USIR RASA CINTA DUNIA DARI HATI
Usir rasa cinta dunia
dari hati
Pagi
akhir Dzulqoidah 545 Hijriyah di pondok
Beliau
berkata:
Ada
seorang bertanya : Bagimana aku harus mengusir rasa kecintan dunia dari hatiku?
Beliau (Abdul qadir) menjawab : perhatikanlah kegoncangannaya beserta
tuhan-tuhannya, dan bangunan-bangunannya, bagaimana engkau berhilah kepada
mereka, bertuhan mereka dan surut ke belakangnya, lalu memperlambat mereka dari
satu derajat ke lain derajat hingga kedudukanmu terpandang di mata manusia dan
berlenggang di muka mereka memperlihatkan harta kekayaannya serta
keajaiban-ajaibannya; maka suatu ketika mereka bergelanyut bergembira atas
kedudukannya yang tinggi; kehidupan mereka baik dan pelayanan untuk mereka
sempurna; pabila mereka tercabut terpateri tebenam dan terlempar dari belenggu
ketinggian derajat di atas-atas tempat fital mereka, maka
menyebabkan keterputusan mereka kegoncangannya dan kehancurannya, sedang ia
berhenti sambil menertawakan dirimu dan iblis berada di sisinya tertawa juga
bersamanya.
Nah,
demikian lukisan tindak tanduk sebahagian besar para pemimpin dan orang kaya
sejak masa Adam sampai hari kiamat? Dengan demikian ia terangkat lalu
dijatuhkan, didahulukan lalu dikessampingkan, diperkaya kemudian dipermiskin,
didekatkan lalu dijegal. Keganjilan merak adalah terletak pada manusia yang
menyerahkan dirinya mengalahkan, dan tidak mampu mengalahkannya, menolong dan
menerima keburukannya, yang menerima keburukan di samping takut akan tipu
dayanya.
Peminta,
jika kamu menatap sesuatu dengan mata hatimu sampai batas keburukan dunia tentu
kau mampu mengeluarkan dunia dari hati, tetapi jika keu tetap dunia
hanya mengunakan mata kepala tentu tertipu oleh warn warni yang menghias
keburukannya, sudah barang tentu kau tidak akan pernah mampu mengusir dunia
dari hati dan berzuhud di dunia, padahal dia membunuhmu seperti pra pembunuh;
perangi nafsu sampai tenteram benar, jika kau merasa tenteram niscaya kau akan
mampu melihat aib dunia bahkan mampu menerapkan zuhud di sana. Ketenteramannya
adalah kau mampu menerima bisikan hati, berkait dengan sirr; sedangkan
ketenteraman kedua-duanya terletak menurut perintahnya menahan dunia di samping
berkenaan atas pelimpahan nya dan sabar atas penolakannya (dunia akhirat). Jika
ketenteraman telah tercipta baru kau bisa bersandar pada hati dan ketenangannya,
Aku
lih(pembenaran) takzib (pembual) di hadapan para ulama dan berdialog bersama
mereka; janganlah saling kontra dengan mereka karena mereka adalah para
penguasa dunia dan akhirat, mereka penguasa yang dekat dengan Allah, maka
mereka pun mampu menguasai segala keberadaan ini selain Dia.
Allah
sungguh memberi kecukupan hati mereka memenuhi dengan kedekatan, berjinak di
samping terpenuhi juga dengan nur dan kemuliaan-Nya; mereka tidak diuji melalui
orang yang berdunia atau orang yang memakannya. Mereka tidak melihat kemuliaan
tetapi melihat akibat atau akhir peristiwanya. Mereka jadikan Allah
sebagai tolok rujuk mata sirr mereka; mereka tidak bersembah karena
takut binasa tidak pula karena harapan agar bisa menguasai keberadaan mereka
kepadanya atau untuk melanggengkan persahabatannya dan bertahluk pada sesuatu
yang tidak mereka ketahui; Dia adalah maha pelaksana atas hal yang dikehendaki;
orang munafik bila bicara suka membual, jika berjanji tidak ditepai dan jika
dipercaya berhianat; siapa terlepas dari sifat ini maka sungguh terlepas dari
sifat munafik.
Nah, ini
sifat pembeda antara mukmin dan munafik, genggamlah pembeda dan cermin ini,
tataplah permukaan hatimu kemudian lihat apakah dirimu mukmin atau munafik;
pentauhid atau pemusyrik, setiap dunia berisi fitnah dan pengridu kecuali dunia
yang terambil dengan niat baik semata untuk tujuan akhirat; bila dirimu telah
berniat dalam pengembaraan di dunia, maka jadilah akhirat sebagai nikmat yang
kosong dari syukur ke hadirat Allah; genggamlah nikmat Allah terdorong oleh
rasa syukur kepada-Nya; syukur kepada Allah adalah proyeksi syukur kepada-Nya.
Syukur
kepaa Allah, ada dua bagian :
Pertama :
Istianah dengan nikmat atas dasar taat dan muwassa’at kepada kaum fakir.
Kedua :
i’tiraf kepada sang pemberi nikmat dan syukur atas turunnya, pemegangannya
adalah Allah.
Sebagaian
ulama berkata : “setiap sesuatu yang membuat kerepotan dari Allah bisa membawa
keuntungan bagimu, dan kalaupun dirimu terepotkan oleh kenangan kepada Dia,
maka bagimu mendapat keuntungan pula. Shlat, puasa, haji dan segala perbuatan
baik maka setiap perbuatan itu membawa keuntungan. Bagaimana kamu berkata :
Allah Maha Besar sedang kamu dusat, betapa banyak tuhan berendam dalam hatimu –
selain Allah – termasuk setiap apa yang kau gantungi keu pertuhankan, setiap
yang kau harapi kau pertuhankan; hatimu tidak sejalan dengan lisan, lakumu tak
sesuai dengan ucapan; betapa tidak memalukan kau berucap Laa Ilaah Illallah,
tapi berribu tuhan masih tersimpan di hati; taubatlah kepada Allah – lekas – meliputi
jiwa dan dari apa pun yanng tersimpan dalam jiwamu.
Wahai
oang yang berilmu sungguh qana’ahmu terletak dalam nama bukan disertai amal,
mana mungkin bisa membawa manfaat bila kau berkata “aku orang alim” sedang kau
tetap dusta; bagaimana kau rela terlantarkan jiwa sendiri sedang kau suruh hal
baik lainnya yang tidak kau laksanakan. Kelakuanmu seperti yang difirmankan
Allah :
“Mengapa
kamu mengucapkan (sesuatu) yang tidak kamu perbuat? (Qs. LXI :2)
Celaka
kau erintah manusia agar berlaku benar sedang dirimu sendiri dista; kau
perintahkan mereka agar bertauhid tapi kau bersyirik; engkau perintah mereka
supaya ikhlas tapi kau sendiri suka beriya dan munafik; kau perintah manusia
agar tinggalkan maksiat, tapi kau justru memupuknya; sungguh telah sirna sifat
malu dari matamu; kendati kau katakan iman, ternyata kau tak punya rasa malu.
Bukankah Nabi bersabda :
“Malu
adalah sebagian dari iman.”
Tiada
iman bagimu, tiada yakin dan amant bagimu, kau sembunyikan ilmu maka amalmu pun
lenyap bahkan kau ditulis oleh Allah sebagai penghianat! Aku tak tahu tentang
terapi mujarab untukmu kecuali takwa dan menetapi taubat; siapa bersih imannya
selamatlah setiap urusannya, kaitannya jangan sampai berlaku syirik dengan ciptaan,
causalita atau bergantung kuat dengannya, jika nyata demikian niscaya segala
tindakan akan selamat dari bencana berlanjut mengoper iman pada yaqin. Iman
kepada Allah, Rasul-Nya dan membenarkan keduanya menjadi landasan dasar
permasalahan ini; Islam kemudian iman lalu bertindak menurut standar Kitab
Allah dan syari’at Rasul-Nya, kemudian menetapkan ikhlas dalam beramal seiring
bersama tauhid qalbi ini adalah satu konsep untuk mencapai iman sempurna; orang
beriman yang kosong dari konsep tersebut, dari amaliahnya atau dari setiap apa
pun kecuali Allah maka pelaksanaan amaliahnya itu terlepas dari dunia; tidaklah
henti-hentinya ia lakukan jihad melawan nafsu beserta segala keberadaan ini –
yang datang dari mereka – di sisi Tuhan Al Haq sampai mendapat petunjuk ke
jalan-Nya. Dia berfirman :
“Dan
orang-orang yang berjihad dalam (urusan) Kami niscaya akan Kami tunjukan mereka
pada jalan Kami.” (Qs. XXIX :69).
Jadilah
kamu orang-orang zuhud dalam hal apa pun, relakan ketentuan Dia yang mengolah
dirimu dalam Kuasa Qadae-Nya, jika kau ikuti dia niscaya teralih pada
kekuasaan-Nya; amat beruntung orang yang tidak bergeming dari qadar Allah, dan
menunggu ketentuan apa yang akan terjadi, beramal dengan ketentuan Allah,
berkemajuan bersama ketentuan Allah dan tidak kafir atas nikmat yang ditentukan
Allah; adapun tanda-tanda nikmat yang ditentukan adalah kedekatan dengan-Nya
dan bekerja bersama-Nya; jika hati seseorang telah terrpagut dengan Tuhan
niscaya ia merasa berkaya (tidak membutuhkan) makhluk lain; bahkan ia diperdekat,
diberi penguasaan oleh Allah. Dia berfirman :
“Sesungguhnya
engkau mulai hari ini mempunyai kedudukan tinggi dan kpercayaan di sisi kami.”
(Qs.XII:54).
Penghibahan
kuasa dalam kerajaannya seperti yang dilakukan penguasa Mesir kepada Yusuf
a.s.; praktis urusan kerajaan berada di tanagnnya, sehingga hal itu mengangkat
Yusuf sebagai orang terpercaya dan penguasa lumbung negara.
Nah,
demikian gambaran hati jika sudah bersih, tampaklah perangai terpuji dan
hatinya suci pula dari selain Allah. Adapun jalur untuk mencapai tujuan ini
melalui ilmu dan amal, karena hanya menggunakan ilmu lahiri saja tidak mungkin
bisa merubah kebatilan, bahkan bisa juga membawa kemalasan tunduk kepada Allah
– yang menyebabkan dirimu diuji dengan siksa. Nabi saw. bersabda :
“Jika
seorang meringkas dalam hal amanat niscaya Allah mengujinya dengan dukacita.”
Firman
Allah : “Allah tidak akan menyiksa kamu jika kamu bersyukur dan berriman.” (Qs.
IV:147).
Celaka,
samapai kapan engkau mempersibuk diri dan oleh keluargamu smpai lupa menyembah
Allah. Ada Ulama berkata : Jika kamu mengajar anakmu maka sertakan niat dan
sibukkan ia bersama Allah. Artinya jika kamu tahu bahwa niat itu bisa membuat
kebaikan sesuatu dan berharga tinggi; ajarilah anakmu ilmu cipta dan akhiri
dengan ilmu yag menjurus ibadah kepada Allah, karena keluarga dan anak itu
tidak membawa pengaruh apa pun bagimu dari ketentuan Dia; tradisikan dirimu,
keluarga serta anakmu untuk berqana’ah dan usaikan agar mereka terbawa oleh
ta’at kepada Allah.
Engkau
jangan mencari kaya melalui agama Allah, riya’ dengan agama-Nya dan berrmunafiq
atas nama agama Dia – sebagaimana perlakuan orang-orang munafiq; riya, munafiq,
dan maksiat menjadi sebab fakir, hina dan jauh dari pintu Allah; orang munafiq
lagi riya’ itu bisa saja mencari dunia dengan kedok agama, bersikap seperti
orang shalih, padahal ia tak punya kepandaian tentang hal itu; ia bicara
seperti orang shalih, berbusana seperti mereka tapi ia tadak beramal seperti
amalan mereka; ia mengaku anak turun mereka padahal nasabnya bukan dari mereka.
Wahai
para dusta, berlaku bernarlah, wahai penjauh dari Tuhan kembalilah, tujulah
pintu Allah dengan sepenuh hati; rujuklah dengan-Nya, takutlah kepada-Nya dalam
keadaan iman ambillah dunia menurut syara’; dan untuk tingakt walayah ambillah
melalui kuasa Allah beserta penyaksian ata skeduanya yakni penyaksian Kitab dan
Sunnah.
Wahai
sahay, betapa tangismu memalukan atas dirimu, karenanya engkau mengharamkan
kebenaran dan taufiq, alangkah memalukan, hari ini kau tunduk kepada Allah esok
hari telah maksiat kembali; hari ini kau ikhlas hari esok telah bersyirik, Nabi
Muhammad saw. bersabda :
“Barangsiapa
hari-harinya sama berarti ia tertipu, dan barangsiapa hari kemarinnya lebih
baik daripada harinya (hari ini) berarti ia tertutup dari rahmat”
Anak-anak
muridku, bermujahadahlah, mohonlah pertolongan dari Tuhan, kau kan
terombang-ambing dalam gelombang ssamudera mengangkat lalu melemparmu ke
pantai; doa harus kau tinggikan untuk mencari keterkabulan; mujahadah darimu
dan taufiq dari-Nya; luruskan pencarianmu niscaya kau lihat pintu memperdekat
dirimu dengan-Nya; kau harap rahmat-Nya mengalir untukmu kelembutan, kemuliaan
dan cinta-Nya tersebar padamu; demikianlah tujuan yang dikehendaki manusia
normal.
Wahai
penghamba nafsu, hawa dan setan, di sisiku tiada sesuatu pun kecuali kebenaran
mutlak, hati dalam hati, jernih dalam jernih, pemutus dan penyambung, yaitu
pemutus selain Allah dan penyambung dengan-Nya, aku tidak akan mengharap
kegilaanmu; wahai orang munafiq, wahai para pendusta; tidak; sekali-kali aku
tidak malu dihadapanmu mengatakan itu; bagaimana aku malu sedang kau tidak
pernah malu kepada Tuhan dan merendah diri dari padangan-Nya; penyebab utama
setiap perbuatan kafir dan munafik adalah sikap pembual yang tidak diikuti
taubat atau tidak segera kembali kepada Allah berlandas taubat secara total
serta takut kepada-Nya.
Ada
Ulama’ berkata bahwa : Benar itu pedang Allah di bumi-Nya, tiada sesuatu
diletakkan di atasnya kecuali terpotong. Kemarilah karena aku membawa nasihat
untukmu, aku ingin meluruskan dirimu; kendati bagimu aku mati tapi sebenarnya
aku tetap hidup bersama Allah; siapa membenarkan daku dalam pergaulan tentu
memperoleh manfaat dan beruntung; siapa mendustakan dan membohongi persahabatan
denganku ditolak dan tersiksa di dunia akhirat.
Kata
Malik bin Dinar kepada muridnya : Jika kamu ingin mengenal Allah, maka relakan
pengolahan dan taqdir-Nya, dan kamu jangan menghidupkan nafsu, hawa, tabiat dan
kehendak untuk menserikatkan-Nya.
Wahai
manusia dalam masa dekat kau akan mati; ratapilah jiwamu sebelum diratapi
orang; sungguh kamu menyimpan dosa-dosa membayang di atas siksa yang
menghinakan; hatimu terlalu menderita karena cinta dunia atau loba padanya.
Tinggalkan pencarian yang menganiayamu; terimalah apa pun yang mempercukup
ddiriu; akal tidak mungkin pernah gembira dengan sesuatu yang didapat; halalnya
dihisab dan haramnya disiksa; tapi sebagian besar manusia telah lupa siksa dan
hisab.
Wahai
sahay, jika dunia datanng di hadapanmu sedang hatimu melihatnya tidak tenteram
lepaskan ia’ tapi jangan kau ratapi penuh keberatan hati; ikutilah kendali hati
sehingga hatimu tetap menempatkan pengajaran bijak yang mengamalkan hukum-hukum
Allah lalu mengajarmu dan menasehatimu. Wahai penjual sesuatu tanpa sesuatu dan
membeli seuatu tanpa sesuatu, sungguh kamu pembeli dunia dengan akhirat dan
menjual akhirat dengan dunia ternyata kamu dalam puncak kefusian (bingung)
kebinasaan dan ketololan yang amat; tampak makanmu laksana binatang bila sedang
makan, tanpa memilah-milah, tanpa perhitungan dan tanpa tanya, tanpa niat,
tanpa perkara, tanpa kerja, orang beriman sesungguhnya hanya makan sesuatu yang
diperbolehkan syara’; bagi para wali makannya diperintah dan dilarang; mereka
berbuar begitu dari sudut hati; adapun Badal tidak mengambil kepentingan dengan
sesuatu sebliknya ia berbuat sesuatu itu dalam ketiadaannya bersama Allah. Dari
sini bisa difahami jika wali itu tetap tegar bersama ketentuan-ketentuan yang
berrlaku, sedang badal masih diselimuti oleh rasa ikhtiar, tetapi setiap
perbuatan itu selalu disertai landasan hukum syara’ lalu menarik dalam samudera
qudrah, gelombangnya sesekali meninggi di lain waktu tenang, sesekali pasang ke
pantai di lain waktu surut ke tengah-tengah gelombang; jadi ia seperti Ashabul
Kahfi, sebagaimana disinyalir Allah :
“Dan kami
balikan mereka ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri.” (Qs.XVIII:18).
Tidak ada
akal bagi mereka angn-angan dan perasaan; mereka berada dalam tempat kelembutan
dan kedekatan yang memejamkan mata, baik lahiri atau batini. Nah, inilah
gambaran orang terdekat memejamkan mata hatinya kepada selain Allah, maka ia
tidak melihat apa pun kecuali Tuhan, tidak bisa mendengar kecuali melalui-Nya;
wahai Allah fana’kanlah kami kecuali untuk-Mu dan temukanlah kami dengan-Mu.
Dan
berikanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di
akhirat, dan perihalah kami dari siksa neraka.
sumber : ashakim ppa
Komentar
Posting Komentar