KISAH MALAIKAT IZROIL 1
KISAH MALAIKAT IZROIL 1

“Boleh aku meminta sesuatu sebelum engkau mengambilku…”,
harapku. Ia tidak kelihatan bimbang, malah sepertinya sudah tau kalau aku akan
sedikit rewel. Ia cuma mengangguk. Lalu, entah ide darimana, lidahku fasih
bertanya. “Ceritakan tentang kamu…”.
. Ketika Ia Berkehendak melimpahkan rahmat dan kasih
sayang-Nya, maka aku mengada seperti yang lainnya dari jenisku. Tercipta begitu
saja dari al-Haba dan Nur Muhammad, berkas-berkas debu dan cahaya yang
memanifestasikan Kun Fayakun. Aku adalah satu diantara yang tak terhitung, yang
Dia ciptakan untuk menjaga kelangsungan Kun Fa Yakuun. Aku adalah bagian dari
Kehendak dan Kemahakuasaan-Nya. Ada milyaran proses yang menyertai Kuasa-Nya.
Sejumlah itulah kami ada. Baik yang nyata maupun yang kasat mata. Baik yang
terasa maupun tidak terasa. Baik di dalam maupun di tapal batas semesta.
Masing-masing dari kami mempunyai tugas-tugas yang spesifik.
Aku adalah salah satunya yang bertugas setiap saat, bersiap sedia bilamana
semua makhluk sudah tiba untuk dikembalikan kepadaNya. Karena aku dari jenis
makhluk yang mengikuti kepatuhan-Nya, maka aku sebenarnya tidak pernah terikat
oleh ruang dan waktu, kendati aku selalu mengikuti arus Sang Waktu, seperti
layaknya mahluk lain yang berada dalam kisaran tersebut.
Jadi pendeknya aku tak pernah mati, sebelum yang lainnya
kumatikan atas kehendak-Nya. Atau makhluk semacam itulah; Yang bertasbih tanpa
kenal lelah, tak kenal waktu ataupun pengertian-pengertian relativistik seperti
yang dinisbahkan kepada kaummu. Tugasku ya seperti yang kamu rasakan ini,
mengembalikan serpihan-serpihan cahaya kembali ke asalnya, ke awal mula
penyaksian-Nya, ketika kalian bersaksi “Ya, Kami bersaksi!” . Aku biasanya cuma
sekedar menerima catatan dari Lauh Mahfuzh, siapa-siapa yang harus kujemput
saat itu. Hanya saja, karena aku tak pernah mengenal waktu, aku bisa berada
dimana saja, kapan saja,
Memang aku terbuat dari serpihan-serpihan debu & cahaya
yang menjaga proses Kun Fa yakuun. Sebenarnya, aku dan yang lainnya ada karena
Dia mempunyai Kehendak dan Keinginan Yang Tak Terbantahkan; Dia ada karena
Kekekalan diri-Nya, kemandirian-Nya, sehingga bagi selain-Nya, maka Dia adalah
Perbendaharaan Tersembunyi. Aku ada, makhluk lainnya juga ada, semata-mata
karena limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga ketika
Dia mendeklarasikan Kekekalan-Nya dan Kemandirian-Nya yang
Absolut maka Dia berkata: “Kuntu kanzan makhfiyyan fa ahbabtu an u’rafa fa
khalaqtu al-khalqa fabi ‘arafu-ni –Aku pada mulanya adalah harta yang
tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal, Kuciptakanlah makhluk maka melalui Aku
mereka kenal Aku. Dia ucapkan Basmalah sebagai Rahmat dan Kasih Sayang yang Dia
limpahkan, sebagai bagian dari Perbendaharaan-Nya yang tak akan ternilai oleh
semua makhluk-Nya, tak akan terbalaskan kecuali oleh rahmat dan hidayah-Nya
sendiri.
Maka, dalam pemeliharaan Asma Ar-Rahmaan dan ar-Rahiim, Dia
firmankan kehendak-Nya “Jadilah!” dan muncullah cahaya kemegahan-Nya sebagai
Nur Muhammad, sebagai citra awal mula-Nya yang sempurna kemudian aku mengetahui
bahwa melaluinya aku akan mengenal-Nya. Dalam pusaran waktu, yang berputar
melawan detak Sang Waktu, Nur Muhammad adalah cahaya-Nya yang tidak tercitrakan
di alam nyata; kecuali bagi mereka yang memiliki qolbu Mukminin dan mereka yang
menempatkan dirinya sebagai bagian darinya.
Ketika Nur Muhammad menyinari zarah tanpa massa, yang kelak
ditakdirkan menjadi al-Haba, maka dalam kuatnya pusaran waktu, Thaasin adalah
firman-Nya yang memaujudkan kekuasaan-Nya, terciptalah minyak zaitun yang
diberkahi, yang kilau kemilaunya mampu menerangi, kendati tanpa disentuh api
Simetri Kegaiban Mutlak-Nya pecah mandiri karena kehendak-Nya semata;
Maka dari Kegaiban Mutlak-Nya, melimpah dengan Rahmat dan
Kasih Sayang-Nya, al-Iradah-Nya goncangkan kegaiban sehingga gelombang
al-Qudrah-Nya maujud mencapai batas-batas untuk segera munculkan al-Haba
sebagai debu awal mula dan semburat cahaya Nur Muhammad meneranginya, hingga
“Jadilah!” lelehan minyak zaitun itu seperti minyak tak tembus cahaya, lantas
kehendak-Nya terkonfirmasikan sebagai plasma awal mula yang
meledak-ledak dengan sendirinya, ciptakan gelombang Dentuman Awal Mula
(Big-Bang), yang lontarkan al-Haba sebagai debu-debu materi pemula, yang
luaskan ruang awal-mula dalam ketakberhinggaan Sang Waktu yang mengada menjadi
fondasi alam nyata; darinya muncul salah satu kaumku yang mampu menjangkau
setiap sudut-sudut semesta; membangun superspace awal mula
Dari Nur Muhammad, maujud salah satu kaumku mengikat semua
maujud al-Haba menjadi semua makhluk, baik sendiri-sendiri sebagai
gelembung-gelembung kuantum, maupun sintesa dari banyak zarah menjadi
citarasa-citarasa , inti-inti, atom-atom, molekul-molekul, sel-sel,
jaringan-jaringan, organ-organ, obyek-obyek, menjadi galaksi-galaksi, menjadi
bintang-bintang, menjadi planet-planet, batuan, pegunungan, lautan, tumbuhan,
binatang, manusia, dan menjadi dirimu.
Kaum mu, tercipta dari proses setelah milyaran tahun Kun Fa
Yakuun berjalan. Itulah tanah lempung dari seluruh penjuru bumi, yang pernah
kuambil dulu. Lantas kemudian Dia tiupkan Ruh dari cahaya-Nya. Dia berfirman
ketika itu,Alif Laam Ra, (Qs 2:1) Alif Laam Mim Ra (Qs 13:1) Cahayamu Dia
ciptakan dengan penuh rahmat, kasih sayang dan kemuliaan-Nya. Maka “Jadilah!”
kaummu yang mengemban semua amanat kesempurnaan citra-Nya; Amanat yang tak
sanggup diemban kaumku, amanat yang tak sanggup diemban oleh semua makhluk
kecuali kaummu.
Adam yang diciptakan sebagai manusia sempurna pertama,
adalah moyangmu, yang memahami asmaa-a-kullahaa, yang menjadi khalifah pertama
mengemban amanat itu. Kamu mungkin heran, kalau aku sendiri sebenarnya mahluk
yang sangat tak kasat mata. Serpihan al-Haba dan Nur Muhammad adalah bahan
bakuku, yang terhalus ciptakan diriku. Disaat tertentu kaumku jadi sangat nyata
dan bisa berbentuk apa saja.
Persis seperti cahaya yang memantul atau bayang-bayang yang
timbul dari setiap makhluk dibawah cahaya. Karena aku dekat dengan esensi
dirimu, maka penampakkanku sebenarnya sangat tergantung pada apapun yang
menggerakkan tindakanmu, motivasimu, dan niat-niatmu. Bagi kaum sejenis ku,
bentuk tak berarti apa-apa. Selama milyaran tahun, Dia telah menetapkan
masing-masing dari kami dengan urusan-urusan yang spesifik. Dia telah
berfirman, Thaahaa (QS 20:1) Untuk menyingkapkan segala sesuatu, dari
Asma-asma-Nya yang menjadi ketentuannya.
Yang kelak engkau kenal sebagai, Alif, Ba, Jim, Dal (ABJAD)
1,2,3,4 (desimal) 10101010….(biner) Kami adalah kaum spesialis, dengan
perintah-perintah-Nya, yang tak bisa kami bantah. Kami menyertai setiap
gerak-gerik segala makhluk selain kaum kami. Karena tugas kami memang begitu.
Kami awasi segala perilaku dan tindak tanduk kaummu, kesesatanmu, kemuliaanmu.
Kami bukan memata-matai, tetapi sekedar mencatat tugas-tugas khusus lainnya.
Semuanya kami catat sesuai dengan yang kami ketahui. Tapi
lebih tepatnya menjadi saksi atas proses kesempurnaanmu, dengan rahmat,
anugerah, kasih sayang, hikmah, keadilan dan kebijaksaan-Nya. Dia telah
berfirman dengan kelembutan sebelum semuanya ditampilkan dengan Basmalah, Kaf
ha ya Ain Shaad (Qs 19:1) Kelembutan itu adalah “yatalaththaf” (Qs 18:19) yang
memunculkan Rahmat dan Kasih Sayangnya ketika Kun fa Yakuun (Qs 36:82)
dicetuskan sebagai perintah penciptaan dengan ketentuan yang pasti terjadi (QS
69:1) .
bersambung…..
sumber : https://jiwa2kegelapan.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar