MENJERNIHKAN HATI
Menjernihkan hati
Jum’at pagi tanggal 12 Dzulhijjah
tahun 545 Hidjriyah, di madrasah,
Beliau
berkata:
Sabda
Rasulullah saw. :
“Sesungguhnya
hati ini berkarat dan sesungguhnya penjernihannya adalah membaca Al-Qur’an,
ingat mati dan menghadiri majlis untuk berdzikir.”
Hati
berkarat!; jika kamu mendapati pemiliknya – sebaaimana yang dilukiskan Nabi saw
– dan jika tidak maka beralih pada kegelapan, yaitu menggelapkan orang tersebut
dari cahaya kebenaran; mempergelap bagi pecinta dunia serta penghimpunnya yang
tidak disertai sifat wara’; karena siapa hatinya ditempati rasa cinta dunia
lenyaplah sifat wara’nya; yang tinggal hanyalah antara gabungan halal dan
haram; ini berakibat membawa kelenyapan rasa malu dari Tuhan dan enggan
bermuroqobah dengan-Nya.
Wahai
manuisa terimalah apa yng disampaikan Nabimu; lenyapkan karat di hatimu dengan
obatnya sebagaimana telah disinyalir kepadamu seandainya seorang di antaramu
sakit dan dokter menunjukkan obat-obatnya tentu tidak akan tercapai ketentraman
hidup sampai engkau melaksanakan perintah itu; Jagalah Tuhanmu dalam
kesepianmu; penatkan matamu sampai seakan kamu melihat Dia; jika kamu tidak
mampu berbuat itu – untuk melaihat-Nya – sesungguhnya Dia melihatmu; Siapa
ingat Allah dalam hatinya, maka ia disebut orang yang ingat dan siapa tidak
mengingat Dia dengan hatinya, bukanlah ia disebut orang yang ingat.
Lisan itu
perantara hati dan anggota tubuh lain, secara permanen terbuka untuk mendengar
petuah-petuah, maka jika petuah-petuah lenyap dari hati butalah ia; hakikat
taubat adalah menjunjung perintah Allah dalam segala situasi. Atas dasar ini
berkata seorang Ulama : Kebaikan itu semuanya terletak pada dua kalimat.
Pertama; menjungjung ketentuan-ketentuan Allah; Kedua : Syafaqah (kasihan)
kepada sesama makhluk. Maka setiap orang yang tidak menjunjung
ketentuan-ketentuan Allah dan belas kasih kepada sesama makhluk Allah berarti
ia jauh dari Allah.
Allah
mewahyukan kepada Musa a.s; berkasih sayanglah sehingga Aku mengasihimu, karena
sesungghnya Aku Maha Penyayang, siapa berkasih sayang, niscaya terlimpahi
rakhmat dan Aku memasukannya ke syurga-Ku.
Alangkah
beruntung orang-orang yang berkasih sayang, sia-sialah usiamu hanya terhabiskan
dalam makanan, dalam minuman, dalam menghias diri dan berkumpul; siapa ingin
beruntung hendaklah ia memperlunak nafsu dari perkara haram, syubhat, syahwat
serta ketentuan Allah yang diwajibkan, meliputi larangan dan menerima
keputusan-Nya. Manusia itu harus bersabar bersama Allah dan tidak sabar beserta
dunia; ssabarlah agar kamu bersama-Nya; carilah agar kamu dekat dengan-Nya;
keluarlah dari markas nafsu, hawa dan tabiat, dan berkawanlah bersama syara’;
tujulah Tuhan; terimalah afat, musibah, dukacita, lapar, dahaga, telanjang dan
rendah, semua itu janganlah kau hindari dan jangan surut memuja-Nya atau
berubah dari tujuan semula.
Wahai
manusia, beramallah untuk persiapan jumpa dengan Allah, malullah sebelum
berjumpa, pertama orang harus beriman kepada Allah lalu makhluk-Nya kecuali
dalm hal apa yang memperjalin dirimu dengan agama dan merongrong hukum syara’;
karena hal itu tidak boleh terjadi bermalu-malu apalagi malu dalam agama Allah
– menegakkan hukum-Nya dan menurut ketentuan-ketentuan-Nya.
Siapa
mengikuti Rasulullah saw. – secara bersih – maka dikenakan busana besi dan
ketopong sambil menyandang pedang yang dialasi dengan tatakrama dan akhlaknya,
dikosongkan dari sifat-sifat yang tidak layak baginya, diperkuat rasa gembira
kendati ia datang menusia, syukur kepada Allah kalau ia jadikan pengganti dalam
umatnya sebagai tanda penyeru merek menuju pintu Allah; keberadaannya sebagai
da’i atau dalil sebagai penyambung orang-orang yang telah dicabut Allah, dalam
arti sebagai khalifah untuk mereka; ia adalah salah seorang dari setiap juta
manusia untuk melayani keterputusan nafsu seseorang; mereka mendekat kepada
ciptaan dan menekan mereka agar bersabar atas setiap cobaan; mereka selalu
tersenyum di hdapan orang-orang munafiq, orang fasik dan tertipu daya kepada
mereka meliputi segala siasat yang ada hingga menarik mereka – meliputi apa
saja yang mereka berada di dalamnya – lalu membawa mereka ke pintu Allah. Ataas
dasar ini ada ulama berkata : “Tiada orang tersenyum di hadapan orang fasiq, kecuali
orang-orang arif. Mereka tersenyum di hadapannya dan memperlihatkan perkara apa
yang dikethuinya, sedang mereka mengetahui akan kehancuran kediaman agamanya,
kepekatan permukaan hati, banyak dengki dan kekeruhannya; orang fasiq dan orang
munafiq sama-sama berasumsi mereka menjadi rahasia yang tidak diketahui
olehnya. Tidak, bahkan bagi mereka tidak punya kemuliaan sama sekali, apa pun
yang dirahasiakan mereka (orang fasiq dan munafiq) pastilah dapat diketahui
melalui kerling, pandangan, ucapan dan gerak-geriknya, baik yang lahir atau
yang batin tanpa diragukan lagi.
Wahai
orang sesat, Allah Maha Besar di atasmu; wahai orang berhati mati; wahai
pemusyrik sebab; wahai penghamba patung dengan seluruh daya kekuatannya;
lumbung kekayaan dan penguasa negaranya; sungguh mereka tertutup dari Allah;
setiap orang yang berpendapat dlar dn naf datang dari selain Allah bukanlah
termsuk penghamba Dia, sebaliknya menjadi penghamba yang diyakini itu; maka
pada hari ini ia ditemepatkan dalam neraka yang teramat buruk dan bseok ia
ditempatkan dalam neraka jahanam; tiada orang mampu lepas dari neraka Allah
kecuali orang-orang bertaqwa, orang-orang yang bertauhid, orang yang ikhlas dan
orang yang bertaubat.
Bertaubatlah
sepenuh hatimu kemudian boleh melalui mulutmu; taubat itu memutar-mutar
penguasa naffsu, hawa dan pengendali diri (setan) serta sahabat yang buruk;
kala kamu bertaubat terputarlah pendengaranmu, penglihatan, lisan, hati dan
seluruh organ tubuh, jika demikian, maka jernihlah makanan, minuman dan
kekeruhan yang haram, syubhat dan berwara’ dalam setiap mata pencaharian,
perdagangan, syirkah dan menetapkan setiap himahmu tertuju kepada Allah semata;
semua ini berpengaruh menggeser setiap tradisi jiwa lalu meninggalkan tempatnya
untuk beribadah, menggeser maksiat dan tempatnya untuk bertaat lalu membenarkan
dalam bentuk sebenarnya beserta kejernihan syara’ dan penyaksiannya; karena
setiap hakikat yang tidak disaksikan syara’ berarti zindiq; kala dirimu telah
bertauhid dengan penguat ini tentu fana’ seger datang kepadamu dari lingkaran
akhlak tercela menurut padangan semua makhluk; maka ketika itu sifat lahirmu
terpelihara dan batinmu berpagut dengan Tuhan secara rutin; jika hal ini
sempurna atasmu kendati dunia datang dipangkuanmu dan seluruh makhluk
mengikutimu—baik mereka yang da di depan atau di belakang --
tidaklah menimbulkan keruntuhanmu, bahkan tidak mampu lagi merubah posisimu
dari pintu Tuhan; karena dirimu telah konstan di samping-Nya, menghadap Dia dan
sibuk melayani kehendak-Nya seraya menatap Keagungan Kesempurnaan-Nya; kala
dirimu menatap Keagungan-Nya tercurahlah semua itu, jika kamu tatap
kesempurnaan-Nya menyatulah dirimu, kamu merasa takut ketika melihat
Keagungan-Nya, dan kamu mengharap saat melihat Kesempurnaan-Nya; alangkah
beruntung orang yang merasakan nikmatnya makanan ini.
Wahai
Allah suapilah kami dari makanan yang memperdekat Engkau dan minumilah kami
dari minuman kejinakan-Mu.
Dan,
berikanlah kepada kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat
dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
sumber : ashakim ppa
Komentar
Posting Komentar