Pitutur guru sejati enam
Pitutur guru sejati enam

Bila sudah memahami dan menguasai amalan dan ilmu ini,
hendaknya semakin cermat dan teliti atas berbagai masalah. Masalah itu satu
tempat dengan pengaruhnya. Sebagai ibaratnya sekejap pun tak boleh lupa.
Lahiriah kau landasilah dengan pengetahuan empat hal. Semuanya tanggapilah
secara sama. Sedangkan kelimanya adalah dapat tersimpan dengan baik, berguna
dimana saja..!
Artinya mati di dalam hidup. Atau sama dengan hidup di dalam
mati. Ialah hidup abadi. Yang mati itu nafsunya. Lahiriah badan yang menjalani
mati. Tertimpa pada jasad yang sebenarnya. Kenyataannya satu wujud. Raga sirna,
sukma muksa. Jelasnya mengalami kematian! Syekh Malaya, terimalah hal ini
sebagai ajaranku dengan senang hatimu! Anugrah berupa wahyu akan datang
kepadamu.
Seperti bulan yang diterangi cahaya temaram. Bukankah
turunnya wahyu menghilangkan kotoran? Bersih bening, hilang kotorannya”.
Kemudian Nabi Khidir berkata dengan lembut dan tersenyum. “Tak ada yang dituju,
semua sudah tercakup haknya. Tidak ada yang diharapkan dengan keprawiraan,
kesaktian semuanya sudah berlalu. Toh semuanya itu alat peperangan”.
Habislah sudah wejangan Nabi Khidir. Syekh Malaya merasa
sungkan sekali di dalam hati.
Mawas diri ke dalam dirinya sendiri. Kehendak hati rasanya
sudah mendapat petunjuk yang cukup. Rasa batinya menjelajah jagad raya tanpa
sayap. Keseluruh jagad raya, jasadnya sudah terkendali. Menguasai hakekat semua
ilmu. Umpama bunga yang masih lama kuncup, sekarang sudah mekar berkembang.
Ditambah bau semerbak mewangi. Karena sudah mendapatkan sang Pancaretna,
kemudian Sunan Kalijaga disuruh keluar dari raganya Nabi Khidir kembali ke
alamnya semula”.
Lalu Nabi Khidir berkata, “He, Malaya. Kau sudah diterima
Hyang Sukma. Berhasil menyebarkan aroma Kasturi yang sebenarnya. Dan rasa yang
memanaskan hatimu pun lenyap. Sudah menjelajahi seluruh permukaan bumi. Berarti
kau sudah mengetahui jawaban atas pertanyaanmu! Artinya godaan hati ialah rasa
qona’ah yang semakin dimantapkan. Ibarat memakai pakaian sutra yang indah.
Selalu mawas diri. Semua tingkah laku yang halus.
Diresapkan kedalam jiwa, dirawat seperti emas. Dihiasi
dengan keselamatan, dan dipajang seperti permata, agar mengetahui akan kemauan
berbagai tingkah laku manusia. Perhaluslah budi pekertimu atau akhlak ini!
Warna hati kita yang sedang mekar baik, sering dinamakan Kasturi Jati. Sebagai
pertanda bahwa kita tidak mudah goyah, terhadap gerak-gerik, sikap hati yang
ingin menggapai sesuatu tanpa ilmu, ingin mendalami tentang ruh itu justru
keliru.
Lagi pula secara penataan, kita itu ibaratnya busana yang
dipakai sebagai kerudung. Sedangkan yang ikat kepala sebagai sarungmu. Kemudian
terlibat ingatan ketika dulu. Ibarat mendalami mati ketika berada di dalam
rongga ragaku. Tampak oleh Sunan Kalijaga cahaya. Yang warnanya merah dan
kuning itu, sebagai hambatan yang menghadang agar gagal usaha atauu ikhtiar
atau cita-citanya. Dan yang putih di tengah itulah yang sebenarnya harus
diikuti. Kelimanya harus tetap diwaspadai. Kuasailah seketika jangan sampai
lupa! Bisa dipercaya sifatnya.
sumber :https://jiwa2kegelapan.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar