatinan dalam
penjara dunia.Nabi Saw senanatiasa bertafakkur, tidak banyak gembiranya, banyak
prihatinnya, tidak banyak tertawanya kecuali hanya tersenyum, hanya untuk
menyenangkan lainnya.
Hati Nabi penuh kerpihatinan dan kesibukan bersama Allah.
Jika saja bukan karena para sahabat dan perkara dunia ini, Nabi saw, tak akan
pernah keluar dari rumahnya dan tak pernah duduk dengan siapapun.Wahai anak
muridku.
Jika Khalwat anda benar bersama Allah Azza wa-Jalla Sirrmu
akan cemerlang dan hatimu akan jernih. Pandangan anda akan penuh pelajaran.
Hati anda akan penuh dengan tafakkur, ruh anda akan membubung menuju Allah Azza
wa-Jall, wushul kepadaNya.Memikirkan dunia justru menyiksa dan menghijab.
Sedangkan tafakkur tehadap akhirat membuahkan pengetahuan dan menghidupkan
hati. Allah tidak memberikan anugerah bagi orang yang tafakkur kecuali
pengetahuan mengenai dunia akhirat.
Wah! Anda telah menelantarkan hati anda di dunia, sedangkan
Allah Azza wa-Jall, telah memberikan segalanya untuk anda. Allah telah menentukan
waktu setiap hari bagi anda, dan Allah telah terus menerus melimpahkan rizki
pada anda, baik anda mencarinya atau tidak. Ambisi dan kerakusan anda telah
membuat anda hina di depan Allah maupun di depan makhluk. Dengan iman yang
kurang anda lalu mencari rizki, padahal ketika iman anda bertambah anda tidak
perlu mencarinya. Bahkan dengan keparipurnaan dan kesempurnaan iman, anda cukup
istirahat dari dunia.
Anak muridku, anda jangan mencampur adukkan hal yang serius
dengan guyonan. Jika hati anda belum mampu teguh, bagaimana anda bersama
khalayak untuk anda baurkan bersama Khaliq, sedang anda berhati ganda dengan
dunia? Bagaimana anda bersama Allah? Bagaimana anda bisa mencampuradukkan yang
lahir dan yang batin? Yang tak masuk akal dan yang masuk akal, hal-hal yang ada
di sisi makhluk dan Khaliq? Betapa bodohnya orang yang melalaikan Khaliq dan
sibuk dengan makhluk, berteguh dengan yang duniawi dan alpa pada Allah?
Melupakan yang abadi dan bergembira dengan yang fana?Anda bersahabat dengan
orang-orang bodoh lalu mereka menularkan kebodohannya pada anda. Sebab, bergaul
dengan orang tolol berarti meraih kesia-siaan.
Bergaullah dengan orang mukmin yang yakin, yang mengamalkan
ilmunya. Karena orang beriman seperti ini, betapa baiknya mereka, betapa
kuatnya perjuangan mereka dalam melawan hawa nafsunya. Dalam konteks inilah
Rasulullah saw, bersabda: “Kegembiraan orang berimaan pada wajahnya,
prihatinnya ada dalam qalbunya.” Itulah kekuatan si mukmin ini, hingga mampu
mengekspresikan kegembiraan di hadapan para makhluk, sementara ia mampu
menyembunyikan keprihatinannya, antara dirinya dengan Allah Ta’ala. Sepanjang
hidupnya ada keprihatinan, banyak merenungnya, banyak menangisnya pada Allah,
sedikit tertawanya, dan itulah Nabi saw, bersabda: “Tak ada kegembiraan bagi
orang mu’min kecuali bertemu Allah Azza wa-Jalla.”
Orang beriman menutupi keprihatinannya dengan
kegembiraannya. Fisiknya bekerja di dunia, batinnya bersama Allah Ta’ala.
Fisiknya untuk keluarganya, batinnya untuk Tuhannya Azza wa-Jalla. Ia tak
pernah mengumbar keprihatinan jiwanya kepada keluarganya, isteri dan anaknya,
tetangga-tetangganya, bahkan kepada siapa saja dari khalayak makhlukNya, karena
ia mendengarkan ucapan Nabi SAW. : “Raihlah pertolongan atas persoalan kalian
semua melalui cara merahasiakan (masalah)”. Ia senantiasa menyembunyikan apa
yang ada di dalam batinnya. Seandainya saja ada yang keceplosan, itu pun tetap
ia ungkapkan dengan metafor, lalu ia tutupi, dan ia mohon maaf atas apa yang
terungkap.
Anak-anak muridku…. Jadikan diriku sebagai cerminmu. Jadikan
diriku sebagai cermin hati dan rahasia batinmu, sebagai cermin amaliahmu!
Kemarilah mendekat kepadaku, anda akan melihat apa yang ada
di dalam dirimu, sesuatu yang tidak bisa anda lihat ketika kalian jauh dariku.
Jika anda punya hajat seputar agamamu, anda harus dekat denganku, karena aku
tidak akan pernah menyembunyikan agama Allah Azza wa-Jalla. Tak ada yang harus
malu menyangkut agama Allah Azza wa Jalla. Karena anda selama ini berada dalam
pelukan kemunafikan. Tinggalkan duniamu yang ada di rumahmu, mendekatlah
kepadaku. Karena saya berdiri di pintu gerbang akhirat. Bersamalah denganku dan
dengarkan kata-kataku, dan amalkanlah sebelum maut menjemputmu.
Masalahnya bagaimana membangun rasa takut kepada Allah. Bila
kalian tidak punya rasa takut padaNya, kalian tidak aman di dunia dan di
akhirat. Sedangkan rasa Cinta dan Takut itu datang dari Allah juga untuk anda
yaitu mengenalNya dengan sesungguhnya. Karena itu Dia berfirman:“Sesungguhnya
yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya adalah para Ulama’”Tak ada yang
takut penuh cinta kecuali para Ulama yang mengamalkan ilmunya, yang
mengamalkannya dan memang mengetahuinya. Bahkan mereka tidak meminta balasan
dari Tuhannya, kecuali hanya ingin WajahNya dan mendekatiNya, hanya ingin CintaNya,
bersih dari hijab dan rentangan jarak. Mereka tidak ingin pintuNya tertutup
bagi mereka, dunia hingga akhirat, bahkan tidak ingin tertutup ketika ada pada
selainNya.
Dunia bagi suatu kaum, dan akhirat juga bagi suatu kaum.
Allah Ta’ala juga bagi suatu kaum, yaitu kaum yang keyakini imannya, yang
ma’rifat dan mencintaiNya, yang bertaqwa dan khusyu’ kepadaNya, yang senantiasa
prihatin hanya demi Dia. Suatu kaum yang yang takut penuh cinta kepadaNya,
walau mata fisiknya tak memandangNya, tetapi hatinya selalu memandangNya.
Bagaimana tidak takut setiap saat Allah mengurus semuanya, merubah dan
mengganti, menolong dan menghinakan ini dan itu, menghidupkan ini dan mematikan
itu.“Allah tidak ditanya apa yang Dia lakukan, tetapi merekalah yang akan
ditanya (apa yang mereka lakukan)”
Hilangnya Agama Ini karena Empat Hal:
Pertama, karena anda tidak mengetahui apa yang anda amalkan.
Kedua, karena anda mengamalkan perkara-perkara yang anda
tidak mengetahuinya.
Ketiga, karena anda tidak mau belajar hal-hal yang anda tidak
mengerti, lalu anda terus menerus bodoh.
Keempat, anda menghalangi orang-orang yang belajar
pengetahuan, dimana mereka tidak tahu.
Wahai kaum Sufi….Jika anda menghadiri majlis dzikir,
ternyata anda menghadirinya agar masalah anda terpecahkan. Anda malah kontra
dengan nasehat kebajikan, lalu anda pelihara kesalahan dan ketergelinciran,
bahkan anda tertawa dan main-main. Anda benar-benar mengkawatirkan, padahal
anda bersama Allah Azza wajalla.
Karena itu bertobatlah kalian dari situasi itu, jangan
sampai anda ini seperti para musuh Allah Azza waJalla. Raihlah manfaat dari apa
yang anda simak disana.Anak-anak, anda sudah terikat dengan ibadah, dan Allah
mengikat dengan AnugerahNya. Hendaknya anda berpijak pada Sang Penyebab, bukan
pada akibat, dan bertawakallah padaNya. Hendaknya anda tidak mengabaikan
amaliah, hendaknya pula ikhlas dalam beramal.
Allah SWT berfirman: “Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia
kecuali untuk beribadah.”
Allah tidak menciptakan mereka untuk berdusta, tidak
menciptakan mereka untuk bermain-main hampa, mencipatakan mereka bukan untuk
makan dan minum, tidur dan kawin. Ingatlah! Wahai orang-orang yang alpa dari
kealpaanmu. Ingatlah, anda melangkahkan hatimu satu langkah, Allah menuju
kepadamu beberapa langkah, dan Dia paling layak untuk anda rindukan semua
dibanding yang lainNya.
“Allah memberi rizki pada yang dikehendaki tanpa terhingga.”
Jika Allah menginginkan pada hambaNya, Allah menyediakan
langsung padanya. Ini sesuatu yang berhubungan dengan makna hakiki bukan rupa
fisik. Bila si hamba benar dalam ubudiyahnya ini, maka benarlah zuhudnya di
dunia dan akhirat.Selain Allah Ta’ala, ketika anda datang padanya, anda bisa
tetap benar, baik raja, sulthan, pemerintah, maka kedatangan anda, atom anda
adalah bukit, tetesannya adalah lautan, bintanya adalah rembulan, rembulannya
adalah matahari, sedikitnya adalah banyak, terhapusnya adalah tetapnya,
fana’nya adalah baqo’nya, geraknya adalah tetapnya. Pohonnya menjulang hingga
menyentuh Arasy, dan akarnya membubung sampai ke bintang Tsurayya, dan
dahan-dahannya melindungi dunia dan akhirat. Pohon apakah ini? Pohon Hikmah dan
Pengetahuan.
Dunia seperti lingkaran cincin, bukan dunia yang anda
miliki, bukan akhirat yang anda kait, yang tidak dimiliki oleh raja maupun
budak, tidak bisa dihalangi oleh apa pun atau diambil oleh siapa pun, tidak
bisa dikotori. Jika anda bisa memenuhi semua itu, anda akan bagus ketika berada
di tengah-tengah khalayak publik.
Manakala Allah menghendaki kebajikan pada hambaNya, maka
Allah menjadikan hamba itu sebagai dalil bagi mereka, menjadikan dokter bagi
mereka, menjadikan pendidik dan pengatur mereka. Sang hamba dijakdikan
penerjemah untuk mereka, dijadikan riasan bagi mereka, dijadikan lampu dan
matahari bagi mereka. Bila Allah menghendaki, segala terwujud. Jika tidak
demikian, si hamba ditirai dari segala hal selain DiriNya.
Individu-individu jenis manusia seperti ini memang
ditugaskan di tengah-tengah makhluk tetapi dengan perlindungan dan kesalamatan
menyeluruh pada dirinya. Allah menolong hamba ini untuk sebuah kemashlahatan
makhluk dan memberikan jalan menuju hidayah.
Orang yang zuhud dari dunia, diuji dengan akhirat. Orang
yang zuhud dari dunia dan akhirat, diuji oleh Pencipta dunia dan akhirat. Kalau
semua telah alpa, seakan-akan kalian tidak pernah bakal mati, seakan-akan
kalian tidak akan dihamparkan di padang mahsyar, anda tidak di hisab di sana,
anda tidak melewati jembatan Shirothol Mustaqim?
Ini sifat-sifat anda, padahal anda mengajak Islam dan Iman.
Ini Al-Quran dan Ilmu sebagai argumentasi bagi kalian. Jika kalian hadir dalam
majlis Ulama, dan anda menolak apa yang dikatakan mereka, maka kehadiran anda
sebagai hujjah yang membuat anda berdosa. Sebagaimana anda semua bertemu
Rasulullah Saww, di hari kiamat nanti, sementara anda tidak menerima beliau,
ketika seluruh makhluk dalam ketakutan atas kebesaran, keagungan dan keadilan
serta kesombonganNya, maka ketika itu seluruh kerajaan dunia musnah, dan hanya
kerajaan Ilahi yang abadi, semuanya di hari kiamat kembali kepadaNya.
Sementara itu para pemuka kaum Sufi juga tampak di sana
dengan kemuliaan dan kelengkapannya, dan bagaimana Allah memuliakan mereka di
hari itu. Para paku bumi, adalah penegak bumi, yaitu mereka sebagai penguasa
makhluk dan pemukanya sekaligus sebagai wakil Tuhan Azza wa-Jalla. Mereka hari
ini tidak tampak dalam rupa, tapi dalam makna, tetapi esok mereka tampak dalam
rupa.Para pemberani dalam argumentasi dan perang adalah mereka yang melawan
orang kafir. Sedangkan sang pemberani dari kalangan orang-orang sholeh adalah
yang melawan hawa nafsunya, watak manusiawinya, syetan dan para kolaborator
kejahatan. Mereka ini adalah syetan-syetan manusia. Sedangkan sang pemberani
dari kalangan Khowash adalah keberaniannya dalam Zuhud dunia dan akhirat dan
zuhud dari segala hal selain Allah secara total
Anak-anak muridku semua, manakah sesungguhnya Ubudiyah yang
benar kepada Allah Ta’ala? Betapa jauh anda meraih hakikatnya. Raihlah rasa
cukup bersama Allah dalam seluruh perkara kehidupan anda. Anda adalah hamba
yang pergi dari tuan anda, dan kembalilah kepadaNya. Merasalah sebagai hamba
yang hina dan rendah hatilah di hadapanNya, mengikuti perintah dan menjauhi
laranganNya. Bersabar dan berselaras terhadap ketentuanNya.
Bila semua ini sudah anda lakukan dengan sempurna berarti
pengabdian anda pada Tuan anda sudah maksimal, dan anda bisa merasa cukup
bersama Allah. “Bukankan Allah telah mencukupi hambaNya?”Jika ubudiyah anda
benar Allah pasti mencintai anda yang anda rasakan dalam hati anda, yang
membuat hati anda mesra bersamaNya. Taqarub anda pun tanpa disertai susah
payah, dan anda tidak merasa kesunyian karena Allah bersama Anda, sehingga anda
terus menerus Ridlo kepadaNya dalam segala hal. Bahkan jika saja dunia ini
terasa sempit bagi anda dan peluang-peluangnya tertutup, maka Allah Yang Maha
luas tetap bersama Anda. Bahkan anda tidak ingin makan makanan selain dariNya,
anda pun akan berselaras dengan Nabi Musa as, ketika Allah berfirman:“Dan Kami
haramkan pada Musa untuk disusui para wanita penyusu sebelumnya.” (Al-Qashsah,
12)
Tuhan kita Azza wa-Jalla, senantiasa Melihat dan Menyaksikan
segalanya, dalam segala sesuatu senantiasa Hadir, Dekat dengan segalaNya, tidak
butuh pada segalaNya. Lalu kenapa mesti ada keingkaran setelah mengenalNya?
Celaka anda ini. Anda sudah mengenalNya kenapa harus
mengingkariNya berkali-kali? Kalau anda tidak segera kembali kepadaNya, anda
akan terhalang dari semua kebaikan. Karena itu bersabarlah bersamaNya, dan
jangan bersabar untuk jauh dariNya.Ketahuilah, siapa yang sabar akan
mendapatkan kemampuan. Mana akal dan kehidupan anda? Allah sampai berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan jadilah orang yang penyabar,
berkaitlah kepada Allah dan bertaqwalah pada Allah agar kalian semua meraih
kemenangan.”
Banyak ayat tentang kesabaran yang menunjukkan adanya
kebaikan dan kenikmatan, balasan dan pemberian yang yang besar, ringan dalam
kehidupan dunia dan akhirat. Karenanya bersamalah dengan Allah, dunia akhirat
anda akan bahagia dengan kebajikan.Anda semua harus banyak berziarah kubur dan
ziarah pada orang-orang yang saleh, berbuat kebaikan, maka perkara kehidupan
anda akan beres. Jangan seperti orang-orang yang yang mendapat nasehat tetapi
tidak dihayati, dan seperti orang yang mendengarkan pengetahuan tetapi tidak
diamalkan
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilani
Hari Jum’at Pertengahan Syawal Tahun 545 H.
Qalbu orang-orang beriman senantiasa bersih, suci dan
melupakan makhluk, terus menerus mengingat Allah Azza wa-Jalla, melupakan
dunia, mengingat akhirat, melupakan apa yang ada padamu, dan mengingat apa yang
ada di sisi Allah Ta’ala.
Kalian bisa terhijab oleh mereka dan seluruh apa yang ada
pada para makhluk itu, disebabkan kesibukanmu dengan dunia dan melalaikan
akhirat. Kalian meninggalkan rasa malu di hadapan Allah Azza wa-Jalla, sehingga
kalian tersungkur di sana. Karena itu terimalah nasehat kawan anda yang mukmin
dan anda jangan kontra. Karena dia yang tahu apa yang ada pada dirimu, hal-hal
yang anda tidak tahu tentang dirimu.
Karena itu Rasulullah Saww bersabda: “Orang mukmin adalah
cermin bagi sesama mukmin.”
Mukmin yang benar dalam nasehatnya bagi sesama mukmin, akan
menampakkan kejelasan apa yang tersembunyi pada saudaranya, yang bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Ia mengenalkan mana yang menjadi
kebaikan dan mana yang berdampak keburukan. Maha Suci Allah yang telah
memberikan anugerah di hatiku untuk menasehati makhluk dan hal demikian telah
dijadikan sebagai hasrat besarku.
Saya menasehati dan saya sama sekali tidak menginginkan
imbalan. Sebab akhiratku telah menjadi bagian sukses bagi diriku di sisi
Tuhanku Azza wa-Jalla. Aku tidak mencari dunia, karena aku bukan budak dunia,
juga bukan hamba akhirat, bahkan bukan hamba selain Allah azza wa-Jalla.
Aku tidak menyembah kecuali hanya kepada Sang Pencipta, Yang
Esa, Yang Maha Esa nan Qadim. Kepuasanku ada pada kebahagian kalian, dan
kedukaanku jika kalian hancur celaka. Jika aku melihat murid yang benar dan
benar-benar telah meraih kemenangan melalui diriku, aku merasakan kepuasan dan
kelegaan, bahkan kegembiraan, karena bagaimana hal itu terjadi melalui diriku?
Anak-anak muridku….Hasratku adalah anda, bukan diriku. Jika
anda bisa berubah, itu demi anda, bukan demi diriku. Aku hanya menggambarkan
pelajaran, dan sesungguhnya yang membuat aku senang, semata karena ini semua
hanya untuk dirimu.
Wahai para kaum Sufi tinggalkan takabur di hadapan Allah
Azza wa-Jalla dan takabur di hadapan sesama makhluk. Lihatlah kadar diri-diri
anda, dan rendah hatilah dirimu. Awalmu hanya setets air hina, dan akhirmu
hanyalah bangkai yang terbuang. Karena itu kamu semua jangan tergolong orang
yang tamak dan dikendalikan hawa nafsu. Hawa nafsu yang mendorong anda untuk
memasuki pintu-pintu penguasa untuk mencari sesuatu dari mereka, untuk
mendapatkan bagian atau pemberian mereka, padahal bagian yang diberikan itu
begitu hinadina.
Kanjeng Nabi Saww, bersabda:“Siksa paling dahsyat dari Allah
Azza wajalla pada hambaNya, adalah ambisinya si hamba untuk meraih apa yang
tidak dibagikan padanya.”
Betapa celakanya, wahai orang bodoh terhadap takdir dan
bagian dari Allah. Apakah kalian menyangka bahwa generasi dunia ini mampu
memberikan bagian pada kalian, hal-hal yang bukan bagianmu? Tetapi anda perlu
ingat, bahwa waswas (godaan) syetan yang terus menggoda kealam dan hati anda,
sampai anda tidak lagi menjadi hamba Allah Azza wa-Jalla, dan menjadi hamba
diri anda sendiri, menjadi budak nafsu dan syetan anda. Menjadi budak naluri,
harta dan uang anda. Hati-hatilah mana tempat kemenangan dan kebahagiaan sampai
anda mampu menempuh jalan ubudiyah anda.
Diantara para Ulama sufi mengatakan, “Siapa yang tidak
mengenal tempat kebahagiaan hakiki, pasti tidak pernah bahagia.” Anda
mengetahua tempatnya, tetapi anda hanya mengenal melalui kedua mata kepala
anda, bukan dengan matahati dan rahasia batin anda. Iman anda hanya melintas
belaka, sampai anda hanya melihat tidak dengan penglihatan hakiki. Allah Azza
wa-Jalla berfirman:“Sesungguhnya bukan mata yang buta, tetapi yang buta adalah
matahati yang ada di dalam dada.”
Si tamak yang memburu dunia dari tangan makhluk telah
menjual agama dengan debu, menjual apa yang abadi dengan yang fana, lalu dia
tak mendapatkan kedua-duanya. Sepanjang iman anda kurang, anda merasa kurang
dengan dunia dan kehidupan anda hanya untuk merebut sesama, sampai agama anda
tergadaikan dan anda merasa bisa makan dari mereka. Namun sepanjang iman anda
sempurna, anda akan senantiasa mampu bertawakkal jiwa anda kepada Allah azza
wa-Jalla dan keluar dari sebab akibat duniawi, memutuskan hati pada budak dunia
menuju kepada Allah Ta’ala, lalu hati anda pergi menjauh dari seluruh makhluk.
Disinilah hatimu bisa keluar dari negerimu, keluar dari
keluargamu, keluar dari took dan popularitasmu. Lalu anda menyerahkan semua itu
pada mereka, seakan-akan Malakat Maut hendak menjemput anda, anda seperti
sedang disambar oleh kamatian, seakan-akan bumi hendak menelan anda, dan
gelombang takdir telah meraih anda memasukkan ke dalam lautan ilmu dan
menenggelamkan anda di sana. Siapa yang mampu di tahap ini, segala penderitaan
dunia tidak berpengaruh baginya, sebab dunia hanya pada lahirnya, bukan masuk
dalam batinnya. Bahkan dunia untuk yang lain bukan untuk hatinya.
Wahai para kaum sufi…. Jika anda semua mampu melakukan apa
yang saya sebutkan itu, mampu mengeluarkan sebab akibat dunia dan
ketergantungan padanya dari hatimu, anda akan meraih kemenangan dari segala
segi. Jika anda tidak mampu meraih semua itu, paling tidak sebagian ajaran itu
anda dapatkan. Nabi kita SAW bersabda:“Kosongkan dirimu dari problema duniawi
semampu (semaksimalmu).”
Anak-anak muridku…Jika kamu sekalian mampu mengosongkan
hatimu dari dunia, lakukanlah. Jika tidak, maka cepatlah larikan hatimu menuju
kepada Allah Azza-wa-Jalla. Gantungkan hatimu pada Rahmat Allah Ta’ala, sampai
problema dunia keluar dari hatimu, karena Allah azza wa-Jalla Maha Kuasa atas
segalanya dan Maha mengetahui. Pada KuasaNyalah segalanya tergenggam. Kokohlah
di pintuNya, mohonlah agar hatimu disucikan dari selain DiriNya, lalu dipenuhi
iman dan ma’rifat padaNya, mengenalNya dan cukup denganNya, jauh bergantung
pada makhlukNya. Mohonlah agar dianugerahi Yaqin, dan kemesraan qalbu
bersamaNya, kesibukan fisik untuk taat padaNya. Mohonlah semuanya dariNya bukan
dari selain Dia.
Jangan sampai anda menyerahkan pada sesama makhluk, tetapi
serahkan padaNya, bukan lainNya. Engkau bermuamalah denganNya dan bagiNya,
bukan bagi yang lain.Anak muridku….Kefahaman teoritis dan ucapan, tetapi tidak
disertai amal qalbu, membuat anda tidak bisa melangkah kepada Allah Ta’ala,
walau pun selangkah. Perjalanan adalah perjalanan Qalbu. Kedekatan adalah
kedekatan rahasia qalbu. Amal sesungguhnya adalah amal hakiki disertai disiplin
pada aturan syariat dalam gerak fisik badan kita, dan Tawadlu (rendah hati)
kepada Allah azza wa-Jalla dan kepada para hambaNya.
Siapa yang mengukur dirinya dengan hasrat diri sendiri, maka
tidak akan dapatkan ukuran benar. Siapa yang memamerkan amalnya pada makhluk,
bukanlah disebut amal. Amal sesungguhnya justru tersembunyi, kecuali hal-hal
yang fardlu, yang harus ditampakkan. Dan anda telah sembrono dalam melangkahkan
jejak asas jiwa anda. Tentu tidak ada manfaatnya manfaatnya anda membangun
sesuatu di atasnya, karena bangunan akan roboh. Fondasi amal adalah Tauhid dan
Ikhlas. Siapa yang tidak berpijak pada Tauhid dan Ikhlas, tidak akan meraih
amal. Kokohkan asas fondasi amal anda dengan Tauhid dan Ikhlas, lalu bangunlah
amal itu dengan Daya Allah Azza wa-Jalla, bukan dengan kekuatan dan dayamu.
Tangan Tauhid adalah penegak, bukan tangan syirik dan kemunafikan. Orang yang
bertauhid adalah yang mampu meninggikan derajat amalnya, bukan pada orang
munafik
Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-JilanyHari Ahad, 9 Dzul
Qa’dah tahun 545 H.
Orang beriman itu meraih bekal, sedangkan orang kafir itu
menikmati. Orang beriman meraih bekal, karena itu dia berada di perjalanan,
lalu menerima sedikit saja dari hartanya, dengan lebih mengedepankan pada
akhirat yang lebih besar. Ia membiarkan dirinya dengan sekadar bekal seorang
penempuh perjalanan, karena semua hartanya untuk akhirat. Hati dan cintanya di
akhirat sana. Hatinya memutuskan untuk menetap di akhirat, bukan menetap di
dunia dan penghuninya. Kalau ia dapat makanan yang baik, ia prioritaskan
makanan itu untuk orang faqir, karena ia tahu bahwa di akhirat ada makanan
lebih baik dari itu semua.
Tujuan utama orang beriman yang ‘arif dan ‘alim adalah
mendekati Pintu Allah Azza wa-Jalla. Dengan hatinya ia ingin mendekatiNya di
dunia sebelum sampai ke akhirat. Mendekati dengan hatinya adalah tujuan
perjalanannya.Aku melihat anda ketika berdiri, ruku’, sujud, bangun malam,
berpayah-payah, sementara hatimu terus menerus tidak pernah meninggalkan
tempat, tidak keluar dari rumah WujudNya, dan tidak bergerak dari tradisiNya.
Carilah Tuhanmu dengan cara yang benar, karena bukan
bersusah payah itu yang disebut dengan cara yang benar. Lubangi dirimu dengan
alat pelubang kebenaranmu. Buanglah tali pengikatmu dengan makhluk dengan tali
keikhlasan dan tauhidmu. Patahkan cekatan tanganmu untuk meraih segalanya
dengan tangan zuhudmu di dalamnya. Lemparkan hatimu sampai ke pantai lautan
kedekatan dengan Tuhanmu Azza Wa-Jalla. Pada saat itu akan datang kepadamu
kapal pertolongan yang meraihmu menuju Allah Azza wa-Jalla.Dunia ini adalah
lautan, dan imanmu adalah kapal.
Di sinilah Luqman Al-Hakim ra, berkata, “Wahai anakku, dunia
adalah lautan, dan iman adalah kapal, angin yang menjalankan perahunya adalah
keta’atan, dan benua adalah akhirat.”Wahai orang-orang yang terus menerus
bermaksiat, dalam waktu dekat kamu akan buta, tuli, lumpuh dan miskin. Kerasnya
hati para makhluk akan merampas hartamu penuh kerugian. Berfikirlah, kembalilah
pada Tuhanmu Azza wa-Jalla.
Jangan sampai kamu musyrik karena hartamu, dan kalian
mengandalkan hartamu itu. Renungkanlah datangnya maut. Minimalkan ambisi
duniawimu, pendek dan potonglah angan-khayalanmu. Sebagaimana Abu Yazid
al-Bisthamy ra, berkata, “Orang mukmin yang arif sama sekali tidak menuntut
Allah, bukan tuntutan dunia, bukan pula tuntutan akhirat. Ia hanya meminta dari
Tuhannya.”
Anak-anak, kembalilah pada Tuhanmu dengan hatimu. Orang yang
bertobat adalah yang kembali kepada Allah Azza wa-Jalla, sebagaimana
firmanNya:”Kembalilah kepada Tuhanmu..”Kembalilah, maka kalian serahkan semua
kepadaNya, serahkan jiwamu, lemparkan dirimu di hadapanNya, pada Rencana,
Takdir dan PerintahNya, larangan dan kehendakNya. Lemparkan hatimu tanpa
kata-katamu, tanpa tangan dan kakimu, tanpa mata, tanpa “bagaimana”, tanpa
kenapa, tanpa kontra dan tanpa berbeda. Tetapi dengan keselarasan dan
kejujuran, dengan ucapan yang benar, dengan perintah yang benar, dengan takdir
yang benar, dan engkau dapatkan kehendak yang benar. Kalau kamu seperti itu,
pasti hatimu akan kembali dengan musyahadah kepadaNya.
Jangan bersenang dengan sesuatu, tetapi hati-hati dengan
sesuatu itu, sesuatu mulai di bawah Arasy sampai bintang tsuraya. Cepatlah lari
dari semua makhluk itu, sampai tak tersisa di hatimu. Beradab dengan para
syeikh tidak baik kecuali pada orang yang telah berkhidmah demi keselamatan
makhluk. Lihatlah perilaku mereka bersama Allah Azza wa-Jalla.Banyak orang yang
membikin pujian dan cacian seperti hujan dan kemarau, malam dan siang, keduanya
silih berganti, dipandang semuanya dari Allah Azza wa-Jalla, karena semua itu
takdir Allah Azza wa-Jalla. Ketika sudah benar-benar nyata di mata mereka,
mereka pun tidak menghiraukan pujian orang memuji dan tidak lari dari cacian
para pencaci. Karena hati mereka telah keluar dari kecintaan terhadap makhluk
maupun kebencian mereka. Justru mereka merasa kasihan sekali dengan para
makhluk itu.
Jangan sampai kalian disesatkan oleh ilmu, yang membuat anda
tersesat. Anda sholat dan puasa demi makhluk, sampai para makhluk itu merasa
tunduk padamu, menyerahkan hartanya padamu, memuji anda di rumah-rumah mereka
dan di majlis-majlis mereka, dan anda merasa berhasil karena makhluk-makhluk
itu. Jika maut menjemputmu, siksa mendatangimu, kesusahan dan penderitaan yang
menghalangi dirimu dengan mereka, padahal tak satu pun yang bisa menolong
dirimu, dan harta yang kalian raih dari mereka itu dirampas orang lain,
sementara siksa dan hisab menantimu, sungguh wahai mahrum, anda dapatkan semua
di dunia, tapi anda dapatkan semua siksa di akhirat esok.
Ahli ibadah adalah para wali, dan para abdal yang mukhlis
sangat dekat dengan Allah Azza wa-Jalla. Para Ulama yang mengamalkan ilmunya
adalah pengganti Allah di bumiNya, menjadi utusanNya, mewarisi para NabiNya dan
RasulNya. Bukan kalian wahai orang yang di sibukkan oleh retorika, bukan kalian
yang religius-formalis sementara batin anda bodoh.Apa yang anda dapatkan?
Islam? Islam anda tidak benar! Padahal dasar Islam itu Syahadat. Sementara
hatimu tidak bersyahadat. Kalian berucap Tiada Tuhan selain Allah, tetapi anda
dusta. Di hatimu terkumpul berhala-berhala ketakutanmu pada penguasamu, lalu
menjadi sesembahan hatimu yang menjubali jiwamu. Prinsip mengandalkan karyamu,
labamu, upayamu, kekuatanmu, pendengaranmu, penglihatanmu, pukulanmu, adalah
berhala-berhala.
Pandanganmu bahwa manfaat, bencana, anugerah, hambatan, kamu
anggap dari makhluk, adalah berhala-berhala. Betapa banyak orang menyebutkan
semua ini dengan ucapannya, lalu mereka memamerkan, menampakkan seakan-akan
mereka ini ahli tawakkal pada Allah Azza wa-Jalla, justru dzikir mereka hanya
di lisan, bukan sampai di hatinya. Mereka begitu bangga dengan stylenya, dan
mereka katakan, “Nah, begini ini…inilah….bukankah kami ini muslim? Besok di
akhirat akan tampak jelas cacat mental mereka, dan jelas keburukannya.Hai
celaka! Anda mengokohkan dalam ucapan “Tiada Tuhan….” Dengan menafikan
semuanya, dan “Kecuali Allah” sebagai penetapan total padaNya, bukan selainNya.
Lalu kenapa masih ada sisa waktu bagi hatimu untuk mengandalkan yang lain
selain Allah Azza wa-Jalla? Anda bohong besar! Ternyata anda punya berhala yang
anda andalkan? Padahal hati adalah yang beriman, yang menyatu, yang mukhlish,
yang taqwa, yang wara’, yang zahid, yang meyakini, yang mengenal, yang
mengamalkan. Hatimulah pemimpin, yang lain hanya pasukan. Kalau kamu
mengucapkan Laailaaha Illallah, haruslah hatimu dulu baru lisanmu. Pasrahkan
padaNya, gantungkan padaNya, bukan pada lainNya.Biarkan lahiriyahmu sibuk
dengan aturan hukum, tetapi hatimu harus bersama Allah Azza wa-Jalla.
Biarkan dzohirmu menghadapi kebajikan dan kejahatan, tetapi
hatimu harus sibuk bersama pencipta kebajikan dan kejahatan. Yang mengenalNya,
akan sampai kepadaNya. Semua ucapan ada di hadiratNya. Tawadlu’lah padaNya dan
hamba-hambaNya yang sholeh. Lipatkanlah hasrat, kesedihan, tangisan, ketakutan
dan rasa hinamu, rasa malumu, penyesalanmu atas keteledoranmu karena hilangnya
ma’rifat dan pengetahuan serta kedekatan denganNya.”Allah yang bertindak apa
yang dikehendakiNya, tidak akan ditanya apa yang dilakukanNya, dan mereka
justru yang ditanya (apa yang mereka lakukan)”Renungkan apa yang kurang, yang
teledor, yang bodoh, yang terlempar, yang bakal menimpanya, dan lihatlah ke
masa depan yang dihadapinya, apakah ia diterima atau ditolak oleh Allah SWT,
apakah ia diberangus, apakah kelak di hari kiamat bersama orang yang beriman
atau bersama orang-orang kafir. Nabi SAW saja bersabda:”Akulah yang paling
ma’rifat kepada Allah, dan paling takut kepadaNya”.
Diantara jumlah kecil para arifin, ada yang membaca apa yang
ada di Lauhul Mahfudz, lalu ia merenungkan di hatinya, dan Allah memerintahkan
untuk menyembunyikannya, tidak menampakkan melalui nafsunya, dengan tetap
ber-islam, menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya, sabar atas bencana,
dan Zuhud dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla. Sama bagi merka antara
debu dan emas, antara pujian dan cacian, antara pemberian dan halangan, antara
nikmat dan derita, antara kaya dan miskin, antara ada dan tidaknya sesama
makhluk. Kalau sesudah sempurna semua itu Allah di belakang mereka secara
total, baru kemudian Allah memberikan stempel dengan kepemimpinan ruhani dan
kewalian atas makhluk. Setiap orang yang memandangnya senantiasa meraih manfaat
karena Kharisma Ilahi dan cahayaNya yang membias padanya.
Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-JilanyHari Selasa 11 Dzul
Qa’dah, 545 H.
Al-Hasan Bashri mengatakan, “Pandanglah dunia ini dengan
mata yang hina, maka demi Allah sesungguhnya anda tidak akan meraih kebaikan
sebelum anda melihatnya dengan pandangan kehinaan.”
Anak-anak sekalian…. Mengamalkan Al-Qur’an berarti
memposisikan dirimu pada sisiNya, dan mengamalkan Sunnah berarti memposisikan
dirimu di sisi RasulNya, Nabi Muhammad SAW. Hatinya dan citanya tidak pernah
bergeser dari jiwa sesama manusia. Orang inilah yang yang diberi anugerah
kebajikan dan kedalaman, kejernihan dan riasan atas rahasia-rahasia jiwanya.
Orang inilah yang dibukakan pintu taqarrub, yang bangkit, yang pergi
meninggalkan diri antara hati dan rahasia hati dan antara Tuhannya Azza
wa-Jalla. Setiap langkah jejaknya senantiasa menambah kegembiraan jiwanya.
Maka siapa pun yang dianugerahi rizki seperti itu, ia harus
bersyukur dan bertambah taatnya. Kalau seseorang bergembira di luar anugerah
seperti itu, berarti seseorang telah meraih ketololan, karena orang bodoh
adalah orang yang bergembira dengan dunia. Sedangkan orang yang pandai adalah
yang memanfaat peluang semampang di dunia. Orang yang bodoh selalu membantah
takdir dan kontra pada ketentuanNya. Orang ‘alim senantiasa selaras dan ridlo
kepada takdirNya.
Hei kalian, sungguh kasihan sekali. Jangan sampai dirimu
menentang takdir dan memberontakNya, hingga dirimu masuk dalam jurang
kehancuran. Rotasi hakikat adalah rela kepada Perilaku Allah Azza wa-Jalla,
mengeluarkan makhluk dari dalam hatimu, sampai kalian bertemu Sang Pemelihara
makhluk. Engkau menemuiNya dengan hatimu, sirrmu dan maknamu. Dengan begitu
kalian bisa mengikuti Langkah Ilahi Azza wa-Jalla, jejak RasulNya dan
hamba-hambaNya yang saleh.Bila kalian punya kemampuan untuk berkhidmah kepada
orang-orang saleh, lakukan, karena itu lebih baik bagimu di dunia dan di
akhirat.
Kalau kalian memiliki seluruh dunia, sementara hatimu tidak
seperti hati mereka, maka kalian tidak memiliki sedikit pun, seperti hati
mereka yang dilimpahi kebajikan Allah Azza wa-Jalla. Mereka yang memiliki dunia
dan akhirat, dalam aturan antara kalangan publik dan kalangan elit Ilahi dengan
aturan Allah Azza wa-Jalla.Aduh, kalian jangan menyandarkan hasratmu kepada
sesama makhluk. Sementara dalam benakmu hanya makan dan minum, bergaya pakaian,
memuaskan kawin, menumpuk dunia dan ambisius. Orang-orang yang memburu dunia
akan terjerumuskan ketika di akhirat. Dagingmu hanya akan jadi santapan ulat
dan belatung serta binatang ganas bumi.
Sabda Nabi saw:”Allah Azza wa-Jalla punya malaikat yang
terus mengumandangkan pagi dan petang: “Wahai manusia, siapkan dirimu untuk
maut….sadarlah kalian datangnya kehancuran….dan bersatulah menghadapi
musuh…”Orang mukmin yang benar selalu punya niat yang baik dalam seluruh urusan
kerjanya di dunia, bukan demi dunia, tetapi demi akhirat. Ia bangun masjid,
gedung, madrasah, pesantren dan membangun jalan bagi ummat. Kalau tidak
membangun itu semua, maka ia hanya membangun keperluan keluarga, orang miskin
dan orang yang tak berdaya dan hal-hal yang harus dilakukannya. Yang ia
inginkan sesungguhnya dari membangun itu adalah membangun di akhirat, bukan
membangun menuruti hawa nafsunya.Bila manusia berpijak benar seperti itu, ia
bersama Allah Azza wa-Jalla dalam semua perilakunya, lalu kekurangannya tetap
bersama Allah, kelebihan materinya tetap bersama Allah, hatinya bertemu dengan
para Nabi dan Rasul SAW. Ia menerima apa yang datang dari para Nabi dan rasul
itu, baik dalam ucapan maupun tindakan, penuh keimanan dan keyakinan, apalagi
jika bisa bertemu mereka di dunia dan di akhirat.
Orang yang berdzikir kepada Allah Azza wa-Jalla adalah orang
yang hidup, yang mengalami transformasi dari kehidupan ke kehidupan, maka ia
tak pernah mati kecuali sejenak. Manakala dzikir terus langgeng berlangsung
dalam hati, langgeng pula dzikir hamba kepada Allah Azza wa-Jalla, walau
lisannya tidak berdzikir. Sepanjang hamba langgeng berdzikir, langgeng pula
keselarasannya dengan Allah, ridlo dengan perilaku Ilahi. Bila anda tidak
berselaras dengan Allah atas datangnya musim dingin, berarti anda mendustai
musim dingin, begitu pula jika anda tidak berselaras dengan Allah datangnya
musim panas, anda mendustai musim panas. Berselaras atas dua musim itulah yang
menghilangkan penderitaan anda dan kerasnya dua musim itu. Begitu pula
berselaras dengan cobaan dan penderitaan menghilangkan keruwetan, kesempitan
dan luka, serta depressi, disaat dua musim itu tiba.Betapa mengagumkan perilaku
kaum Sufi, betapa indahnya kondisi jiwa mereka. Semua yang datang dari Allah
Azza wa-Jalla dirasa baik di hati mereka. Karena mereka telah dilimpahi air
ma’rifat dan berapa dalampangkuanNya, senantiasa mesra bersamaNya di sisiNya
dan menghapuskan diri dari selain DiriNya, senantiasa mati di hadapanNya. Ia
telah diliputi oleh sifat Kharisma Ilahi, dan jika Allah berkehendak Dia
membangkitkan mereka, menghidupkan mereka. Mereka di Tangan Allah seperti
Ashhabul Kahfi dalam guanya. Yaitu mereka dikatakan dalam Al-Qur’an:”Dan mereka
Kami belokkan ke arah kanan dan ke arah kiri”Mereka adalah manusia paling
cerdas, karena menyerahkan harapannya kepada Tuhannya, harapan maghfirah dan
keselamatan dalam seluruh perilaku kehidupannya. Sementara kalian, beramal
dengan amalnya ahli neraka sembari mengharap syurga. Anda mengangan-angan
sesuatu yang bukan tempatnya. Anda jangan terpedaya oleh tipudaya orang yang
meminjami, dan dalam waktu singkat mengambil harta anda. Allah telah meminjami
kehidupan kepada anda, sampai dirimu taat kepadaNya dalam kehidupan itu. Allah
menahanmu di dunia agar kamu bisa melakukan peluang yang diberikan. Begitu juga
kesehatan, kekayaan, keamanan, derajat, semuanya adalah pinjaman dari Allah.
Semua kenikmatan adalah pinjaman pula. Jangan anda berbuat sembrono, atas
pinjaman tersebut. Maka semua pinjaman Allah itu harus anda jadikan sebagai
peluang ketaatan. Semuanya harus dijadikan tempat aktivitas untuk kesalamatan
bersama Allah Azza wa-Jalla, dunia hingga akhirat.
Sebagian Sufi mengatakan, “Berselaraslah dengan Allah dalam
mengurusi soal sesama makhluk. Jangan berselaras dengan kepentingan makhluk
untuk urusan Allah. Bangkrutlah orang yang bangkrut. Tuntaslah orang yang
menunaikan. Karena anda tahu, bahwa orang yang berselaras dengan Allah Azza
wa-Jalla itu adalah orang-orang yang saleh dari hamba-hambaNya yang berselaras.
Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany Hari Jum’at Pagi
Tanggal 7 Dzul Qa’dah, 545 H.
Hai Munafiq! Allah memberangus dirimu dari muka bumi. Apa
yang masih tersisa dari kemunafikanmu? Sampai dirimu terus menerus mengumpat
Ulama Sholeh, para Auliya’ yang Soleh? Kalian memakan daging mereka dalam pesta
bersama dengan kelompok-kelompok munafikmu? Padahal dalam waktu dekat dagingmu
akan disantap oleh ulat-ulat, mulutmu, dan ulat-ulat itu akan mencabik-cabik
dan merobek-robekmu. Bumi akan menelanmu, menjepitmu dan menggilasmu.
Tak ada kemenangan dan kebahagiaan bagi orang yang tidak
memiliki baik sangka (husnudzon) kepada Allah Azza wa-Jalla dan kepada
hamba-hambaNya yang saleh, tak ada kebahagiaan bagi mereka yang tidak tawadlu
pada hamba-hambaNya itu. Kenapa anda tidak rendah hati kepada mereka? Padahal
mereka adalah para pemuka ruhani dan pemimpin ummat. Apa pangkatmu wahai
munafik, dibanding mereka?Padahal Allah Azza wa-Jalla telah mengikat jiwa para
Auliya dan Ulama saleh; dimana hujan turun dan tumbuhan ranum karena mereka.
Setiap makhluk seperti dibawah perlindungan mereka. Setiap orang dari mereka
ini seperti gunung yang tak tergoyahkan oleh bencana dan guncangan musibah.
Tauhid mereka dan ridlo mereka begitu kokoh terhadap Allah, Tuhan mereka.
Mereka senantiasa berjuang untuk ummat dan jiwanya.
Bertaubatlah kepada Allah hai munafik! Mengaku salahlah
kepadaNya, akuilah dosa-dosamu, antara dirimu dengan Allah, dan hinakan dirimu
di hadapanNya. Sungguh! Kalau anda tahu apa yang ada padamu saat ini, anda
semua pasti tidak seperti ini. Beradablah kamu di hadapanNya, sebagaimana para
pendahulumu beradab kepada Allah Azza wa-Jalla. Kenapa anda seperti banci?
Watak, perilaku dan keberanianmu? Keberanian dalam agama adalah berani
menegakkan kewajiban Allah Ta’ala.
Janganlah kalian menghina ucapan para Ulama dan para sufi.
Karena ucapan mereka adalah obat dan buah. Sekarang tak ada Nabi diantara
kalian, kecuali kalian semua mengikuti para Ulama saleh, karena dengan begitu
kalian mengikuti jejak Nabi SAW, karena merekalah yang mengukuti jejak nabi
dengan sebenar-benarnya. Jika kalian mengikuti seperti mengikuti Nabi, jika
kalian melihat seakan-akan melihat para Nabi.
Bergurulah kepada Ulama-ulama yang taqwa. Karena berguru
kepada mereka membawa barokah. Jangan berguru kepada Ulama-ulama yang tidak
mengamalkan ilmunya, karena berguru kepada mereka malah runyam. Jika kamu
berguru kepada orang yang lebih taqwa dan lebih berilmu, maka belajarmu meraih
barokah yang banyak. Tapi kalau kamu berguru kepada orang yang lebih tua dari
kamu usianya, tetapi tidak ada ketaqwaan dan ilmu, maka belajarmu akan membawa
bencana.
Beribadahlah untuk Allah, bukan untuk selain Allah. Tinggalkan
hatimu hanya untuk Allah, jangan biarkan hatimu untuk selain Allah. Sebab
beramal selain Allah bisa kufur. Membiarkan hati untuk selain Allah Riya’.
Siapa pun yang tidak mengenal ini dan beramal untuk selain ini dia berada dalam
kesesatan, tanpa disadari maut telah menjemputnya.Hati-hati kalian. Kalian
harus sampai kepada Tuhan kalian.
Putuskan hatimu dari selainNya. Sebagaimana sabda Nabi
SAW:”Berwushullah pada orang yang berada diantara dirimu dan Tuhanmu, kalian
semua akan bahagia…”Beradalah bersama shaf orang yang diantara dirimu dan
Tuhanmu, melalui perlindungan hati orang-orang saleh.Anak-anak sekalian. Jika
anda temui dirimu, di hatimu, masih suka membedakan antara orang miskin dan
orang kaya, maka kalian tidak akan bahagia. Muliakan orang fakir dengan
kesabaran mereka, dan ambillah berkah dari mereka, bertemu mereka dan bermajlis
dengan mereka. Nabi saw, bersabda: “Kaum fakir adalah para penyabar, merekalah
kaum majlis Ar-Rahman di hari kiamat.”Saat ini mereka bermajelis dengan Allah
melalui hatinya, besok mereka dengan jasadnya. Para fakir adalah mereka yang
hatinya zuhud dengan dunia, berpaling dari pesona dunia, dan mereka memilih
kefakiran dibanding kemewahan, mereka bersabar dengan kenyataan itu. Ketika
telah sempurna mereka dilamar oleh akhirat. Ketika bertemu akhirat mereka
melihat bahwa akhirat ternyata bukan Tuhan mereka, lalu mereka berpindah dari
akhirat, lalu mereka lari karena malu kepada Tuhannnya Yang Maha Agung dan
Mulia. Bagaimana tidak? Kenapa harus bermukim pada selain Allah? Akhirnya
mereka bertemu dengan Sang Pencipta dan bermesraan denganNya, lalu menyerahkan
semua perbuatannya padaNya, dan seluruh kebajikan dan kepatuhan, lalu mereka
terbang degan sayap-sayap kebenaran jiwanya menuju Allah Azza wa-Jalla. Mereka
terbang menuju yang mewujudkan mereka, mencari Ar-Rafiiqul A’la (Allah Yang
Maha Asih lagi Luhur). Meraih Yang Maha Awal dan Maha Akhir, Maha Dzohir dan
Maha Bathin, sampai pada cakrawala Kedekatan, sehingga mereka menjadi golongan
yang disebut Allah Azza wa-Jalla:”Dan mereka sesungguhnya, di sisi Kami,.
Termasuk orang-orang yang sangat terpilih.”Hati mereka, hasrat mereka dan makna
mereka hanya pada Kami. Lubuk jiwa paling dalam, hanya bagi Kami.
Jika para Sufi sudah sempurna, mereka tidak sama sekali
tergoda oleh dunia dan akhirat. Langit dan bumi dan diantara langit dan bumi
telah terlipat oleh hati, rahasia hati yang telah menfanakan mereka dari selain
Allah dan mempertemukan Allah SAWT. Kalau saja mereka ada di dunia, tetap
dikembalikan pada sikap manusiawinya, demi memenuhi bagian takdir mereka, agar
Ilmu dan Qodlo-QodarNya tidak diganti, sehingga mereka memperbaiki adab bersama
Ilmunya Allah, Qodlo dan QodarNya. Dan mereka meraih apa yang diberikan Allah
melalui jejak Zuhud, bukan dengan Nafsu dan Hawa, atau pun hasrat. Karena itu
pula aturan hukum dzohir tetap terjaga bagi mereka dalam segala perilakunya.
Mereka tidak pernah bakhil kepada sesama. Kalau diberi kemurahan di dunia,
semuanya untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah Ta’ala, tak sebesar atom
pun di hatinya ada sisa dunia.Kalau kalian masih bersama dunia, kalian tak
dapatkan akhirat. Dan selama masih dengan akhirat kalian tak dapatkan Allah
Tala’a.
Jadilah kalian sebagai pelaksana tugas Ilahi. Jangan bodoh
lagi! Jangan sampai kalian tergolong orang yang disesatkan dari pengetahuan
kebenaran. Diantara caramu bertemu Allah, temuilah orang-orang miskin melalui
hartamu. Karena sedekah itu bekerjasama dengan Allah Ta’ala Yang Maha Kaya dan
Murah. Apakah ada yang rugi kalai bekerjasama dengan Yang Maha Kaya dan Maha
Murah? Nafkahkanlah demi Wajah Allah Sebiji atom yang kau nafkahkan demi Allah,
akan kau dapatkan segunung balasan dariNya. Setetes yang kau nafkahkan,
selautan yang diberikanNya, di dunia dan di akhirat akan kau raih semuanya,
pahala dan balasanNya.Anak-anak…kalau kau beramal untuk Allah, bersihlah
tanamanmu, mengalirlah sungai-sungaimu, rimbun, ranum dan subur tanamanmu.
Perintahkan kebaikan, cegahlah kemungkaran dan tolonglah agama Allah azza
wa-Jalla. Hadiahkan semua di dalamnya dengan benar. Siapa bersedekah dalam
kebaikan akan abadi sedekahnya, baik dalam sunyi, sendiri, terang-terangan,
suka maupun duka, musim semi maupun kemarau.
Carilah kebutuhanmu dari Allah bukan dari makhluk. Kalau
kalian memang bersama sesama makhluk, sunyikan hatimu bersama Allah Ta’ala,
Allah akan melimpahkan ilhamNya untuk dirimu keman arah yang harus kau raih
hajatmu. Kalau kalian mendapatkan rizki itu bukan dari mereka tetapi dari Allah
swt.
Orang-orang Sufi mengeluarkan kepentingan hasrat rizkinya
dari hati mereka, karena mereka tahu kadar dan bagian dariNya, lalu mereka
tidak berambisi dan bernafsu mencarinya, lalu hatinya bersemayam pada Sang
Pemilik semuanya. Mereka merasa cukup dengan anugerah Allah Ta’ala, atas Maha
DekatNya dan PengetahuanNya. Jikia sudah sempurna perilaku perjalanannya mereka
menghadap arah makhl;uk lain, dan memberikan pencerahan pada mereka agar menuju
kepada Sang Maha Diraja, dimana mereka menata hati ummat untuk dekat kepadaNya,
demi diterimanya mereka dan Ridlo dariNya.
Diantara para Sufi – semoga Allah merahmati – berkata,
“Hamba Allah yang sesungguhnya adalah mereka yang ibadahnya benar-benar hanya
bagi Allah, sama sekali tidak pernah mencari ganti dunia dan akhirat. Dia hanya
mencariNya, bukan lainNya.”Ya Allah, tunjukkan semua makhluk menuju PintuMu.
Inilah permohonanku selamanya dan sepenuhnya terserah Engkau.Ini doa umum yang
kupanjatkan padaNya. Adapun Allah azza wa-Jalla berbuat sekehendakNya bagi
makhlukNya. Jika hati telah benar, maka rahmat dan rasa asih akan melimpah ke
sesama.
Seorang Sufi berkata, “Tak ada orang yang berbuat kebajikan
begitu banyak dan tidak meninggalkan dosa, kecuali para Shiddiqun. Kaum
Shiddiqun meninggalkan dosa besar dan kecil, kemudian menjaga wara’nya dari
kesenangan syahwat, meninggalkan hal-hal yang dibolehkan tetapi masih kabur,
dan hanya mencari halal yang mutlak (benar-benar halal). Kaum Shiddiqun siang
dan malamnya full ibadah, mereka robohkan kebiasaan watak manusiawi, dan meraih
rizki melimpah tak terhingga. Jiwanya jernih dan bersih. Ia tetap bersabar ketika
terhalang keinginannya, ketika tujuannya gagal. Coba bayangkan, dia berdoa tapi
tidak diijabah, dia memohon tapi tidak diberi, dia mengadu, tapi bertambah
aduannya, dia mencari jalan keluar tapi tidak menemukan, dia mendekat tetapi
tidak tahu apakah Dia dekat dengannya, seakan-akan dia tak beriman dan tak
bertauhid. Dan semua itu dilakukan dengan penuh kesabaran, karena dia hanya
tahu bahwa kesabarannya itulah jadi obat bagi kejernihan jiwanya, bagi
pendekatan kepadaNya. Semua kebaikan akan tiba setelah perjuangannya itu. Maka
disinilah bedanya orang beriman dan orang munafik, orang bertauhid dan orang
musyrik, orang yang ikhlas dan orang yang pamer, orang yang berani dan orang
penakut, orang yang kokoh dan skeptik, orang yang sabar dan orang emosional.,
orang yang benar dan orang bathil, orang yang jujur dan pendusta, orang
pencinta dan pemberang, pengikut sunnah dan pengikut bid’ah.
Dengarkan ucapan kaum sufi. “Jadilah di dunia ini seperti
orang yang terluka dan sabar atas obat yang dituangkan demi menghilangkan rasa
sakitnya. Semua yang ada di dunia adalah cobaan dan bencana ketika anda bersama
makhluk. Mereka memandang dalam bencana, manfaat, anugerah dan kegagalan. Semua
obat, dan hilangnya bala’, justru ketika hatimu keluar dari makhluk, dan tekadmu
hanya pada ketentuan takdir. Janganlah anda berambisi menjadi pemuka diantara
mereka, dan hendaknya hatimu hanya bersama Tuhanmu Azza wa-Jalla, sirrmu jernih
bersamaNya, hasratmu hanya menuju kepadaNya. Jika nyata bagimu seperti itu maka
hatimu membubung di barisan para Nabi dan rasul , Syuhada’ dan Sholihin, serta
Malaikat Muqarrabin. Jika langgeng konsistensimu, engkau akan besar, agung,
tinggi, membubung, dan semua kembali kepadamu. Allah melimpahkan apa yang
dilimpahkanNya, memberikan apa yang diberikanNya. Sungguh rugi orang yang tuli
dari ucapan ini.”Wahai orang yang sibuk dengan kehidupannya, jauh dari meraca
cukup bersamaku, sedangkan laba ada padaku, riasan akhirat pada diriku. Aku
mengundang sekali lagi, mengumumkan sekali lagi, kenapa kalian masih menengok
selain Diriku? Aku telah memberikan segalanya. Jika berhasil meraih akhirat
padaku, aku tidak makan sendiri, karena orang dermawan tidak pernah makan
sendiri. jadilah kalian orang yang melihat kemurahan Ilahi, dan anda tidak
pernah melihat diriku bakhil bukan? Siapa yang mengenal Allah Azza wa-Jalla,
selainNya terasa hina. Kebakhilan itu dari ego nafsu, sedangkan nafsu si Arif
telah mati jika disandarkan pada nafsu makhluk. Nafsu arif muthmainnah pada
janji Allah Azza wa-Jalla, takut dengan ancamanNya
sumber :https://jiwa2kegelapan.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar