Pitutur guru murid dua
Pitutur guru murid dua

S ; Jangan salah menafsirkan kata-kataku. Jika salah, maka
kau akan sesat dan timbul fitnah.Tentu saja memfitnah diriku. Begini, bahwa
rohku adalah roh Ilahi. Karena aku pun memiliki sifat duapuluh. Sedangkan badan
wadag ku, jasadku ini, adalah jasad Muhammad. Dari segi lahiriah Muhammad
adalah manusia. Namun manusia Muhammad berbeda dengan orang kebanyakan.
Muhammad memiliki jasad yang kudus, yang suci.
Aku dan dia sama-sama merasakan kehidupan, merasakan manfaat
panca indera. Dan panca indra itu hanyalah meminjam. Jika sudah diminta kembali
oleh Pemiliknya akan berubah menjadi tanah yang busuk, berbau, hancur dan
najis. Nabi atau wali, jika sesudah kematian jasadnya menjadi tak bermanfaat.
Bahkan berbau, kotor, najis, busuk dan hancur. Warangka jika sudah ditinggal
kankerisnya maka tiada guna.
M ; Jika seseorang sudah mati, berarti selesai sudah
kehidupannya ?
S ; Siapa bilang begitu ? Tidak ! meskipun jasadnya mati,
tetapi sebenarnya ia tidaklah mati.Karena itu, kalian semua harus mengerti
bahwa dunia ini sesungguhnya bukanlah kehidupan.Buktinya ada mati. Di dunia
ini, kehidupan disebut kematian. Coba rasakan ! Aku mengajarkankepada kalian
untuk tidak menyintai dunia ini dan tidak terpesona terhadap keindahannya.
Carilah kebenaran dan kebahagiaan sejati demi kehidupan
mendatang, kehidupan setelah kematian. Kalian akan berarti jika telah menemui
kematian dan hidup sesudah itu. Engkau harus memilih hidup yang tak bisa mati.
Dan hidup yang tak bisa mati itu hanya kalian rasakan setelah nyawa terlepas
dari badan. Kehidupan itu akan dapat dirasakan dengan tanpa gangguan seperti sekarang
ini. Ketahuilah, hidup yang sesungguhnya adalah setelah nyawa lenyap dari
badan.
M ; Agar dapat meraih kehidupan dalam kemuliaan sejati
kelak, dalam kehidupan di dunia inidibutuhkan kebenaran dan kebahagian sejati.
Bagaimanakah cara mendapatkannya KanjengSyekh ?
S ; Jiwa manusia adalah suara hati nurani. suara hati nurani
merupakan ungkapan Dzat Allahyang harus ditaati perintahnya. Maka ikutilah hati
nuranimu.M ; Bagaimana caranya meyakinkan bahwa suatu bisikan adalah suara hati
nurani yangsesungguhnya ?
S ; Kalian harus cermat, karena hati nurani berbeda dengan
akal budi, jiwa itu milik Allah,sedangkan akal milik manusia. Akal bersifat
manusiawi, karena itu kadang-kadang akal tak mampu menemukan keajaiban Allah.
Kehendak, angan-angan, ingatan, merupakan suatu akalyang tak kebal atas
kegilaan. Suatu ketika akal bisa menjadi bingung sehingga membuat seseorang
lupa diri.
Akal seringkali tidak jujur. Siang malam membuat kepalsuan
demi memakmurkan kepentingan pribadi.
M ; Bukankah manusia menjadi lebih mulia jika dibandingkan
dengan makhluk lainnya, karena manusia diberi akal oleh Allah ?
S ; Ya, itulah yang membedakan. Tapi jangan lupa bahwa akal
seringkali tidak jujur. Sering bersifat dengki, suka memaksa, melanggar aturan,
jahat, suka disanjung-sanjung, sombong, yang ahirnya membuat manusia justru
tidak berharga sama sekali. Lebih hina dari makhluk lainnya.
M ; Jadi kita harus menggunakan akal sesuai dengan jiwa atau
kehendak Allah ?S ; Ya, benar. Jika seseorang mampu mengendalikan akalnya
dengan ajaran Allah, dengankebenaran, dan dengan jiwa yang bersih, maka ia
bermanfaat. Menjadikan diri lebih mulia.
M ; Apa yang menghalangi seseorang sehingga gagal dalam
dalam menempuh manunggaling kawula-Gusti ?
S ; Jangan mementingkan kehidupan duniawi. Sebab kehidupan
duniawi yang kalian jalani penuh kotoran. Akal kalian mudah tercemar dengan kotoran
sifat dan mudah dikuasai oleh nafsu,sehingga menghalangi kalian untuk bisa
menuju pada tahap manunggaling kawula-Gusti.
M ; Di dunia ini ada yang cantik, tampan dan gagah.
Bagaimana kedudukan orang-orang tersebut jika kelak telah terlepas rohnya ?
S ; Kalian jangan menyintai dan mengagumi bentuk yang
cantik, tampan atau gagah. Sebab sebenarnya badan wadag (jasad) laksana sangkar
yang mengurung jiwa. Badan wadag merupakan beban yang memberatkan dan
menyakitkan roh kalian.
M ; Wahai Syekh, benarkah sesudah kematian ada surga neraka
?
S ; Para wali memang mengajarkan demikian. Inilah ajaran
yang justru menurutku menyesatkan karena terlalu dangkal. Para wali hanya
mengajarkan “serabut” atau kulitnya, tidak sampai pada isinya; tidak sampai
pada hakikat yang sebenarnya. Para wali mengajarkan bahwa surga dan neraka
hanya dijumpai kelak setelah kiamat. Adanya di akherat. Dan orang-orang awam
menelan mentah-mentah keterangan itu. Siksa kubur hanya dijumpai dan dirasakan
badan wadag ketika ditanam di kuburan. Para wali memang bertujuan baik, tetapi
diputus sampai di situ. Mereka enggan menjelaskan lebih dalam dan lebih sampai
pada makna yang hakiki.
M ; Kalau menurut Syekh bagaimana ?
S ; Begini, untuk menemui dan merasakan surga dan neraka
maka seseorang tidak harus menunggu sampai mati atau sampai datangnya kiamat.
Di dunia ini saja kita sudah dapat merasakan surga dan siksa neraka. Karena
sesungguhnya surga dan neraka itu berada di dalam jiwa kalian. Berada di dalam
jiwa setiap manusia yang bernafas. Jika jiwa manusia telah bersih dari gangguan
hawa nafsu dan dapat menyatu dengan Gusti Allah, maka di dunia ini ia akan
merasakan suatu kenikmatan surga.
Jika budi kalian, misalnya menolong orang lemah, lalu hati
menjadi ikhlas dan puas, maka itulah yang disebut surga. Sedangkan neraka,
perwujudannya adalah jika hawa nafsu telah menguasai diri seseorang. Kemudian
jiwanya meronta dan merasa bersalah. Maka dia tentu tersiksa. Ia tidak bisa
tidur, gelisah pikirannya, sedih dan bermacam-macam rasa tak enak. Itulah yang
di namakan neraka.
M ; Jadi surga dan neraka di akherat tidak berlaku ? maksud
kami tidak ada ?
S ; Surga dan neraka di hari kiamat, di akherat kelak, sudah
diterangkan dalam Al Quran. Itu perkara gaib dan erat kaitannya dengan iman.
Kalian harus meyakininya.
M ; Untuk apa meyakini ? bukankah jika di dunia berbudi baik
dan beriman kepada Allah sudah merasakan surga. Sedangkan surga dan neraka di
akhirat hanyalah bersifat menakut-nakuti manusia agar tidak berbuat buruk ?
S ; Pendapatmu memang cerdas dan kritis. Namun kalian tidak
usah mempertanyakan, apakah kelak di akhirat ada surga dan neraka. Itu urusan
Gusti Allah. Kalian harus meyakini. Karena meyakini hari akhir merupakan rukun
iman. Sekali lagi, untuk mendapatkan surga pun kalian tak perlu menunggu
datangnya hari akhir. Meskipun seseorang sembahyang seribu kali setiap hari,toh
akhirnya mati juga.
Walaupun badanmu kau tutupi dengan kain surban dan jubah,
namun akhirnya menjadi debu juga. Maka jiwalah yang paling penting. Jika
keadaan jiwa seperti Tuhan,maka surga akan didapatkannya. Kenikmatan luar biasa
akan dirasakan.
M ; Wahai Syeh, sesungguhnya yang menjadi pikiranku adalah
sebelum ada dunia ini, apakah sudah ada
dunia lainnya. Atau setelah kiamat, apakah Tuhan membuat dunia baru lagi
seperti sekarang ?
S ; Sebelum dunia ada, apakah ada dunia lain, itu hanya
Allah yang tahu. Tetapi sekarang kita berada di dunia ini menempati ruang dan waktu.
Dunia ini asalnya adalah baru. Kemudian mengalami kerusakan dan kelak akhirnya
menjadi hancur. Lenyap tak berharga. Setelah kiamat,apakah Tuhan membuat dunia
baru untuk kedua kalinya ? Tidak !
M ; Wahai Syekh, kalau begitu dunia erat kaitannya dengan
raga kita, sedangkan jiwa erat kaitannya dengan alam akhirat ?
S ; Benar, dunia itu erat kaitannya dengan raga. Raga
mempunyai sifat seperti alam semesta,yang semula baru kemudian rusak. Sedangkan
jiwa tidak akan mengenal kerusakan karena jiwa merupakan penjelmaan Dzat Allah.
Ketahuilah bahwa raga adalah barang pinjaman yang suatu saat akan diminta oleh
Pemiliknya. Ketahuilah wahai murid-muridku. Raga ini sesungguhnya sangkar yang
membelenggu dan menyulitkan jiwa. Agar jiwa menjadi bebas, maka suatu saat
kelak, kalian akan ku ajarai bagaimana cara melepas jiwa dari raga. Ilmu
melepas jiwa artinya bahwa kematian adalah titik awal kehidupan yang
sebenarnya. Jika seseorang raganya mati,maka jiwanya menjadi merdeka, bebas dan
tidak terkungkung lagi. Sebab raga berhubungan erat dengan alam semesta.
Sedangkan jiwa berhubungan erat dengan Dzat Tuhan. selamanya jiwa tak akan bisa
mati atau rusak.
M ; Apakah yang dimaksud jalan kehidupan, wahai Syekh ?
S ; Jalan kehidupan adalah jalan menuju kepada hidup yang
sebenar-benarnya, setelah engkau mengalami kematian. Jika seorang bayi lahir,
maka bukanlah awal kehidupan, namun merupakan awal “kehidupan palsu” seperti
yang kalian rasakan saat ini. Inilah yang sesungguhnya kematian sejati.
M ; Jika demikian badan ini tidak bisa merasakan kehidupan
yang sebenar-benarnya ?
S ; Ya, tidak bisa. Kehidupan sejati tidak dapat dirasakan
oleh raga, karena jika raga mati akan tetapi dapat dirasakan oleh jiwa.
Membusuk menjadi tanah.
M ; Bagaimana jika sekarang ini seseorang berbuat dosa.
Apakah jiwanya ikut bertanggung jawab. Sedangkan yang melakukan dosanya adalah
raga.
S ; Tetap ikut bertanggung jawab, karena jiwa yang menyatu
ke dalam raga tidak bisa mencegah hawa nafsunya serta akal yang suka berbuat
buruk.
M ; Maaf saya belum paham Syekh.S ; Ketahuilah, setiap orang
yang lahir di dunia ini maka jiwanya menyatu dengan akal. Selain akal dalam
diri manusia juga ada hawa nafsu.
Ketika seseorang berbuat buruk, berarti raga nya di dorong
dan di pengaruhi oleh hawa nafsu dan akalnya. Akal dan nafsu memang suka
berbuat buruk. Apabila jiwa mencegah (melalui hati nurani), maka raga tidak
akan berbuat buruk. Akan tetapi jika jiwa membiarkannya, maka raga tetap
melakukannya. Karena itu bagaimanapun juga jiwalah yang akan
mempertanggungjawabkan perbuatan baik dan buruk raganya.
M ; Tadi Syekh mengatakan jiwa adalah penjelmaan dzat Tuhan.
Mengapa kadang-kadang jiwamau mencegah dan kadang membiarkannya ?
S ; Perlu kalian semua ingat, bahwa di dalam raga ini
terdapat nafsu-nafsu. Jika nafsu kuat menguasai, maka jiwa menjadi terbelenggu.
Karena itulah mengapa aku katakan bahwa kehidupan sekarang
ini adalah kematian. Sedangkan setelah ajal merupakan awal kehidupan.Sesudah
kematian maka seseorang akan mencapai kebebasan jiwanya.
Ajaran Syekh Siti Jenar memang agak beda dengan ajaran para
wali sanga. Siti Jenar mengajarkan bahwa Tuhan adalah Dzat yang mendasari
adanya manusia, hewan, tumbuhan dansegala yang ada. Keberadaan segala di dunia
ini tergantung pada adanya Dzat. Tanpa ada DzatYang Mahakuasa, maka mustahil
sesuatu yang wujud itu ada.Ajaran ini tidak pernah disampaikan oleh para Wali
Sanga. Mereka menyadari bahwa umatnya masih terlalu awam terhadap Islam, sehingga
memberi materi yang ringan dan praktis saja
sumber :https://jiwa2kegelapan.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar