KISAH MALAIKAT IZROIL 2
KISAH MALAIKAT IZROIL 2

Tugas yang kuemban entah sampai kapan, aku sendiri tidak
pernah diberi tahu. Seperti aku misalnya. Tugasku sangat spesifik untuk
mengembalikan ruh segala mahluk kembali kepada-Nya. Setelah itu, ya sudah,
petugas yang lain dari jenisku akan meneruskan proses itu.
Begitu saja setiap saat dari waktu ke waktu. Monoton memang.
Tapi entah kenapa aku senang-senang saja menjalankan titah-Nya itu. Bagiku
menjalankan perintah-Nya bukan sekedar tugas atau perintah. Tapi menggairahkan
unsur-unsur pembentukanku.
Entah sudah berapa banyak aku mengembalikan ruh setiap
mahluk di semesta ini. Dari kaum apa saja, dari ras apa saja. Yang baik-baik
ataupun yang durhaka. Yang sedang sekarat ataupun yang sehat-sehat saja.
Pokoknya, yang berdiam disetiap sudut semesta, yang mengikuti proses sejak Kun
Fa yakuun difirmankan.
Aku sendiri, tentu saja menjadi bagian dari proses itu. Tapi
karena kuasa-Nya, tugas kami memang cuma menjaga agar proses itu berjalan
seperti yang Ia Kehendaki. Kehendak-Nya adalah Kemutlakkan-Nya. Maka kaum kami
seringkali merupakan bagian dari apa yang disebut sunnatullah. Aturan dan
ketetapan-ketetapan yang menyertai kun fa yakuun, baik yang pasti atau tidak
pasti.
Kenapa Aku? Kenapa aku yang ditugasi begitu? Ini ada
sejarahnya. Kan tadi sudah kukatakan, bahwa aku dulu pernah mengambil debu dari
bumi. Ketika Dia hendak menciptakan Adam, moyangmu itu, Dia mengutus satu
malaikat yang sebenarnya tugasnya memikul ‘Arsy untuk membawa debu dari bumi.
Ketika dia ngotot ingin mengambil debu dari bumi, Bumi
berkata “Aku memintamu demi Zat Yang telah mengutusnya agar engkau tidak
mengambil apa pun dariku sekarang yang neraka memiliki bagian darinya”.
Malaikat pemikul Arsy terkejut, maka dia pun batal mengambil debu bumi.
Ketika ia melaporkan kepada-Nya, Dia berfirman “Apa yang
mencegahmu untuk membawa apa yang telah aku perintahkan kepadamu?”. Dia
menjawab, “Bumi telah meminta kepadaku demi keagungan-Mu, sehingga aku merasa
berat untuk menolak sesuatu yang meminta demi Keagungan-Mu”. Maka Allah
kemudian mengutus malaikat lainnya kepada bumi, tetapi bumi mengatakan alasan
yang persis sama seperti sebelumnya.
Demikian sampai entah berapa milyar tahun dalam ukuranmu
sampai Allah mengutus semuanya. Akhirnya Allah mengutusku untuk mengambil debu.
Bumi pun mengatakan seperti sebelumnya. Tapi, sudah menjadi kehendak-Nya kalau
segala sesuatu yang berhubungan dengan debu dan tanah liat akan ditugaskan
kepadaku. Aku berkata kepada bumi,”Sesungguhnya Dia yang mengutusku lebih
berhak untuk ditaati daripada kamu”
Bumipun bungkam seribu bahasa dan pasrah atas kehendak-Nya.
Akupun mengambil dari permukaan bumi seluruh tanah yang baik dan buruk, semua
unsur yang ada di Bumi yang mengandung Carbon, Hidrogen dan Oksigen, dan
membawanya kepada-Nya. Lalu Dia mengucurkan air surga kekumpulan debu bumi itu
sehingga menjadi lumpur hitam yang diberi bentuk yaitu minthiin (Qs 23:12), dan
darinya Ia menciptakan Adam.” Itulah sebabnya kenapa aku ditugaskan untuk
mengambil ruh manusia dan mengembalikannya ke Yang Berhak Menentukan Nasib.
Aku tak mengenal belas kasihan. Dulu, aku pernah berbelas
kasih kepada manusia yang hendak kucabut nyawanya. Namun, kehendak Allah
mengandung rahasia-rahasia yang tersembunyi, sehingga akupun malu melakukan
penentangan Kehendak-Nya. Suatu hari, aku diperintahkan mencabut nyawa seorang
perempuan di padang pasir yang panas. Ketika kudatangi, dia baru saja
melahirkan anak laki-laki.
Aku menaruh belas kasihan kepada perempuan itu karena
keterpencilannya, dan juga kasihan terhadap anak laki-laki perempuan itu karena
masih bayi namun tidak terawat di tengah padang pasir yang buas. Namun fatal
akibatnya, karena anak kecil dimana aku menaruh belas kasih itu ternyata adalah
penguasa lalim dan tiran yang tak ada duanya di bumi. Dari situ, aku memahami
bahwa “Mahasuci Dia yang memperlihatkan kebaikan kepada yang dikehendaki-Nya!”.
Wahai anakku! Jika ada sesuatu yang tak bisa kau pastikan
bila dia datang, maka persiapkan dirimu untuk menghadapinya sebelum dia
mendatangimu sedang engkau dalam keadaan lengah” (Nasihat Luqman kepada
anaknya) Ketika aku berbelas kasihan, maka aku tidak mencabut nyawa bayi itu,
tapi aku kemudian menyesalinya karena apa yang kuanggap kebaikan ternyata benih
kejahatan yang kubiarkan tumbuh karena aku salah menafsirkan kehendak Tuhan.
Izrail terdiam sejenak. Agaknya ia masih mengenang apa yang
dilakukannya dulu. Kemudian ia melanjutkan. Jangan tanya siapakah ibu bapakku,
seperti layaknya makhluk lainnya yang beribu bapak. Katakan saja, aku
manifestasi Kehendak Yang Kuasa. Manifestasi al-Qudrah setelah Ia memfirmankan
“kun!”.
Seperti saya bilang tadi, kaum sejenisku tercipta begitu
saja karena Ia Berkehendak. Kalau kamu bertanya berapakah banyak tugas yang
telah kulakukan? Aku sendiri tidak tahu. Benar-benar tidak tahu. Karena
pengetahuan tentang itu tidak kami miliki.
Ada yang lain dari jenisku yang melakukan hitung menghitung.
Itu bukan tugasku. Aku jadinya memang mahluk yang sangat spesifik. Sebenarnya
kalau soal spesialisasi begini, kami tidak ada apa-apanya dibanding kalian
manusia. Soalnya, hanya kaum kalianlah yang diberi kehendak bebas untuk
berpikir, memilah dan memilih dengan bertanggung jawab.
Kaum kami tak sanggup memikulnya, karena kami telah melihat
dampak-dampaknya yang mengerikan. Dia pun menghendaki kami bertasbih dan sujud
dihadapan Nenek Moyangmu. Pernah kami protes begini-begitu sewaktu kami
diberitahu bahwa Dia Berkehendak menciptakan mahluk manusia. Namun, Dia Maha
Mengetahui atas apapun yang terjadi sejak Awal dan Akhir.
Kami sebenarnya terikat Sang Waktu seperti kaummu. Sang
Waktu adalah kaum sejenisku. Ialah yang memungkinkan perubahan. Kami sebenarnya
pun tau kalau manusia akan selalu begini begitu di semesta yang Dia ciptakan
dengan rahmat dan kasih Sayang-Nya yang tak terbalaskan. Yang tidak kami miliki
ada pada makhluk yang satu ini. Keinginan, akal, dan atribut lain yang kami tau
bakal jadi masalah nanti.
bersambung…..
sumber : https://jiwa2kegelapan.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar