Pitutur guru sejati sembilan
Pitutur guru sejati sembilan
“Wahai Musa”, jadilah kamu seorang yang berguna bagi orang
lain.
Sebaik-baiknya manusia yang berguna bagi orang lain karena
keberadaannya sangat dibutuhkan dan andaikata dia pergi, mereka merasa
kehilangan sehingga yang akan dijadikan panutan tidak ada, dan sebagai
penggantinya yang setaraf pun tidak ada.
Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya
menimbulkan kecemasan diantara mereka sehingga kamu dibenci mereka.
Kerukunan dan ketentraman lingkungan didambakan disetiap
warga. Dan apabila ada seseorang yang membuat resah masyarakat yang menimbulkan
kecemasan mereka, kepergiannya tidak akan dinantikan kedatangannya lagi. Dengan
kepergiannya, masyarakat merasa tentram, keberadaannya disetiap yang ditempati
selalu dibenci dan bahkan diusir.
Jadilah kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah ceria
dan janganlah sampai mengerutkan dahimu kepada mereka.
Muka cemberut dan kusam menunjukkan wajah atau hati sedih
dan kurang senang pada keadaan. Terimalah apa adanya dengan senang hati, jalani
saja kehidupan ini dengan ketabahan dan sabar, walaupun pahit dirasa. Kejadian
apapun yang kita alami, pasti Allah akan memberikan hikmah dan pelajaran
dibaliknya. Dengan demikian kesedihan pun sirna dengan sendirinya, dan wajah
kelihatan berseri-seri tampaklah muka ceria.
Janganlah kamu keras kepala, atau bekerja tanpa tujuan.
Keras kepala adalah sifat yang harus disingkirkan jauh-jauh,
karena bisa mengalahkan sifat-sifat baik lainnya, kalau sifat keras kepala
masih mendominasi pada diri yang akibatnya dapat merugikan diri sendiri bekerja
pun tak terarah dan sia-sia.
Apabila kamu mencela seseorang, hanya karena kekeliruannya
saja.
Kemudian tangisi dosa-dosamu.
Menyalahkan orang lain atau mencela tidak diperbolehkan oleh
Nabi Khidir karena beliau berlandaskan firman Allah dalam surat Al Insyiqaq
ayat 19 :
“Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam
kejadiannya)”.
Manusia diciptakan oleh Allah tingkat demi tingkat, salah
satunya tingkat pemahaman belum berubah atau berbeda sebab yang dicela tingkat
pemahamannya dibawah yang mencela, logislah yang mencela atau menyalahkan tidak
dibenarkan. Orang kelas 3 kok disalahkan oleh orang kelas 5 Seharusnya kelas 5
yang mengalah, dan harus tahu bahwa perbuatan itu kurang benar, segeralah mohon
ampun kepada Allah dan jangan diulangi lagi.
Wahai Musa, pelajarilah ilmu-ilmu kebenaran agar kamu dapat
mengerti apa yang belum kamu fahami, tetapi janganlah sampai kamu jadikan
ilmu-ilmu hanya sebagai bahan omongan. (Riwayat Ibnu Abi Hatim dan Ibnu
Asakir).
Faham sesuatu ilmu bukan untuk modal berdebat, menonjolkan
sesuatu faham yang berseberangan dan faham yang baru selesai dipelajarinya itu
adalah yang paling benar sehingga bangga atas golongannya itu dan mengajak adu
argument bahwa dialah yang paling benar sendiri, ini tidak dibenarkan sebab
berdebat itu tidak diperbolehkan sebagaimana surat Al Baqarah ayat 139 :
“Katakanlah, apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang
Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu, bagi kami amalan kami,
bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada Nya kami mengikhlaskan hati”.
Berseberangan faham yang sudah diyakini tidaklah perlu
diusik satu sama lain karena masing-masing sudah kokoh dalam keyakinannya hanya
saja ajakan orang-orang yang masih ngambang atau yang belum iman.
Wahai Musa, sesungguhnya orang yang selalu memberi nasehat
itu tidak pernah merasa jemu seperti kejemuan orang-orang yang mendengarkan.
Memberi nasehat kepada orang lain janganlah mengharapkan
sesuatu imbalan apapun kecuali ridha Allah dan tugas menyampaikan. Tugas
menyampaikan dan mensyiarkan agama Allah adalah tugas setiap umat muslim,
firman Allah dalam surat Al Hajj ayat 32 mengatakan :
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan
syiar-syiar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati”.
Dan kita sendiri jangan merasa bosan-bosan untuk menengarkan
para penceramah itu termasuk tholabul ilmi yang diwajibkan pada setiap muslim,
walaupun ilmunya banyak.
Maka janganlah kamu berlama-lama dalam menasehati kaummu.
Berilah nasehat singkat, padat, berisi dan yang penting
tidak membosankan.
Dan ketahuilah bahwa hatimu itu ibarat sebuah bejana yang
harus kamu rawat dan pelihara dari hal-hal yang bisa memecahkannya.
Iman didalam hati belum tentu sudah kokoh tanpa djaga dan
dirawat dan dipelihara karena lapisan luar hati masih dipenuhi oleh hawa nafsu
yang selalu mengajak ke arah perbuatan yang kurang baik. Maka dari itu
waspadalah dalam menjaga hati jangan sampai hati terpengaruh dari hasutan
syaitan yang cara penyusupan penyerangannya lewat hawa nafsu. Begitu hati sudah
terkena pengaruh hawa nafsu pecahlah hati ini. Dan hati-hatilah dalam
menjaganya.
Kurangilah usaha-usaha duniawimu dan buanglah jauh-jauh
dibelakangmu, karena dunia ini bukanlah alam yang akan kamu tempati selamanya.
Dunia yang kita tempati ini tidaklah selamanya kita tempati
dan setelah selesai hidup kitapun pindah di alam lain, maka kumpulkan amal
kebajikan untuk modal menuai di akhirat nanti. Jangan buang-buang tempo,
tanamlah amalmu untuk menggapai kebahagiaan di alam akhirat, apabila tidak
ditanami amal kebajikan apa yang diambil disana kita akan rugi di dunia dan di
akhirat. Waktu kita di dunia hanya sebentar, tidaklah lama sebagaimana
keterangan surat An Naziyat ayat 46 :
“Pada hari mereka melihat hari kebangkitan itu, mereka
merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) diwaktu
sore atau di pagi hari”.
Kamu diciptakan adalah untuk mencari tabungan pahala-pahala
akhirat nanti.
Semua makhluk yang bernama manusia beramar ma’ruf nahi
munkar. Mengerjakan amal yang baik untuk bekal di akhirat serta mencegah hal
yang munkar untuk diri sendiri dan dilanjutkan kepada orang lain yang menjalani
hal yang munkar yang dilarang.
Bersikap ikhlaslah dan bersabar hati menghadapi kemaksiatan
yang dilakukan kaummu.
Sabar dalam menghadapi kemaksiatan dilingkungannya, ini
bukan berarti diam tetapi sabar dalam bentuk berusaha mencegah dan menggantikan
dengan perbuatan yang baik. Apabila mengalami kesulitan, bersabarlah, mencari
solusinya dan jalan keluar yang baik.
Hai Musa, tumpahkanlah seluruh pengetahuan (ilmu) mu, karena
tempat yang kosong akan terisi oleh ilmu yang lain.
Kewajiban manusia yang berilmu untuk membagi ilmunya kepada
orang lain yang membutuhkan, bukan ilmu yang diberikan kepada orang lain itu
habis tetapi malah sebaliknya justru bertambah banyak. Apa sebabnya?. Karena,
ilmu yang kita berikan kepada orang lain dengan ikhlas dan ridha, Allah pun
ridha menambah ilmu Nya kepada orang tersebut.
Janganlah kamu banyak mengomongkan ilmumu itu, karena akan dipisahkan
oleh kaum ulama’.
Membicarakan ilmu yang sudah dicapai dengan predikat ilmu
mukasyafah dengan orang yang diluar kelompoknya yang masih dibawah jauh dari
ilmu yang dicapai, maka akan terjadi kurang baik bagi dirinya juga bagi orang
lain.
Pengetahuan-pengetahuan yang begini yang hanya boleh
dikemukakan melalui isyarat, tidak diperkenankan untuk diketahui setiap
manusia.
Maka bersikaplah sederhana saja, sebab sederhana itu akan
menghalangi aibmu dan akan membukakan taufiq hidayah Allah untukmu.
Menjalani kehidupan dengan kesederhanaan ini berarti sudah
meninggalkan kehidupan keterikatan dengan keduniawian. Dengan hidup sederhana
hatinya tidak disibukkan dengan harta. Ibadah kepada Allah lebih tenang dan
khusu’, dalam pendekatannya kepada Allah serasa tak mengalami kesulitan.
Berantaslah kejahilanmu dengan cara membuang sikap masa
bodohmu (ketidak pedulian) yang selama ini menyelimutimu.
Menahan dan menyingkirkan sifat-sifat yang kurang baik bukan
main susahnya kalau tidak dilandasi dengan dzikir kolbu, sebab dzikir kalbu
dapat mengikis sifat-sifat yang kurang baik yang sekian lama membelenggu diri.
Dengan dzikrullah yang dikerjakan di kalbu, disamping menghilangkan sifat-sifat
yang kurang baik, sifat-sifat yang baik pun menguasai diri dan menambah
ketenangan dan ketentraman hati.
sumber :https://jiwa2kegelapan.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar