BICARA TANPA DISERTAI PERBUATAN
Bicara Tanpa Disertai Perbuatan
Pengajian Syeikh Abdul Qodir
al-Jilany
Jum’at pagi 21 Dzulqoidah 545
Hijriyah di Madrasah, Beliau berkata:
((((
Wahai penghuni negeri ini, sungguh amat banyak
sikap munafik terjadi, justru amat sedikit orang ikhlas, amat banyak orang
bicara tanpa disertai perbuatan, tanpa amal; sedikit pun itu tak berimbang;
bahkan hal ini laksana hujah tanpa penyanggah. Bicara tanpa amal
seperti rumah tanpa pintu, laksana tabungan tanpa pengeluaran dan seperti
pengakuan pribadi tanpa bukti. Gambar tanpa ruh hanyalah patung yang tak punya
tangan kaki dan kekuatan. Besarnya amalmu semisal raga tanpa nyawa, sedang
nyawa itu gambaran ikhlas tauhid dan ketegaran menekuni Kitab Allah di samping
sunnah Rasul-Nya. Janganlah kau lupakan perintah dan larangan, patuhilah kepastian
Allah.
Cobaan dan rintangan yang datang kepada suatu kaum
itu seperti bila datang kepadamu; di antara mereka ada yang sabar juga ada yang
menjauh dan mengeluh. Di antara syarat cinta kepada Allah itu terletak pada
ketiadaan iradah (kehendak) dalam jiwa dan tidak terepotkan oleh dunia, akhirat
atau makhluk lain. Mahabbah kepada Allah bukan suatu hal yang mudah; ia baru
terlaksana sampai seseorang mampu meninggalkan manusia kedanti tetap masih jauh
dari-Nya; dan berapa pula orang yang tidak berbuat seperti itu tetapi dekat
dengan-Nya. Janganlah suka menghina orang Islam karena ia exsistensi sirr
(rahasia-rahasia) Allah – yang menyebabkan keputihan jiwa mereka. Rendahkan
dirimu jangan berbesar diri di hadapan hamba-hamba Allah; kenanglah sifat
pelupamu, rupanya dirimu dalam kelupaan yang sangat; seakan kamu telah merasa
cukup dan mampu melintsi shirat lalu melihat tempatmu di surga. Betapa besar
penipuan ini; setiap orang telah berlaku maksiat kepada Allah dengan pelbagai
kemaksiatan; ia tidak perduli hal itu, tidak pula mau bertobat; ia menduga
bahwa hal itu sebagai teman sejak semula; demikianlah yang tertulis dalam
bukumu dengan mencantumkan waktu dan peristiwanya, pencukupan datau penyiksaan
tergantung sedikit banyak perbuatan itu.
Bangunlah wahai pelupa; jagalah wahai penidur;
pelaingkan kepada Allah; siapa amat kuat maksiatnya tapi tidak bertaubat atau
menyesal sungguh ia datang dengan tujuan kafir.
Camkanlah : Rizki menurut ketentuan pembagiannya,
jika sudah terbagi ia tidak bertambah atau menyusut, tidak bisa dipercepat atau
diperlambat. Rupanya engkau masih ragu jaminan Allah; betapa engkau loba
mencari sesuatu yang tidak didbagikan; kebodohanmu hanya mencegahmu agar datang
kepada Ulama, sedang penyaksianmu suatu kebaikan yang hanya menakutkan dirimu
jika sampai mengurangi keuntunganmu,
Renungkan, siapakah yang memberi makan dirimu kala
masih berada dalam perut ibumu? Setelah lahir, anehnya engkau bergantung atas
diri sendri dan orang lain, uangmu, pedaganganmu, serikatmu dan pemimpin
negerimu. Setiap orang yang bergantung kepada mereka maka kau pertuhankan;
setiap orang yang kau takuti atau kau harap maka kau pertuhankan; setiap orang
yang kau lihat berkait dengan dlar (sengsara) dan Naf’ (manfaat) dan kau tidak
lihat bahwa Allah berlku atas dirimu maka kau ertuhankan; sedikit amat kau
ketahui rahasiamu. Tunggu, niscaya Allah akan mencabut pendengaran,
penglihatan, keperkasaan, hartamu dan seluruh ciptaan yang mengeraskan hati
mereka atasmu dan mengokohkan kuasa mereka atasmu, memperhinakan dirimu di masa
tuamu, mengunci pintu di hadapanmu dari satu pintu yang tembus ke pintu lain
tanpa memberi sesuatu makanan sedikit pun padamu; jika engkau menyerunya
niscaya tak akan di dengar. Semua ini sebab syirikmu kepada-Nya dan
penggantunganmu bukan kepada-Nya, pencarian nikmat selain kepada-Nya dan
permintaan tolong melalui jalur maksiat.
Nah, demikian yang terlihat berbagai jenis itu
terjadi, sedang hal itu menjadi tidak yang wajar bagi pelau maksiat. Tetapi di
antara mereka tetap terdapat sosok manusia bila melihat perrkara disusul
taubat; maka untuknya Allah memandang dengan rakhmat, amalannya dengan
kemuliaan dan kelembutan.
Wahai makhluk Allah bertaubatlah, wahai ulama;
wahai fuqoha, wahai ahli zihud, wahai ahli ibadah, tiada di antaramu kecuali
orang yang butuh daku sebagai jalur pertaubatan orangtua-orangtuamu. Bila pada
usia permulaan dirimu merasa berat terbukalah bagiku pada akhirnya – menjelang
matimu; bila engkau ragu atas pendapatan harta seseorang maka tunggulah
keluarganya. Bila terdapat nafkah yang dikeluarkan kepada sanak keluarga, kaum
fakir serta kebaikan lain maka bisa diketahui harta tersebut bersumber dari
yang halal.))))))0
Anak-anak muridku setiap sesuatu yang kau lihat
dari arah kebikan, sedang kau mencintainya, maka hal itu sebagai cinta yang
kecil, karena kau masih berjinak dengannya. Cinta sejati adalah cinta yang tak
menggoyahkan cinta Allah; karena ia dilihat melalui mata hati, itulah cinta
kaum shiddiqun ahli ruhani; cinta mereka bukan sekedar iman, bahkan disertai
yakin; kalau mata terbuka dari tabir penutup mata hati, maka mereka pun mampu
menembus apa yang ada dalam ghaib atau melihat sesuatu yang tidak mungkin mampu
disingkap orang lain.
Wahai Allah limpahkan kepada kami cinta-Mu bersama
ampunan dan afiat; kamu akan tinggal di dunia sampai batas waktu yang
ditentukan Allah, tidak seorang pun mampu menolak jika sudah dilimpahkan
untukmu. Saat izi datang kepada orang yang menguasainya itu menyebabkan
ketaqwaan atas sesama manusia dan runtuh akal mereka sedang engkau tersenyum bersamanya,
engkau tawakan orang yang mencari sesuatu yang tidak dibagikan Allah, dan
sebagian lagi ada orang yang mencari bahagianya tanpa mendapat izin dari Allah.
Wahai manusia teramat pagi engkau menerima nikmat
Allah ketika berada dalam perut ibumu, setelah di lahirkan kamu diberi
kesehatan, kekuatan, keperkasaan dan memberi rizki berupa taat kepada-Nya
menjadi Muslim pengikut Nabi Muhammad saw. Jika engkau merasa nikmat datang
darinya lenyaplah kecintaan terhadap makhluk dari hati; berubah menjadi arif
kepada Allah, mencitai-Nya, melihat dengan mata hati kepada-Nya; dari jalur ini
engkau bisa melihat ihsan dan isa’ah (baik dan buruk) bersumber menurut
penjelasan-Nya, tidak tetap pandangan orang-orang yang berbaik kepada-Nya dan
keburukan yang datang dari manusia. Bila tampak ikhsan dari mereka ia melihat
bahwa hal itu terjadi karena ketentuan Allah, dan jika isa’ah tampak dari
mereka, maka ia lihat hal itu terjadi karena penerapan Allah dalam pandangannya
berpindah dari ciptaan kepada Sang Maha Pencipta, bersama dengan peristiwa itu
ia dilimpahi syara’ hak Allah – dan tidak menertawakan hukum-hukum-Nya.
Hati orang-orang arif tidak bergeming
berloncat-loncat dari satu tingkah ke tingkah lain, praktis, sehingga
kezuhudannya terhadap ciptaan semakin bertambah kuat, lalu meninggalkan mereka
berpaling dari mereka sebaliknya amat suka Allah sembari memperkuat ketaqwaan
kepada-Nya. Segala sesuatu yang terambil dari makhluk sama lenyap lalu sumber
pengambilannya itu tetap dari Allah. Akal yang berserikat semakin terpateri
antar dirinya dengan ciptaan bahkan ditambah akal lain yaitu akal pelimpahan
Allah.
Wahai pemburu makhluk, wahai pemusyrik mereka;
takutlah jika mati datang menimpamu sedang dalam jiwamu terdapat sesuatu; Allah
tidak akan membuka pintu-Nya untuk rukhmu dan Allah tidak akan melihatnya,
karena ia berbuat durhaka setiap kali menggantungkan kemusyrikan kepada-Nya.
Peliharalah kesunyian (khalwat) dari cengkeraman
nafsu, dari makhluk, kemudian khalwat dari dunia, lalu kahlwat dari akhirat,
kemudian khalwat dari selain Allah. Bila engkau berkehendak kahlwat bersama
Allah, maka kosongkan dirimu dari segala perwujudan dan per-anganan-mu.
Celaka kamu, Engkau duduk dalam tempat sujudmu
sedang hatimu melayang-layang menyinggahi makhluk sambil menanti kedatangan
mereka dan pemberriannya. Sia-sialah masa ibadahmu, sama artinya kau jadikan
untuk dirimu gambar tanpa arti.
Janganlah dirimu mengikuti sesuatu yang tidak
mengikutkan Allah; jika tidak ada ikatan dari Allah dan tidak sebagai
ketentuan-Nya atasmu bukanlah dari ciptaan. Bila engkau ingin sesuatu
bergegaslah ke sana, jika kau tak punya batin yang bersih atau hati yang sunyi,
selain kepada Allah maka pengasingan diri itu tak membawa manfaat.
Wahai Allah limpahkanlah manfaat kepada kami atas
ucapan yang daku ucapkan, dan limpahkan manfaat kepada mereka atas ketekunan
mereka mendengarkan ucapanku.
sumber : ashakim ppa

Komentar
Posting Komentar