Pitutur guru sejati 23
Pitutur guru sejati 23
Wasiat Syeikh Ibn’Arabi
Jika engkau berkhidmat kepada guru, janganlah berpuasa dan
bepergian kecuali dengan izinnya. Dan seorang istri tak boleh berpuasa dan
bepergian tanpa izin suaminya, yaitu dalam puasa-puasa sunnah dan meng-qadha
puasa bulan Ramadhannya. Istri tidak boleh melantunkan azan di rumah suaminya,
kecuali dengan izinnya jika suaminya itu ada. Istri tidak boleh meminta
perceraian saudara perempuannya untuk dinikahi suaminya.Perempuan tidak boleh
bepergian tiga hari tanpa disertai muhrimnya.
Berhati-hatilah engkau agar jangan menggunakan harta
saudaramu kecuali dengan izinnya.Janganlah memperbanyak permintaan dari Allah,
karena Allah Maha Besar dari segala yang engkau bayangkan.
Jika engkau meminum air, lakukanlah sambil duduk.
Jika engkau memohon Ampunan kepada Allah, yakinlah dalam
permohonanmu itu. Janganlah engkau ucapkan : “Ampunilah aku jika Engkau mau.”
Mohonlah Rahmat dan Ampunan Allah.
Jika engkau memasuki pagi setiap hari, ucapkanlah : “Ya
Allah, aku bersedekah dengan harta bendaku kepada hamba-hamba-Mu. Ya Allah,
barangsiapa yang menyakitiku, mengejekku, memarahiku, atau melakukan suatu
perkara bersamaku yang menyebabkan suatu hukuman, aku bersaksi kepada-Mu wahai
Tuhanku, bahwa aku telah menggugurkan tuntutan (hak)-ku padanya di dunia dan
akhirat.”Janganlah engkau ucapkan : “Yaa khaybatad-dahri.” (Aduhai sialnya
waktu ini), karena Allah adalah Ad-Dahr (Sang Waktu). Ini diriwayatkan dari
Rasulullah SAW.
Berhati-hatilah engkau agar jangan menampakkan pahamu hingga
terlihat oleh orang lain. Janganlah engkau melihat paha orang yang hidup maupun
yang sudah tiada.
Berhati-hatilah engkau agar jangan duduk di atas kuburan,
dan tatkala menghadapi seseorang yang wajahnya tertuju kepadamu. Janganlah
engkau jadikan kuburan sebagai masjid. Dan janganlah engkau mengharap mati
karena penderitaan yang menimpamu,melainkan ucapkanlah : “Ya Allah, hidupkanlah
aku jika kehidupan itu lebih baik bagiku, dan wafatkanlah aku jika kematian itu
lebih baik bagiku. Dan jika Engkau hendak menguji suatu kaum, maka
selamatkanlah aku dengan ujian-Mu itu.”
Beriman kepada Allah Al-A’laa (Sang Maha Tinggi), dan tiada
satu makhluk pun baik tampak maupun ghaib yang menyerupainya. Allah Sang Maha
Sempurna, tiada kekurangan apa pun; Beriman kepada para utusan-Nya dan
melaksanakan pesan-pesan kebenaran yang mereka bawa baik yang memiliki tafsir
yang jelas maupun samar; Beriman kepada al-quran, aturan-aturan, dan keadilan
Allah. Pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh para orang suci dan
ayat-ayat al-quran merupakan cara seorang pejalan untuk memahami Keindahan
atribut (Nama, shifat, af’al) Allah.
Cintailah keluarga Allah, terimalah visi misi kebenaran
mereka. Jangan berbicara dengan maksud untuk menyerang mereka. Jangan
menghakimi seorangpun dari mereka. Pandanglah mereka dengan pandangan
kesyukuran. Tunjukkan penerimaanmu kepada para nabi dan orang suci atas
karakter yang membedakan kesempurnaan mereka satu sama lain sebagai seorang
manusia, dan tempat-tempat suci mereka. Terima dan imani tingkah laku dan
kata-kata para orang suci, bahkan jika kau tidak memahami maksud dari tingkah
laku dan kata-kata mereka dan mukjizat-mukjizat yang menjadi atribut mereka.
Pandanglah keseluruhan ciptaan termasuk manusia dengan
pandangan yang baik: terima, setujui, maafkan, layani, cintai. Berusahalah
untuk menyesuaikan dirimu dengan dunia. Dengarkan kata hatimu. Bersihkan
hatimu. Di dalam hati yang bersih, berdoalah selalu untuk saudara-saudara
seimanmu.Tolong dan layani, sebanyak dan sesering yang kau mampu orang-orang
yang mengalami kesengsaraan dan melarat dengan kemiskinan mereka dan para
pejalan. Jangan mengharapkan keuntungan, imbalan sepadan, pemuliaan dan
pemujaan atas pelayananmu kepada makhluk. Jika ada yang berterima kasih
kepadamu, terimalah dengan penuh kerendahhatian. Adalah kewajibanmu untuk
meringankan beban seseorang. Jika seseorang yang engkau tolong membalasmu
dengan sesuatu yang menyakitkanmu, maka tunjukkanlah kesabaranmu dan
bersabarlah. Ingatlah bahwa Allah beserta orang-orang yang sabar.
Qs. 2 : 153
“Hai orang-orang yang
beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.”
Jangan habiskan kehidupanmu dengan sesuatu yang sia-sia
tidak berguna dan tiada usaha keras untuk memperbaiki dirimu serta membuang
waktumu tanpa melakukan hal apapun/ tidak bekerja/ menganggur. Sungguh,
Pantulkan dan ingatlah Allah (dzikrullah), bacalah al-quran sang pembimbing menuju
jalan yang terang. Tolonglah orang-orang untuk meninggalkan kejahatan dan
serulah mereka untuk berbuat kebajikan. Perbaikilah hubungan silaturahim.
Tolonglah orang-orang untuk menolong orang lainnya juga.
Bertemanlah dengan teman-teman yang benar; mereka yang akan
memberikan dukungan kepadamu dalam sebuah perjalanan berjama’ah di atas
kebenaran berdasarkan iman. Bersama teman-teman yang beriman, maka benih iman
akan saling menumbuhkan sebuah pohon yang disirami oleh air dan saling
mencahayai satu sama lainnya. Hati-hati berada bersama orang-orang yang tidak
mencari kebenaran dan yang tidak mempedulikan pentingnya iman. Mereka adalah
musuh dari kebenaran yang egkau yakini.Carilah seorang guru sempurna/ sejati/
mursyid yang akan membimbingmu di atas Shirothol Mustaqiim. Dalam pencarianmu,
jujurlah, karena kejujuran merupakan karakter utama seorang pejalan sejati.
Dengan kejujuran dan penuh pencarian kebenaranmu, maka Tuhan akan
memanifestasikan atribut (Nama, shifat, af’al)-Nya untuk membimbing perjalananmu
dan akan membimbingmu untuk menemukan seorang guru yang sempurna/ sejati/
mursyid. Kejujuran dalam diri seorang pejalan bagaikan sebuah berkah dimana
ketika ia ada, maka Allah akan menghancurkan setan-setan, setan dalam diri
pejalan dan egonya melalui rasa dan perlakuan pelayanan yang besar kepada-Nya.
Kejujuran bagaikan sebuah katalisator (pemercepat proses) yang akan mengganti
kejahatan menjadi emas dan memurnikan segala sesuatu yang disentuh olehnya.
Pastikan kehalalan dan kethoyyiban serta haqq semua hal
kesenangan yang engkau pergunakan di dunia ini, termasuk makanan dan minuman
yang masuk ke dalam mulutmu, karena merupakan pondasi dari ad-diin yang sedang
engkau bangun.
Untuk menaikkan tingkat spiritualmu, dalam jejak-jejak
pengajaran para nabi (assalaamu’alaykum warohmatullaahi wabarokaatuh), engkau
harus menjadi cahaya – cahaya dalam pelbagai kebajikan, cahaya dalam
perhatianmu terhadap perbaikan dunia. Tanda-tanda-Nya yang mampu engkau baca
akan membimbingmu kepada orang-orang yang akan engkau ringankan bebannya, dan
akan melindungimu dari menjadi beban bagi orang lain. Jangan pernah menjadi
benalu maupun membiarkan orang lain untuk membawa beban-bebanmu. Ingatlah,
jangan pernah menerima harta benda dan hadiah baik untuk dirimu sendiri,
keluargamu, saudaramu, teman-temanmu, yang berasal dari orang-orang yang
hatinya mati, tenggelam dalam tidur panjangnya.
Dalam apapun Yang Allah ijinkan bagimu untuk menjadi
‘makanan’mu, baik dalam sikap, perilaku, dan kata-kata, selalulah berada dalam
takut kepada-Nya. Janganlah mencari kenyamanan dan kemewahan, khususnya jika
kau tak pernah berusaha keras untuk meraih hal itu. Pencarian akan haqqnya
sesuatu bagimu akan ditemukan dengan cara bekerja keras. Harta benda halal yang
engkau peroleh harus dikeluarkan dengan haqq: jangan pelit dan boros, tetapi
berada di antara keduanya.
Berhati-hatilah jika cinta dunia telah mengambil tempat di
hatimu, karena ia akan menyempitkan hatimu, dan menjadi sulit luar biasa untuk
mengeluarkan dan membuangnya jauh-jauh. Dunia ini sumber ujian; jangan mencari
kenyamanan dan bermegah-megahan dengannya. Hal itu akan menciptakan lebih
banyak kamar-kamar dalam hatimu dan akan menurunkan keinginan untuk beribadah.
Bersihkan dan jadikan indah sepanjang harimu sedari pagi
hingga malam dengan mengabdi kepada Allah. Tuhan memintamu untuk menghadirkan
Diri-Nya saat melaksanakan shalat lima waktu. Dengan shalatmu Dia memanggilmu,
lima kali sehari, dan setiap jeda waktu shalat ke shalat berikutnya akan
menjadi pengontrol perilakumu. Diharapkan, hanya sikap dan perilaku yang baik,
tepat dan benarlah yang menjadi sikap dan perilaku seorang muslim.
Kebanyakan orang banyak mengeluh, mereka bekerja demi
mencapai kenyamanan dalam tercukupinya makan – minum dan hasrat dunia mereka,
dan pekerjaan mereka jadikan sebagai penjaga dan pelindung bagi keluarga
mereka, mengambil banyak waktu, sibuk dengan urusan makan – minum, bukan
pengabdian kepada Allah.Ketahuilah, bahwa pekerjaan yang dilakukan dengan benar
adalah pekerjaan yang dilakukan dengan penuh perhatian dan menenggang rasa
orang lain, dalam perilaku yang tepat benar, demi kesenangan Allah semata,
yang, tentunya tidak lepas dari rasa mengabdi kepada-Nya.
Allah memberkahimu dengan pikiran, pengetahuan, pekerjaan,
kekuatan, dan kesehatan. Semua kemuliaan dan kekuatan hanya bagi-Nya.
Pergunakanlah optimal semua berkah-Nya bersama-sama untuk peraihan kebutuhan
makan – minummu dalam waktu yang minimal. Jika memungkinkan, cukuplah bagimu
hanya satu hari (dalam seminggu) untuk mencari penghasilan. Seorang Ahmad al-Sabti,
seorang pangeran, anak dari Kalifah Harun al-Rasyid; beliau menggunakan optimal
bakat-bakat, kekuatan, usaha keras terus-menerus pada hari Sabtu. Dengan satu
hari dalam seminggu itu ia mampu menghidupi dirinya (menerima upah dari
manusia) selama satu minggu. Beliau telah mendedikasikan keenam hari lainnya
untuk hanya bekerja dan mengabdi kepada Allah, tanpa balasan apa-apa dari
manusia.
Setelah shalat subuh, tetaplah duduk berdzikir atau merenung
hingga terbit matahari. Setelah shalat ashar, tetaplah berdzikir dan merenungi
Kehadiran-Nya hingga terbenam matahari. Dua waktu ini merupakan waktu yang
penuh dengan pelimpahan kekuatan spiritual dan pencerahan. Jaga hatimu agar
senantiasa terikat kuat kepada Allah dalam kerendahan hati dan sakinah.
Terdapat kebaikan dan nilai yang besar bagi siapa-siapa yang
melaksanakan shalat sunnah sebanyak antara waktu siang dan sore, dan antara
waktu sore dan malam. Lakukanlah shalat sunnah 2 rakaat sebelum dan 2 rakaat
sesudah shalat dzuhur, 2 rakaat sebelum shalat ashar, 2 rakaat setelah shalat
maghrib dan 2 rakaat setelah shalat isya. Lakukan 8 rakaat shalat tahajjud dan
3 rakaat shalat witr sebagai penutup malam. Al-Mutahajuddin adalah orang-orang
yang berjaga sepanjang malam dengan mendzikiri-Nya. Mereka lah yang akan
menemukan al-Haqq. “Malam-malamku penuh percakapan intim dengan Kekasih,
sementara siang adalah tugasku ke manusia.”
Jangan tidur hingga engkau sendiri jatuh tertidur tak
sanggup membuka mata lagi. Jangan makan hingga engkau merasakan lapar. Berpakaianlah
sekedar untuk menutupi tubuhmu dan melindunginya dari dingin dan
panas.Biasakanlah dirimu setiap harinya untuk membaca al-Quran. Bacalah dalam
keadaan sebenar-benar menghormatinya. Bacalah dengan suara yang engkau sendiri
mendengarkan apa yang engkau baca. Baca pelan-pelan, jangan tergesa-gesa,
berpikirlah dalam-dalam tentang makna setiap kata yang engkau baca. Berharaplah
berkah dan rahmat-Nya dalam setiap ayat yang engkau baca, yang akan membukakan
tentang-mu dan Diri-Nya. Berhati-hatilah terhadap ayat-ayat peringatan,
bertaubatlah, carilah perlindungan dan keselamatan di dalam Rahmat-Nya. Ketika
engkau membaca ayat-ayat yang menggambarkan kualitas orang-orang mulia karena
keimanannya yang sempurna benar, bandingkanlah dengan keadaanmu. Berterimakasih
dan bersyukurlah kepada-Nya atas iman yang diberikan-Nya kepadamu, dan merasa
malulah karena betapa jauh imanmu dari iman yang dimiliki oleh orang-orang
mulia tersebut, jadi bentangkanlah harapanmu untuk menemukan karakter iman
sempurna benar di dalam dirimu. Dan pada saat engkau membaca ayat-ayat tentang
dosa-dosa yang dilakukan oleh orang-orang tak beriman dan para munafik yang
menyembunyikan dan menyelewengkan kebenaran, pikirkanlah tentang apakah kau
juga termasuk bagian dari diri mereka. Jika iya, berusaha keraslah untuk ke
luar dari golongan tersebut, berusaha keras untuk tidak melakukan dosa, dan
mengusir karakter mereka jauh-jauh. Jika engkau tidak termasuk ke dalam
golongan mereka, carilah perlindungan di Dalam Allah, berterimakasih dan
bersyukurlah kepada-Nya.
Apa-apa yang penting bagimu merupakan apa-apa yang harus
benar-benar menjadi fokusmu setiap harinya; perhatikan benar-benar apa-apa yang
masuk ke dalam pikiran dan hatimu. Berpikir tentang dan analisa pikiran-pikiran
dan perasaan-perasaanmu. Berusaha keraslah untuk mengendalikan mereka.
Sadarilah sebenar-benar sadar keinginan-keinginan dari egomu, pergunakan
pengetahuan-pengetahuanmu untuk mengendalikan egomu.
Milikilah rasa bersalah, malulah di hadapan-Nya. Hal itu
akan menjadi motivasimu untuk memperbaiki diri. Lalu engkau akan sebenar
memperhatikan rasa, pikiran, perkataan, dan perbuatanmu. Pikiran-pikiran dan
perasaan-perasaan yang buruk bagimu dalam pandangan Allah tidak boleh tinggal
menetap di dalam hatimu. Kemudian hatimu akan selamat dari segala sesuatu yang
tidak tepat benar menurut-Nya.
Jadikan waktu-waktumu bernilai tinggi, hiduplah dalam
kehari-inian. Jangan hidup dalam imajinasi dan angan-angan yang akan
melemparkan waktumu jauh-jauh di luar angkasa. Setiap saatnya, Allah telah menunjukkan
dan mengarahkanmu pada sebuah tugas, perbuatan, dan sebuah pengabdian yang
sesuai dengan kesejatianmu. Ketahui dan kenalilah ‘apa’ itu dan bergegaslah
melaksanakan ‘apa’ mu itu.
Pertama: lakukan perbuatan-perbuatan yang menjadi
kewajibanmu.
Kedua: lakukan apa-apa yang dikatakan misalnya oleh para
Nabi, utusan, dan orang suci lainnya.
Ketiga: ambil dan lakukanlah apapun yang dimudahkan-Nya
bagimu, terimalah dengan baik.Bekerjalah untuk melayani orang-orang yang
membutuhkan.
Lakukanlah segala hal di atas agar engkau semakin mendekati
Tuhan-Mu, semakin besar pengabdianmu dan semakin khusyuk shalat, doa, dan
dzikirmu. Selalu berperilaku seolah-seolah itu merupakan perilaku terakhirmu,
selalu shalat seolah-olah merupakan shalat terakhirmu, dimana tiada lagi engkau
memiliki kesempatan untuk melakukannya lagi setelahnya.
Jika engkau melakukan hal itu, maka engkau akan khusyuk
dalam berperilaku, fokus pada pencarianmu, engkau pun akan menjadi orang yang
jujur dan penuh iman. Allah tidak menerima perbuatan baik yang dilakukan tanpa
kesadaran dan kejujuran. Lakukanlah perbuatan-perbuatan baik dengan penuh
kesadaran dan kejujuran.
Kemurnian/ kebersihan/ kesucian hati merupakan aturan Allah,
dan niscaya bagi seorang yang iman. Jagalah selalu kebersihan lahir bathinmu.
Setiap selesai wudhu, shalatlah sebanyak 2 rakaat, kecuali pada waktu terbit
matahari, matahari sedang tinggi, dan terbenam matahari.[]
Terpenting, dari apa yang engkau butuhkan adalah akhlak
mulia, karakter dan perilaku yang tepat benar; kau harus mengidentifikasi
bagian dirimu yang buruk dan menghilangkan keburukan itu. Hubunganmu dengan
siapapun harus berdasarkan akhlak mulia – yang disesuaikan dengan situasi,
kondisi, dan tipe kebutuhan tiap orang.
Barangsiapa yang menolak satu poin dari akhlak mulia, itu
berarti dia masih memiliki karakter buruk. Setiap manusia diciptakan berbeda
satu dengan lainnya. Level tiap orang berbeda. Karakter dan perilaku baik juga
memiliki level yang berbeda. Perilaku bukanlah sebuah bentuk. Bukan juga
dijalankan dalam cara yang sama pada setiap keadaan kepada setiap orang.
Berperilakulah sesuai situasi dan kondisi, dan sesuai tipe kebutuhan orang
dalam hubunganmu dengan seseorang atau kelompok. Indikator/ aturan perilaku
baik itu adalah jika perilaku itu membawa kepada jalan keselamatan, kebenaran,
kenyamanan, kedamaian, ketenangan, memberikan perlindungan, tiada menyakitkan
lahir bathin dan tiada menimbulkan kesengsaraan bagi orang lain, bagi diri
pribadi, dan sebisa mungkin bagi banyak orang, dimana dilakukan semata mengharapkan
keridhoan Allah.
Bukankah manusia merupakan pelayan-Nya? Tiada sedikitpun
bagian dari kehidupannya yang tidak bertujuankan Allah. Allah Satu-satunya Yang
membatasinya. Kehendaknya, kebebasan pilihannya, dan takdirnya tertulis di
dahinya, dimana Tangan Sang Kuasa berada di atas segala kehendak dan
perilakunya.Allah lah tempat segala sesuatunya bergantung.
Hadits Nabi Muhammad saw.,
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa,
maka barang siapa memaafkan dan berbuat shaleh maka pahalanya atas Allah.
Sesungguhnya Dia tidak mencintai orang-orang yang zalim. “(TQS.42:40)
Ayat al-quran di atas menyatakan bahwa ketika kita disakiti,
kita boleh membalasnya dengan hal serupa atau membiarkannya saja dengan
memberikan maaf, tidak membalas, sehingga kita nanti dimasukkan ke dalam
golongan orang-orang yang dicintai, selamat, dan benar sebagai Janji Allah.
Salah satu dari poin akhlak yang baik adalah marah dan
memberikan hukuman yang adil benar(‘adil bilhaqq) sesuai hukum agama. Kemarahan
dan manifestasinya (hukuman dll) merupakan dosa besar jika dilakukan
berdasarkan hawa nafsu pribadi. Pergunakan marah kepada seseorang yang menantang
Allah. Merupakan hal terbaik memisahkan diri dari orang-orang yang tidak
sekeyakinan denganmu, yang tidak berusaha melaksanakan syariat agama dan tidak
berusaha melaksanakan kebenaran, dan yang menjelek-jelekkan iman dan agamamu.
Tetapi, engkau tetap tidak boleh membalas mereka dengan menjelek-jelekkan
mereka. Tugasmu adalah menghindari mereka, ke luar dari barisan/ perkumpulan
mereka dan masukilah sekumpulan orang-orang beriman. Habiskan waktumu dengan
berzikir, memuliakan Allah dan mengabdi kepada-Nya alih-alih menghabiskan
banyak perdebatan dan kekesalan bersama mereka. Layani, rawat dengan baik
orang-orang yang membutuhkanmu: para pekerjamu, anak-anakmu, istri atau
suamimu, ibu dan ayahmu, sanak saudaramu, teman-temanmu, dan hewan
peliharaanmu, juga tanamanmu. Allah memberikan mereka semua kepada tanganmu
hari ini untuk mengujimu. Engkau berada dalam perawatan-Nya. Layani dan rawat
mereka sebagaimana Engkau menginginkan Al-Ahad melayani dan merawatmu.
Rasulullah Muhammad saw. bersabda,
“Segala ciptaan bergantung kepada Allah.”
Dia Allah memberikan amanah tanggungan berupa keluarga dll
ke dalam tanganmu. Karena itu mengapa Rasul-Nya saw. berkata,
“Dia yang paling dicintai Allah adalah dia yang memberikan
pelayanan dan perawatan terbaik kepada orang-orang yang menjadi tanggungannya.”
Tunjukkan cinta, kasih sayang, kepekaan/ empati/ simpati,
kemurahan hati, dan perlindungan kepada orang-orang yang berada dalam
tanggunganmu. Jika engkau sebenar mengharapkan cinta kasih sayang Allah dan
perlindungan-Nya, ingatlah bahwa sepenuhnya engkau bergantung kepada-Nya
Al-Ahad, Tuhan dan Pemilik jagat raya dan seisinya.
Ajarkan kata-kata Allah yang terdapat dalam kitab suci-Nya
dan akhlak mulia kepada anak-anakmu. Buatlah kondisi pengajaran yang
menyenangkan agar mereka dapat mempelajarinya dengan baik.
Lakukan itu tanpa mengharapkan balasan apapun dari mereka.
Pertama : ajarkan kehati-hatian/ kewaspadaan, kesabaran,
berpikir yang benar.
Kedua : hati-hati jangan sampai menempatkan cinta dunia di
dalam hati mereka.
Ketiga: ajari mereka untuk tidak menyukai sesuatu yang dapat
menumbuhkan kebanggaan: barang mewah, pakaian bagus, makanan lezat dan minuman
enak, obsesi, ambisi; Biarkan anak-anakmu mendapatkan hal pertentangan dari
semua itu. Patahkan keinginan-keinginan mereka. Sesungguhnya semua hal itu akan
menggiring kepada akhlak yang buruk. Sadarilah sebenar sadari hal ini.
Sederhanalah, karena Kesederhanaan akan menjauhkanmu dan anak-anakmu dari
akhlak yang buruk dan mendekatkan kepada akhlak mulia. Sederhanalah, lakukan dengan
sebenar khusyuk dan mendekatlah kepada Allah dengan jalan-jalan ad-diin
(al-iman, al-islam, al-ihsan).
Jangan berdekatan dengan mereka yang tidak mencari Allah,
mereka yang menjadi budak dari keinginan-keinginan (hawa-nya nafs) dan syahwat
mereka. Hati mereka jauh dari cahaya kebenaran dan mereka dilemparkan masuk ke
dalam lubang kegelapan nyata, sebagaimana yang telah mereka lakukan kepada hati
mereka. Jika engkau sedang berada bersama mereka, hadapi mereka dengan baik dan
berilah nasihat seperlunya. Jika mereka malah menyakitimu, hal itu dikarenakan
mereka tidak mengerti. Jangan membalas mereka kembali. Bagaimanapun bentuk
perlakuan mereka kepadamu, sesakit apapun yang mereka berikan, tetaplah engkau
berperilaku baik. Hingga kemudian saatnya nanti mereka pun menjadi suka dan
menghormatimu, dan barangkali pada suatu saat nanti mereka yang tadinya
menyerangmu malah mengikutimu.
Jangan pernah merasa puas dengan tingkat spiritualmu;
mikraj-lah terus. Mikrajlah dengan penuh kehati-hatian, tanpa pernah berhenti.
Melalui shalat yang sebenar ditujukan bagi Allah, Al-Haqq, akan membawamu
kepada suatu keadaan yang akan memperkokoh kedirianmu. Dalam setiap tingkatan,
dalam setiap pergerakan/ perjalanan, sedang melakukan sesuatu atau diam,
selalulah jujur dan penuh iman. Selalulah bersama Al-Haqq. Jangan pernah
sekalipun melupakan-Nya. Rasakanlah Kehadirannya, selalu.[]
Belajarlah untuk memberi, baik ketika engkau sedang lapang
maupun sempit, sedang bahagia maupun berduka. Berusahalah untuk memenuhi
kebutuhan orang-orang yang membutuhkan. Hal itu akan membuktikan keimananmu
kepada Allah. Akan membuktikan bahwa Allah memang telah menetapkan rezeki tiap
orang dan penetapan tersebut tidak akan tertukar.
Seorang kikir adalah seorang pengecut. Setan terkutuk
berbisik di dalam telinganya bahwa kematianmu masih lama; bahwa dunia ini penuh
musuh dimana jika engkau memberi, maka engkau akan menjadi miskin, tidak
dihargai dan dihormati orang, dan sendirian; adalah suatu kebodohan memberi
banyak kepada orang lain, karena tiada seorangpun tahu apa yang akan terjadi
esok hari. Pada seorang berkeadaan sempit, setan mengatakan padanya bahwa ia
akan semakin miskin jika memberi kepada orang lain. Tidak ada yang akan
menolongnya, dan ia mungkin hanya akan menjadi beban bagi orang lain dan
dibenci pula. Kalau begitu ia harus menjaga dirinya sendiri dari kemungkinan
menjadi lebih miskin. Jika bisikan-bisikan setan menawan hatinya, maka ia akan
digiring ke tepian api neraka. Sebaliknya, seseorang yang membuka telinganya
kepada bisikan-bisikan Allah adalah seseorang yang sedang mendengarkan
kata-kata yang penuh berkah, yang menjadikan Allah sebagai pelindungnya.
“Atau patutkah mereka mengambil pelindung-pelindung selain
Allah? Maka Allah, Dialah pelindung (yang sebenarnya) dan Dia menghidupkan
orang-orang yang mati, dan Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(TQS.42:9)
“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk
menafkahkan pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa
yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan
Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak
(kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan
kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.” (TQS.47:38)
Makna ayat di atas: setelah diajak, diajari, dan dibawa
kepada jalan iman, jika engkau mulai atau masih terus menjadi kikir, maka
engkau akan kehilangan kedudukanmu, tingkatanmu, dan kasih sayang Allah.
Sebaliknya, bagi siapa yang pemurah dan yakin di dalam kepemurahan Allah, akan
di bawa kepada kedudukan yang kokoh.
Seseorang yang kikir tidak memahami maksud dari
ancaman-ancaman Allah.
“Musa berkata, ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah
memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan
dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami — akibatnya mereka menyesatkan (manusia)
dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci
matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan
yang pedih’.”(QS.10:88)
Ayat di atas merupakan doa Nabi Musa as bagi Fir’aun. Ketika
Allah berkehendak menghancurkan Fir’aun dan para pembesar, Nabi Musa as berdoa
kepada Allah, Sang Hakim mutlak, kutukan karena kekikiran. Efek dari kutukan
itu mengena kepada semua orang Mesir kikir dan pendengki. Mereka mati dalam
keadaan miskin dan kelaparan.
Seseorang yang dikutuk karena kekikirannya tidak
mendengarkan kata-kata para Rasul Allah saw., yang berkata, “Allah memiliki dua
orang malaikat yang berdoa setiap pagi, ‘Wahai, Tuhan kami, perbanyaklah
anugerahmu atas orang-orang pemurah, dan ambillah milik orang-orang yang
menyimpannya rapat-rapat!”
Pada suatu hari, ketika Abu Bakar ash-Shiddiq ra. akan
memberikan semua harta bendanya kepada Rasulullah Muhammad saw., ia pun ditanya
Rasulullah saw., “Apa yang telah engkau sisihkan bagi keluargamu, wahai Abu
Bakar?” Abu Bakar menjawab, “Aku meninggalkan bagi mereka Allah dan Rasul-Nya.”
Umar bin Khattab ketika memberikan setengah harta bendanya, ia pun menjawab
pertanyaan yang serupa, “Aku meninggalkan setengahnya lagi bagi keluargaku.”
Rasulullah Muhammad saw. berkata tentang mereka,“Perbedaan di antara kalian
berdua adalah dalam hal merespon pertanyaanku.”
Seseorang yang memberi akan mendapatkan lebih dari Sang
pemberi. Si kikir, selain berdosa karena kekikirannya, juga telah menuduh bahwa
Allah kikir; ia lebih memilih harta bendanya sebagai pelindung dan pemberi bagi
dirinya daripada Allah sang Pemurah. Merupakan dosa besar telah memprasangkai
Allah sedemikian dan menyebabkan seseorang tertolak dari rahmat Allah dan
kehilangan imannya. Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari hal
sedemikian. Amiin, ya, Robbal ‘alamiin.
Karena itu, simpanlah sekedarnya apa-apa yang telah Allah
berikan kepadamu. Jangan pernah takut miskin. Allah akan memberikanmu apa-apa
yang telah dijanjikan-Nya kepadamu. Tidak ada seorang pemurahpun yang akan
dihancurkan dalam kemiskinan karena kepemurahannya.[]
Kami haturkan terimakasih kepada mbak Dwi Afriyanti A.
Semoga Allah merahmatinya.Amin.
Jika engkau berharap untuk menemukan al-Haqq, kecintaan
Allah, dan Dukungan-Nya, maka tinggalkanlah perilaku negatif, kendalikanlah
sifat buruk dan kemarahanmu . Jika engkau tidak mampu untuk tidak marah,
setidaknya jangan perlihatkan marahmu; maka Allah akan senang dan betapa setan
akan kecewa kepadamu. Engkau pun akan mulai untuk mendidik egomu, menguatkan
dan mendekatkanmu kepada Jalanmu. Kemarahan merupakan hasil dan sebuah tanda
dari adanya ego yang tidak terkendali, bagaikan seekor hewan buas liar bebas
tidak terkurung. Mengeluarkan marah, bagai tali kekang yang engkau buang dari
atas kepalamu dan memasukkan banyak keburukan ke dalamnya. Jinakkanlah
kepalamu, kau ajarkan bagaimana berpikir dengan benar, untuk taat kepada Allah,
sehingga tiada orang lain yang engkau sakiti ataupun dirimu sendiri.
Begitu engkau berhasil mengekang pikiranmu, maka begitu
menghadapi orang yang kehilangan kendali dirinya dan marah-marah kepadamu, maka
engkau akan menghadapinya dengan tenang. Kau tidak akan bereaksi agresif pada
penyerangannya. Kau tidak akan menghukum atau merespon perilaku negatifnya
dengan kekasaran juga, melainkan kau abaikan saja. Mengabaikan lebih efektif
daripada membalasnya. Barangkali ia akan melihat akibat-akibat dari
perbuatannya, akibat dari kemarahannya, menyadari hal benar – salah, dan akhirnya
mengakui kesalahannya.
Perhatikanlah saran-saran tentang pengendalian marah ini dan
jadikanlah sebagai karakter dirimu; maka tentu engkau akan memperoleh hasil dan
ganjaran positif di dunia maupun di akhirat. Timbangan al-haqq mu akan berat.
Itulah ganjaran dan kemuliaan terbesar yang akan engkau terima. Mengeluarkan
kemarahan hanya akan mengundang murka besar Allah, Dia akan menghukummu.
Pemaafanmu akan diganjar dengan ampunan-Nya. Adakah keberuntungan yang lebih
baik yang bisa diharapkan oleh seseorang yang disakiti oleh saudara-saudaranya
seiman selain ampunan Allah semata?
Allah akan memperlakukanmu sama dengan perlakuanmu terhadap
orang lain. Jadi berusahalah untuk memiliki kualitas perilaku yang baik:
pendamai, penolong, lemah – lembut, dan penuh cinta. Dengan perilaku tersebut,
berjama’ahlah. Engkau akan melihat bagaimana perilaku tersebut akan merahmati
sekelilingmu, menciptakan harmoni, cinta – kasih, saling menghargai dan
menghormati. Sang Kekasih Allah, Nabi Muhammad saw., memerintahkan kita untuk
saling mencintai satu sama lain dan memelihara hubungan silaturahiim. Betapa
Rasulullah Muhammad saw. mengulang-ulangi perintah ini dalam banyak cara, dalam
banyak pernyataan. Untuk meninggalkan kemarahan, gantilah ia dengan penderitaan
menahannya, memaafkan, dan tetap saling menjaga dan memperhatikan orang yang
menyakiti. Kesemuanya merupakan, menjadi pilar dari tumbuh dan berkembangnya
cinta.
Bukalah hatimu lebar-lebar, luaskanlah agar mampu menerima
Rahmat Allah. Sebuah hati yang terahmati menjadi cermin manifestasi Allah.
Ketika manifestasi Allah muncul dan datang melaluimu, begitu kau merasakan
Kehadiran-Nya, maka kau akan malu ketika berperilaku salah. Hal itu akan
menyebabkan antara engkau dan orang lain memiliki keterhubungan hati.
Rahmat-Nya pun akan melindungimu dan orang lain dari dosa.
Ketika Malaikat Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad saw.,
“Apakah yang dimaksud dengan Rahmat Allah?” Nabi Muhammad saw. menjawab,
“Shalat dan mengabdi kepada Allah seolah-olah engkau berada di Dalam Kehadiran-Nya,
seolah-olah engkau melihat-Nya.” Rasa menghormati Allah terefleksi di dalam
hati seorang mukmin yang mencapai level demikian.
Lalu Nabi Muhammad saw. melanjutkan, “Bagi engkau yang tak
mampu melihat-Nya, yakinilah Dia tentu mampu melihatmu.”
Seorang mukmin yang mencapai level Rahmat Allah akan
memiliki hati nurani. Dia akan merasakan bahwa Allah senantiasa mengawasinya
sehingga membuatnya malu untuk berbuat dosa. Nabi Muhammad saw. berkata lagi,
“Memiliki hati nurani adalah kebaikan sempurna.” Jika seorang mukmin memiliki
hati nurani, ia akan menyadari apa yang ia lakukan dan ia tidak boleh melakukan
kesalahan. Seseorang dengan hati yang dipenuhi Allah, maka hawa nafsunya tak
akan membahayakannya baik ketika ia berada di dunia maupun di akhirat nanti. Tanda-tanda
seseorang yang sudah memiliki hati nurani, yaitu: berkurangnya arogansi dan
merasa diri penting; keduanya merupakan ego. Orang seperti itu tidak akan
pernah mencoba atau berusaha untuk mendominasi atau menguasai seseorang. Semoga
kalian semua mencapai level Rahmat Allah dan memiliki hati nurani, dan semoga
kalian semua memiliki kekuatan dan pandangan tajam menuju Allah semata. Amiin,
ya, Robbal ‘alamiin.
Bangunlah sebelum terbit matahari, berdzikirullaah lah, dan
bertobatlah . Dosa yang disertai taubat akan menghapus dosa itu. Dosa akan
hilang bagaikan tidak pernah terjadi. Ketika perilaku, shalat, dan ibadah lain
disertai oleh taubat, maka hal itu bagaikan cahaya di atas cahaya, keagungan di
atas keagungan. Mendzikiri Allah dan memuji-Nya akan menyatukan keterceberaian
di dalam hati – seperti ratusan pecahan kepingan cermin – menambalnya,
menjadikannya satu kembali, dan mengembalikan hati untuk focus kepada Al-Ahad.
Lalu semua kejahatan pun meninggalkan hati, dan hati lalu dipenuhi dengan
kesenangan senantiasa mendzikiri-Nya.
Ketika hatimu penuh melimpah dengan mendzikiri-Nya, lalu
membaca al-Quran; refleksikanlah maknanya pada dirimu. Pada ayat-ayat yang
menunjukkan ke-ahad -an dan kesempurnaan-Nya, pujilah Dia. Pada ayat-ayat yang
menunjukkan berkah, anugerah, rahmat, dan cinta atau kemurkaan dan hukuman-Nya,
berlindunglah dari-Nya di Dalam Diri-Nya dan mohonlah Rahmat-Nya. Pada ayat
tentang kisah para nabi dan pengikutnya, benar-benar perhatikan dan ambillah
pelajaran dari apa-apa yang terjadi kepada mereka. Memang Al-Quran sulit
dimaknai karena memiliki makna samar hingga tujuh lapis, di dalam setiap
katanya. Maknanya berubah sesuai dengan perubahan maqom dan ahwalmu,
pengetahuan dan pemahamanmu. Karena itu, tidak mungkin kau akan pernah merasa lelah,
lemah, atau bosan dalam membaca al-quran, dengan maknanya.[]
Berusaha keraslah untuk terus membuka simpul-simpul dosa
yang berulang kali engkau lakukan. Bagaimana caramu menyelamatkan dirimu? Yaitu
engkau membutuhkan pertolongan orang yang mengikat simpul-simpul tersebut,
yaitu dirimu sendiri. Berkatalah kepada para simpul, nasihatilah mereka.
Katakan, “Wahai, jasad yang fana, sedikit sekali engkau mendengarkan nasihatku,
jadi mohonlah sekarang untuk sebenar mendengarkan. Apakah saat kau menghirup nafas,
itu bukan merupakan nafas terakhirmu? Allah memang tahu yang terbaik, tetapi
nafas berikutnya mungkin merupakan nafas terakhirmu. Kematian akan mendatangimu
melalui tenggorokanmu; padahal sebelumnya setumpuk kesalahan demi kesalahan,
dosa demi dosa selalu rutin engkau lakukan. Allah Al-Hakiim telah
memperingatkan seseorang yang terus-menerus berada dalam dosa dengan hukuman
yang bahkan gunung-gunung batu pun tak mampu menanggungnya. Lalu bagaimana
dengan dirimu, lemah bak sehelai jerami, apakah mampu engkau menanggung
pembalasan maha dahsyat tersebut?”Jangan menentang-Ku Sang Penciptamu.
Palingkan wajahmu kepada-Ku dan bertaubatlah. Lakukan sekarang juga, tanpa
penangguhan waktu, karena kau tak tahu kapan kematian akan membelah dirimu
menjadi dua.
Qs. 4 : 17
“Sesungguhnya taubat
di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan
lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka
itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Katakan pada dirimu, “Sesungguhnya, setelah aura kematian
datang membuatmu terbaring tak berdaya dan kehidupan semakin jauh
meninggalkanmu, dan jika engkau bisa mengingat semua perbuatanmu dan bertaubat,
maka taubatmu tidak akan diterima Allah. Sabda Nabi Muhammad saw., “Allah
menerima taubatmu hingga saat nafasmu terasa mencekik. Pada saat kematian mulai
terasa menyakitimu dengan tiada terkira, maka taubat sudah terlambat. Kematian
datang tanpa tanda-tanda, tanpa peringatan sebelumnya – pada saat makan, minum,
sedang tidur dengan istri, dalam tidur panjang yang tiada bangun. Barangsiapa
yang tidak mengganti kesalahan dan dosanya dengan kebenaran, maka ia tidak
bertaubat; maka ia tetap berada dalam dosanya, akan jatuh masuk ke dalam lubang
dalam kematian.”
Camkan dalam-dalam kata-kata itu kepada dirimu. Berusaha
keraslah untuk mendisiplinkan dan mendidik hasrat jasadmu. Sebanyak dan sekuat
apa jasadmu melakukan dosa, maka sebanyak dan sekuat itu pula berusahalah untuk
menghentikan dosa. Jika kau sebenar menasihati jasadmu dengan teguh, maka
dengan pertolongan Allah simpul-simpul dosa yang mengikat hatimu akan terbuka.
Hanya itulah jalan untuk diselamatkan Allah.
Takutlah kepada Allah dalam setiap perilaku, hati dan
pikiran-pikiranmu. Takut kepada Allah, dimaksudkan takut akan hukuman-Nya.
Barangsiapa yang sebenar takut akan peringatan dan ancaman hukuman Al-Hakiim,
akan berperilaku sesuai dengan Kehendak Sang Pencipta dan senantiasa mencari
kebenaran. Pemilik Hari Akhir berfirman dalam Qs. 3 : 27
“Engkau masukkan
malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan
yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan
Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).”Qs. 2 : 235
“…. Dan ketahuilah
bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah
kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Lembut.”
Takut kepada Allah merupakan sebuah pelindung, sesuatu yang
menjagamu dari marabahaya, sesuatu yang menjadikanmu aman. Perlindungan Allah
bagai baju besi terkuat, benteng terkokoh; tiada marabahaya yang mampu menembus
pertahanan-Nya. Nabi Muhammad saw., yang diutus ke muka bumi sebagai rahmatan
lil ‘alamiin, mengambil perlindungan ke Dalam Allah.
Doa saw., “Aku berlindung di Dalam Kehendak-Mu, di dalam
Keindahan-Mu, di Dalam Kelembutan-Mu, dari murka dan dari kekuatan-Mu. Aku
berlindung di Dalam Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim, dari hukuman-Mu. Aku berlindung
di Dalam-Mu dari Diri-Mu.”
Carilah, temukan, pelajari, dan tirukan af’al Sang Pencipta
yang manifest di sekitarmu. Lindungi dirimu dari murka Allah dengan perilaku
dan perbuatan yang sesuai dengan Kehendak Allah. Hindari dan tinggalkan
perilaku, sesuatu, dan jalan apapun yang tidak jelas kebenarannya. Ketahuilah
bahwa mengenal Sang Penciptamu dan mentaati-Nya merupakan satu-satunya Jalan
yang akan membimbingmu menuju keselamatan dan kebahagiaan. Keegoisanmu pun akan
berakhir. Hanya dengan meraih keridhoan-Nya lah engkau dapat menyelamatkan
dirimu dari murka-Nya. Hanya dengan memasuki, dan berjalan di atas Shirothol
Mustaqim yang bisa menghindarimu masuk ke dalam lubang dalam kematian; hanya
dengan perilaku tepat benar yang bisa menjagamu dari api neraka.
Qs. 3 : 130 – 131
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu
kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
“Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan
untuk orang-orang yang kafir.”
Dengan takut kepada Allah, akan menghindarkanmu jauh-jauh
dari api dan memasukkanmu ke dalam kebahagiaan (kalau kata Mursyid, hasanah
artinya kebahagiaan. Hasanah = buah taqwa).
Jika engkau terus-menerus melakukan dosa dan keras kepala,
tidak mau melihat dosa-dosamu, lalu mengapa engkau begitu yakin bahwa Allah
akan menganugerahimu dengan kesabaran, kebaikan, dan kemuliaan? Betapa bodohnya
engkau yang telah berhasil ditipu oleh bisikan setan, “Jika bukan karena
dosa-dosamu, maka bagaimanakah Allah akan memanifestasikan Nama Al-Ghafur,
Ar-rahmaan, dan Kemuliaan-Nya?” Tidakkah pikiranmu bisa membaca dengan logis
bahwa betapa mengada-adanya bisikan setan tersebut? Akankah ampunan dan kasih
sayang-Nya diberikan kepada orang-orang yang menentang Kehendak dan
Kesenangan-Nya?
Lalu setan akan berbisik kembali di dalam telingamu, “Tiada
harapan bagimu untuk mencapai tingkat diRahmati Allah, yaitu mereka yang
dilahirkan dengan karakter-karakter yang baik dan ketaatan kepada Allah. Mereka
adalah orang-orang yang memang sudah ditakdirkan mendekat kepada-Nya dan menunjukkan
ketaatan kepada Allah, dengan ampunan dan kepemurahan Allah. Jadi percuma
engkau mau berusaha baik sebagaimanapun. Ketahuilah, bahwa ampunan, kemuliaan,
dan rahmat Allah hanya akan manifest pada hari Pembalasan nanti, yaitu yang
akan diberikan-Nya kepada para manusia pembangkang namun yang mengharapkan
rahmat Allah.”
Hanya seseorang yang kehilangan ‘ingatan’ yang mempercayai
bisikan setan dan telah tertipu oleh pikiran penuh prasangka semacam itu.
Lindungi dirimu dengan membentenginya dari segala bisikan tipu daya bujuk rayu
setan. Katakan kepada setan:
“Apa yang engkau katakan bahwasanya Allah begitu penyabar
dan Maha Rahmat kepada para pelayan-Nya adalah suatu kebenaran. Sesungguhnya
begini, jika tiada ketidakpatuhan, ketidaktaatan, dan dosa, maka kami tidak
akan melihat manifestasi dari atribut (Nama, shifat, af’al) Illaahi. Begitu
banyak contoh-contoh yang menjelaskan tentang hal itu, baik di dalam al-quran
maupun perkataan para Nabi-Nya. Tetapi, engkau, wahai, setan, telah menggunakan
kebenaran demi kepentinganmu pribadi, engkau mengajakku untuk berbuat dosa! Kau
menggodaku untuk membangkang dengan menggunakan Nama Kesabaran dan Kebaikan
Allah.”
“Kau mengajakku untuk membuktikan adanya rahmat dan
ampunan-Nya. Bagaimana engkau tahu, wahai yang terkutuk, bahwa aku merupakan
salah satu hamba yang akan diberi ampunan oleh-Nya? Sesungguhnya Allah
mengampuni siapa-siapa yang Dia Kehendaki dan menghukum dengan keadilan
siapa-siapa yang Dia Kehendaki. Bagaimana aku tahu kelompokku? Semua yang ku
tahu adalah bahwa aku adalah seorang hamba yang penuh dosa. Dan sekiranya aku
meninggalkan dunia ini tanpa bertaubat dan meraih ampunan-Nya, maka Dia mungkin
akan menolak untuk memberikan rahmat-Nya kepadaku dan menghukum dengan
memasukkan aku ke dalam api neraka. Meskipun kematian seseorang sama seperti
kehidupannya, dan aku telah berdosa karena tidak mengimani-Nya , maka semoga
aku dijadikan-Nya sebagai orang yang mendapatkan keberuntungan pada nafas
terakhirku, yaitu mati sebagai orang yang beriman kepada-Nya, lalu kemudian Dia
akan memurnikan aku di dalam api neraka dan membawaku ke luar dari sana dan
memberikanku keselamatan di Dalam rahmat-Nya.
“Jika aku menyakini bahwa tiada hari pembalasan dan tiada
hukuman atas dosa-dosaku, dan jika aku meyakini bahwa aku akan menerima
ampunan-Nya, maka akan banyak dalih pembenaran dalam diriku. Ah, tiada yang
lebih baik daripada merasa berdosa; dan jangan pernah merasa aman dengan
persangkaan bahwa kesabaran dan pengampunan Allah sungguh besar.
“Di lain sisi, bahkan jika aku meyakini bahwa aku akan
menerima hukuman Illaahi, hal yang paling tepat adalah aku harus selalu merasa
malu akan setiap perbuatanku karena sungguh aku tak sebenar mengerti perbuatan
mana yang haqq bagi diriku, dan bersyukurlah selalu karena Dia ta’ala telah
menangguhkan hukumannya kepadaku hingga saat ini; dan lalu aku akan berusaha
keras semampuku untuk mematuhi dan mentaati segala perintah Allah kepadaku.”
“Aku tidak pernah mendengar pernyataan dari manapun bahwa
segala dosa akan mendapatkan pengampunan-Nya. Setiap orang bebas memilih untuk
melakukan kebenaran atau kesalahan, begitupun Al-Hakiim bebas untuk memaafkan,
mengampuni atau menghukum. Tetapi dalam kasusmu, wahai, setan yang dipenuhi
ego, tiada pilihan bagimu. Kau selamanya berada di dalam hasrat untuk melakukan
dosa dan hal-hal terlarang!
Bersucilah; kesucian menjadikanmu penuh kehati-hatian, untuk
membebaskanmu dari segala sesuatu yang tidak bersih dan berdosa. Kesucian akan
melindungi dirimu dari segala hal meragukan (syubhat) dan kesamaran di dalam
dan sekelilingmu. Hadits Rasulullah Muhammad saw., “Tinggalkan segala hal
meragukan dan lakukan segala hal yang pasti untukmu.”Beliau saw. menegaskan
tentang kebutuhanmu untuk meninggalkan segala sesuatu yang menyebabkanmu
ragu-ragu dan tidak yakin; sesuatu yang menyebabkan ketidakpastian,
ketidakjelasan, kesamaran, kegelisahan, dan ketakutan di dalam hatimu – hanya
lakukan sesuatu yang membuatmu merasa aman, tenang, dan damai.Periksalah setiap
perilakumu, kata-katamu, ibadahmu, setiap hubunganmu dengan orang lain seperti
pertemanan atau pernikahan. Engkau harus menemukan apakah segala sesuatu di
dalamnya berkualitas baik atau buruk, bersih atau kotor, benar atau salah,
mengikuti syariat atau tidak. Hukum-hukum yang engkau jalankan semuanya harus
jelas; jalankanlah kebenaran, tinggalkanlah kesalahan. Jika ada syariat yang
tak jelas atau tersamar, maka tinggalkanlah seolah-olah itu adalah sesuatu yang
salah dan cari yang sudah jelas/ pasti.
Ikutilah nasihat para Nabi (Assalaamu’alaykum wrohmatullaahi
wabarokaatuh): bahkan jika kau berada dalam kebutuhan untuk melaksanakan hal
yang masih kau ragukan itu, bahkan jika menyebabkan kau tak mampu untuk
melakukan hal lain, tetaplah ikuti dan laksanakan nasihat para Nabi; tinggalkan
hal lain demi keridhoan Allah semata. Inilah kesucian. Yakinlah bahwa Allah
akan menganugerahi para muthaharuun dengan dengan kebaikan yang banyak sekali
hingga melimpah ruah, jauh lebih banyak daripada yang engkau terima jika engkau
melakukan hal meragukan/ tidak jelas/ tersamar. Tapi jangan engkau mengharapkan
bahwa ganjaran itu akan diberikan dalam waktu ‘saat ini’ atau langsung.
Kesucian merupakan pondasi dari ad-diin dan Jalan Kebenaran.
Jika engkau suci, semua perbuatanmu akan murni dan ikhlas; semua yang engkau
lakukan akan berakhir dengan baik; kau akan harmoni di Dalam Kehendak Allah.
Kau akan menerima Rahmat-Nya; segala kebutuhanmu akan diberikan kepadamu. Kau
akan berada di bawah Perlindungan Illaahi. Jika engkau suci dan tidak
berprasangka, meninggalkan kesalahan dan hal samar, maka tiada terhalang bagimu
untuk menerima Berkah-Nya. Tetapi jika kau berpaling dari kesucian dan
keshalehan, maka Al-Hakiim akan menempatkanmu pada sebuah keadaan yang penuh
kehinaan: tiada pertolongan dan penuh ketakutan. Dia akan meninggalkanmu
sendirian, membiarkan dirimu dikuasai oleh egomu. Lalu kaupun akan menjadi
mainan setan; yang memiliki karakter selalu ingin membangkang, dan tidak ada
yang akan menghalanginya untuk menggodamu. Tujuan setan adalah memalingkanmu,
menjauhkanmu sejauh-jauhnya dari Al-Haqq.
Berusahalah dengan keras, penuhi waktumu untuk tinggal dan
menapaki Jalan Keshalehan, maka Allah akan menolongmu.
Dunia adalah tempat persiapan untuk akhirat; setiap orang
diberikan banyak pelajaran dan menerima pelbagai ujian kesenangan dan tidak
mengenakkan. Ambillah hanya sedikit kesenangan yang ada di dalamnya. Merasa
cukup, dan berpuaslah dengan apa yang ada di tanganmu, bahkan jika lebih
sedikit daripada yang dimiliki oleh orang lain. Intinya, selalu memilih dan
mengambil dengan sedikit.
Dunia bukanlah sesuatu yang buruk, sebaliknya merupakan sawah
ladang tempat kau bercocok tanam yang hasilnya akan engkau panen di akhirat.
Dunia harus dipergunakan sebagai jalan untuk memuaskan batin dengan kebahagiaan
menerima yang sedikit dan segala kebaikannya; manfaatkan untuk saling berkasih
sayang dan mensyukuri-Nya.Dunia menjadi buruk jika kau buta akan kebenaran
sehingga tidak bisa memanfaatkan dunia dengan sebenarnya; yang ada hanyalah kau
sibuk memuaskan hasrat rendahmu, pelbagai obsesi, dan ambisi melalui dunia ini.
Rasulullah Muhammad saw . ditanya, “Seperti apakah cinta dunia?” Beliau saw.
menjawab demikian, “Segala sesuatu yang menyibukkan dirimu yang menyebabkan
engkau melupakan Tuhanmu.” Karena itu, segala sesuatu yang ada di dunia,
termasuk harta benda bukanlah sesuatu yang membahayakan, kecuali jika mereka
menyebabkan kau melupakan, membangkang, dan tidak menyadari Kehadiran Illahi
yang dengan kemurahan-Nya memberikan mereka kepadamu. Dunia menjadi buruk
dikarenakan engkau merasakan dan berhubungan begitu kuat dengannya, dan engkau
menginginkan dunia jauh daripada yang Tuhan sudah berikan kepadamu. Hal itu
akan membuatmu kehilangan sensisitivas menyadari Kehadiran Allah dan akan
memutuskan hubunganmu dengan Al-Haqq.
Rasulullah Muhammad saw. bersabda, “Barangsiapa yang memilih
dunia daripada akhirat, ia akan mengalami penderitaan dalam 3 hal, yaitu:
1. Merasa mengangkat beban yang tak kunjung usai
2. Merasa miskin yang tak pernah merasa lebih kaya
3. Selalu merasa mengejar sesuatu (ambisi) dan selalu merasa
lapar yang sampai kapanpun tak pernah terpuaskan.”
Bagi seorang yang terikat dengan dunia akan merasakan
kesakitan dan kesulitan; mencoba menyelesaikan masalah-masalahnya dengan
mengandalkan kekuatan pribadi, menggantungkan diri sepenuhnya kepada dunia
bagaikan seorang pengemis, dunia dijadikan alat untuk memenuhi kebutuhan jasad
dan egonya. Jasad, yang merupakan makanan empuk bagi ego tidak akan pernah
merasakan puas, tidak pernah menyudahi ambisi-ambisinya, ia selalu mencari,
selalu lapar, dan selalu tidak puas. Akibatnya, ia yang menuhankan dunia akan
melupakan Allah, Tuhan semesta alam-alam.
Penjelasan di atas bukan berarti kau harus meninggalkan
dunia, tidak melakukan tugas-tugasmu berkenaan dengannya atau berpartisipasi
dalam suatu kegiatan, atau pasif diam tidak melakukan apa-apa , tidak berusaha,
dan tidak bekerja.
Rasulullah Muhammad saw. bersabda,
“Allah suka melihat orang-orang beriman yang bekerja dalam
keshalehannya.”
“Sesungguhnya Allah menyukai seseorang yang bekerja dengan
kedua tangannya.”
“Seseorang yang bekerja keras dengan halal untuk memenuhi
kebutuhannya akan dicintai Allah.”
Hadits-hadits tersebut bermakna bahwa rahmat Allah meliputi
mereka yang bekerja keras dengan tangannya.” Itu juga yang menjadi alasan bagi
para nabi bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Pada suatu hari, Sahabat Umar bin Khattab ra. bertemu dengan
sekelompok orang yang duduk bermalas-malasan tanpa melakukan apapun.
Beliau ra. bertanya, “Siapakah kalian?”
Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang berpasrah
menantikan Tangan-Nya untuk memenuhi kebutuhan kami, dan kami meyakini-Nya.”
“Sungguh kalian bukan seperti itu!” Beliau menjawab dengan
marah,”Kalian orang-orang yang menyia-nyiakan waktu, parasit bagi apa yang
diusahakan orang lain! Bagi siapa saja yang sebenar beriman di Dalam Allah, ia
akan menanam benih di dalam rongga perut bumi ini, lalu mengharapkan dan
menantikan kedatangan Tangan-Nya Sang Pemelihara.”
Setiap orang tiada terlarang untuk melakukan pekerjaan
apapun asalkan sesuai dengan Hukum Allah dan berada dalam keadaan beriman
kepada Allah. Iman terlihat nyata dalam perilaku dan syariat agama yang
dijalankan oleh seseorang, termasuk dalam pekerjaannya.
Qs. 62 : 10
“Apabila telah
ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
Ketika kita bekerja, janganlah semata demi meraih keuntungan
dunia. Orang yang mencintai dunia akan mengidentifikasikan dirinya dengan
segala perolehan duniawinya dan berbangga atas hal itu. Penuh dengan ambisi,
dia mendedikasikan dirinya untuk mengumpulkan benda-benda baik halal, syubhat,
ataupaun haram. Akibat terburuknya adalah ia tak lagi mampu untuk melihat
sesuatu yang salah, untuk berpikir tentang Jalan Kebenaran. Baginya, dunia
merupakan satu-satunya jalan kebenaran.
Begitu cinta dunia memenuhi hatimu, maka tiada tempat untuk
mendzikiri Allah. Kau pun akan melupakan akhirat, kau lebih memilih dunia yang
bersifat sementara ini. Semua yang kau butuhkan dari dunia adalah segala
sesuatu yang mampu memuaskan ‘kelaparanmu’. Dunia menjadi alasan kau melalukan
sesuatu. Wahai, sungguh janganlah merasa terpesona dengan tampilan sementara
ikatan dunia yang tampak memikat dengan segala perhiasan ataupun dengan
menginginkan kekayaan tanpa pertimbangan baik atau benarnya, halal – syubhat –
haramnya. Renungkanlah, berapa lama, sih, seorang manusia tinggal di dunia ini?
Seseorang yang memilih dunia fana di atas kebenaran tidak
akan pernah mencapai tujuannya. Ambisinya tak pernah terpuaskan. Tidakkah kau
sadari bahwa Penentu Taqdir telah menetapkan rezekimu? Kau tidak akan menerima
sesuatu lebih sedikit atau lebih banyak daripada yang telah ditetapkan oleh
Sang Penentu Taqdir. Kau sadari atau tidak, tiada perubahan dengan Ketentuan
Allah. Kita kehendaki atau tidak, kita tetap hanya bisa merefleksikan cermin
dari Ketentuan Taqdir kita.
Qs. 43 : 32
“Apakah mereka yang
membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan
mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan
sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.”
Tetapi mereka yang mengambil dunia bagai tuhan yang
melaksanakan keinginan-Nya tanpa batas, sementara keinginan-keinginan itu tetap
tak pernah mampu mengangkat derajat mereka; mereka bagai orang yang tak pernah
menerima apapun. Lama kelamaan mereka mengalami ketidakpuasan dan
ketidakbahagiaan dalam setiap sisi kehidupan, sementara di akhirat nanti mereka
akan menghadapi murka besar Allah.
Hasrat akan dunia bagai air laut. Semakin banyak kau
meminumnya, semakin haus engkau.Rasulullah Muhammad saw. mengajak umatnya untuk
menganggap dunia bagai tumpukan sampah yang membuatmu tidak mau berada dekat
dengannya. Ambillah jarak dengan dunia, berpuas dirilah dengan kadar yang telah
Allah taqdirkan bagimu suka ataupun tidak suka.
Allah telah menasihati dan memperingatkan Nabi Musa as,
“Wahai anak Adam, jika engkau puas dengan apa yang telah aku kadarkan bagimu,
Aku akan membuat hatimu ridha dan penuh syukur. Tetapi jika engkau tidak puas
dengan apa yang telah aku kadarkan bagimu, maka Aku akan membiarkan dunia
menguasaimu. Kau akan berlomba di dalamnya bagai seekor hewan liar yang
berlomba denga hewan-hewan liar lainnya dalam sebuah gurun pasir. Dan demi Kekuasaan
dan Kemuliaan-Ku, kau tidak akan menerima darinya apapun yang tidak aku
kadarkan bagimu, dan kau akan berada dalam kesalahan.”
Maksudnya,jika kau menerima bagian dunia sesuai dengan kadar
yang telah Allah tentukan,maka engkau akan meraih sakinah dalam hatimu dan
digolongkan sebagai hamba yang bersyukur dan dirahmati-Nya . Sebaliknya, Allah
akan memberikan dunia yang sangat kau hasrati bagai seorang kawan sekaligus
lawan. Dunia menjadi sebuah gurun bagi seekor hewan kelaparan. Kau akan terus
berlari dan berlari hingga selalu kelelahan tanpa mampu untuk menemukan apapun
di dalamnya. Allah bersumpah bahwa tiada yang akan kau peroleh selain
kelelahan, ketidakpuasan, dan kehinaan.
Marilah sebenar meyakini bahwa Allah telah mengkadar segala
sesuatunya dengan begitu sempurna; berapa banyak makanan dan minuman yang mampu
dimasukkan ke dalam perutmu, pakaian yang menutupi tubuhmu, sebuah tempat untuk
hidup? Sederhanalah, itu lebih baik bagimu. Tiada kau akan merasa terbebani,
dan hatimu akan berada dalam sakinah dan tanpa kekhawatiran; dan tentunya di
akhirat nanti kau tidak akan disusahkan dengan hisab yang sedikit.
Jangan menukar kebahagiaan spiritualmu dengan kebahagiaan
semu yang hanya sebentar. Tidak peduli betapa megah dan nyamannya, mereka akan
mati ketika engkau mati. Ingatlah bahwa kematian merupakan langkah yang niscaya
engkau alami, dan semua angan-anganmu akan menguap terbang.
Seperti ikatan dunia merupakan anak-anak dunia, maka ada
juga anak-anak akhirat yang terikat dengan akhirat.
Rasulullah Muhammad saw. bersabda, “Jadilah sebagai
anak-anak akhirat yang terikat dengan keabadian, bukan anak-anak bumi yang
sebatas usia.”
Qs. 11 : 15 – 16
“Barangsiapa yang
menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia
itu tidak akan dirugikan. “
“Itulah orang-orang
yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu
apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan.”
Qs. 26 : 20
Berkata Musa: “Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu
itu termasuk orang-orang yang khilaf.
Semoga Al-Haqq membangunkanmu dari tidur nyenyak
berkepanjangan. Semoga Dia membukakan kesejatian dirimu sebagai tanda benarnya
taubatmu. Semoga hanya Dia Tempat Kembalimu.
Semoga Sang Pengamat segala sesuatunya membukakan pandangan
batinmu sehingga kau mampu melihat dan mengingat kembali apa yang telah engkau
lakukan dan katakan sepanjang hidupmu. Lalu kau akan mengetahui dan selalu ingat
serta menghisab semuanya dengan detil. Semua itu akan dipertanggungjawabkan
pada hari Pembalasan nanti.
Jangan pernah lupa akan kedatangan hari Perhitungan. Di
sanalah segala sesuatunya akan dihisab. Satu-satunya jalan keselamatan adalah
menempuh jalan kesucian dan membersihkan dosa-dosamu.
Hadits Nabi Muhammad saw.,
“Hisablah dirimu sendiri sebelum engkau dihisab, timbanglah
dosa-dosamu sebelum mereka memberatkanmu.”
Periksalah setiap sisi kehidupanmu; Jangan biarkan dosa-dosa
menelan kebaikan-kebaikanmu. Berjuanglah semampumu selagi hayat masih dikandung
badan, selama masih ada kesempatan untuk hidup; sebelum kau dikkubur sendirian
dalam lubang gelap liang lahat.
Apapun yang engkau terima dalam kehidupan di duniai
merupakan pinjaman dari-Nya yang datang melalui Tangan-tangan ghaib-Nya; bukan
milikmu. Kau hanya seorang kasir yang mendistribusikan kiriman-Nya, dan kau
bertanggung jawab untuk menjaga dan menggunakannnya dengan benar (haqq). Itulah
pengembalian pinjaman yang benar.
Jika kau tidak melakukan hal itu, maka yakinlah bahwa pada
hari Pembalasan nanti kau akan berteriak dan meminta pertolongan. Tetapi, tiada
seorangpun yang akan menolongmu.
Wahai, dengarkanlah suara Illaahiyyah yang datang melalui
aturan dan perintah-Nya, Sang Penghukum orang-orang yang berdosa. Ikutilah
aturan dan perintah-Nya tanpa dipilih-pilih, ditambah-tambah ataupun
dikurang-kurangi.
“Bacalah kitabmu,
cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.”(QS.
Al-Isro’[17]:14)
Bukankah Allah telah mengirimimu para utusan-Nya? Bukankah
Dia telah menunjukkanmu Jalan Kebenaran? Bukankah Dia telah memerintahkanmu
untuk mendzikiri-Nya sepanjang pagi dan malam? Bukankah Dia telah memberikanmu
kesempatan untuk mengikuti perintah-perintah-Nya?
Jika kau hanya menunggu dan menungguh hingga waktumu habis,
maka penyesalanmu tiada guna. Jika kau selalu menunggu dan menunda penghisaban
dirimu sendiri, ketahuilah bahwa semua pintu dan jendela akan ditutupkan bagimu
dan kau akan ditinggalkan. Ketahuilah, bahwa tiada pintu dan jendela lain,
tiada tempat lain sebagai tempat perlindungan. Tiada tempat untuk pergi –
bagimu, siapapun, dan apapun – selain pintu Rahmat Allah. Menujulah ke sana dan
berlututlah. Pancarkanlah dengan deras tangis taubatmu dan bermohonlah untuk
masuk. Berusaha dan lihat apa yang berada di balik tirai-tirai terselubung.
Ada tiga bahaya bagi engkau yang tidak menghisab dirimu
sendiri dan tidak mensyukuri Allah Sang Maha Pemurah, yaitu:
1. Ketidaksadaran, ketertutupan, ketidaktahuan akan Tujuan
hakiki
2. Meluapnya rasa dan hasrat yang memancar deras dari egomu
(pikiran tidak benar + hawa nafsu), diri rendahmu
3. Menumpuknya kebiasaan-kebiasaan buruk yang menjadikanmu
bagai mesin pembuat dosa.
Seseorang yang mampu melindungi dirinya dari tiga bahaya di
atas, dengan Rahmat (pertolongan) Allah, akan mendapatkan keselamatan di dunia
maupun di akhirat.
Rahmat dan Berkah Allah bagi Nabi kita, Rasulullaah Muhammad
saw. dan anak-cucunya serta karib kerabatnya – dalam setiap lidah yang berkata,
tempat tinggal dan setiap tingkatan
kerohanian
sumber :https://jiwa2kegelapan.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar