MAJELIS 7-7 Untaian KisahPara Wali Allah : Wali Yang Meninggal dikelilingi para wali

Di tempat baru ini,
dia telah mendirikan sebuah masjid dan beribadah di situ dengan tekun dan
tenang. Beliau senantiasa dikunjungi oleh orang yang ingin belajar dan
mendalami jalan menuju Allah SWT. Pada suatu hari seorang wali Allah yang lain
bernama Soleh Al-Mari berazam untuk menziarahi Abu Jahir untuk mendapatkan
barakah dari beliau. Maka pada hari yang telah ditetapkan, berangkatlah Soleh
ke negeri tempat tinggalnya Abu Jahir. Di tengah perjalanan, beliau bertemu dengan
Muhammad bin Wasi’, kenalannya yang juga seorang Wali Allah.
“Assalaamuálaikum.” kata Soleh.“Waálaikumussalaam warahmatullah” jawab Muhammad
bin Wasi’Kedua wali Allah ini pun berpelukan sambil bertanya kabar
masing-masing dan berbual mengenai masalah kesufian.“Engkau hendak pergi ke
mana?” tanya Muhammad.“Aku hendak menziarahi rumah Abu Jahir” “Ke rumah Abu
Jahir?”“Ya, betul”“Masya Allah, aku juga hendak pergi bersama.” Kedua-duanya
pun berangkat menuju ke tempat tinggal Abu Jahir dan setelah berjalan beberapa
batu, mereka bertemu dengan seorang lagi Wali Allah bernama Hubaibul Ajami.
Mereka bersalaman dan bertanya kabar.“Hendak ke mana anda berdua ini?” tanya
Hubaibul Ajami.“Kami hendak menziarahi rumah Abu Jahir”“Aku juga dalam
perjalanan ke sana.”“Kalau begitu eloklah kita pergi bersama”Mereka meneruskan
perjalanan dalam keadaan yang sungguh menggembirakan karena bilangan mereka
semakin ramai. Setelah sampai di suatu tempat, tiba-tiba mereka berjumpa dengan
Malik bin Dinar, seorang wali Allah yang masyhur. Mereka bersalaman.“Hendak
pergi ke manakah kamu ini?” tanya Malik bin Dinar.“Kami hendak menziarahi rumah
Abu Jahir”“Subhanallah, aku juga sedang menuju ke sana.”“Kalau begitu, kita
pergi bersama.”Sekarang mereka menjadi berempat dengan tujuan yang sama. Dengan
kuasa Allah SWT, di tengah perjalanan, mereka berjumpa seorang lagi rekan Wali
Allah yang bernama Thabit Al-Bannani. Mereka pun bersalaman dan saling bertanya
kabar.“Kamu hendak ke mana?” tanya Thabit.“Kami hendak menziarahi rumah Abu
Jahir”“Masya Allah, saya juga akan ke sana.”“Kalau begitu, kita pergi
bersama.”“Segala puji-pujian bagi Allah SWT yang telah mengumpulkan kita dan
pergi bersama-sama walaupun tanpa perjanjian” kata Thabit Al-BannaniBerjalanlah
ke lima Wali Allah berkenaan menuju rumah Abu Jahir. Sepanjang perjalanan,
mereka tidak putus-putus memuji dan bersyukur kepada Allah SWT justru
mengaruniakan peluang berjalan bersama menuju ke rumah Wali-Nya. Tidak satu pun
ucapan yang keluar dari mulut mereka melainkan perkataan yang mendatangkan
manfaat.Setelah berjalan beberapa lama, mereka singgah di suatu tempat untuk
berehat dan salat.“Marilah kita salat dua rakaat di sini, agar tempat ini ikut
menjadi saksi esok di hari Kiamat di hadapan Allah Azza Wajalla” kata Thabit
Al-Bannani“Satu cadangan yang baik” sahut yang lain.Lalu mereka mengerjakan
salat bersama-sama dengan penuh khusyuk dan tawaduk. Setelah menunaikan salat,
mereka berdoa untuk kepentingan umat Islam sekaliannya untuk di dunia dan di
akhirat. Kemudian mereka meneruskan perjalanan dan akhirnya tiba di rumah Abu
Jahir.Terasa kedamaian pada mereka apabila terpandang rumah dan masjid yang
didirikan oleh Abu Jahir. Namun mereka tidak terburu-buru mengetuk pintu atau
minta izin untuk masuk demi menjaga peradaban Wali Allah. Mereka pun duduk di
masjid menunggu Abu Jahir keluar untuk salat. Tidak berapa lama kemudian, waktu
Zuhur pun masuk. Maka keluarlah Abu Jahir tanpa berucap apa-apa sebaliknya
terus masuk ke masjid, berazan, iqamat dan salat. Kelima tetamunya yang mulia
itu salat berjemaah berimamkan Abu Jahir.Selepas salat, barulah mereka menemui
Abu Jahir satu persatu. Mula-mula sekali Muhammad bin Wasi’. “Assalaamuálaikum”
kata Muhammad“Waálaikumussalaam” jawab Abu Jahir disambung dengan pertanyaan
“Anda ini siapa?”“Saya saudaramu Muhammad bin Wasi’ ““O...Kalau begitu andalah
orang Basrah yang terkenal paling bagus salatnya itu kan?”Muhammad diam tanpa
berkata apa-apa.Kemudian, Thabit Al-Bannani maju ke hadapan.“Siapakah anda
ini?” tanya Abu Jahir“Saya saudaramu Thabit Al-Bannani”“O...Kalau begitu kamu
yang dikatakan sebagai orang Basrah yang paling banyak salatnya itu kan?” Tanya
Abu Zahir.Thabit juga diam tanpa berkata apa-apa.Tiba pula giliran Malik bin
Dinar.“Siapakah anda ini?” tanya Abu Jahir“Saya saudaramu Malik bin Dinar” jawabnya.“Masya
Allah, jadi kamulah yang termasyhur sebagai orang yang paling zuhud di kalangan
penduduk Basrah, bukan?”Malik juga tidak berkata apa-apa. Kemudian Hubaib
Al-Ajami menemui Abu Jahir.“Anda ini siapa?” tanya Abu Jahir“Saya adalah
saudaramu Hubaib Al-Ajami”“Masya Allah, kalau begitu andalah yang terkenal di
kalangan penduduk Basrah sebagai orang yang mustajab doanya” kata Abu
JahirSeperti yang lain, Hubaib mendiamkan diri. Akhirnya tiba giliran Soleh
Al-Mari maju ke hadapan untuk memperkenalkan dirinya.“Anda pula siapa?” tanya
Abu Jahir.“Saya saudaramu Soleh Al-Mari” jawabnya. “Subhanallah, kalau begitu
andalah yang terkenal di kalangan penduduk Basrah sebagai qari yang fasih dan
bagus suaranya.”Soleh juga tidak mengeluarkan sepatah pun.Abu Jahir bertafakur
sebentar seperti mengenangkan sesuatu.“Aku sebenarnya sangat rindu dan ingin
mendengar suaramu wahai saudaraku” kata Abu Jahir. “Oleh itu, aku suka engkau
bacakan empat atau lima ayat Al Quran karena aku ingin sangat
mendengarnya.”Soleh menemui permintaannya lalu dia membuka Al Quran dan membaca
Surah Al Furqan : Ayat 22 yang bermaksud :“Pada hari mereka melihat malaikat di
hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan mereka
berkata “Hijraan mahjuuraa” Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan
lalu kami jadikan amal itu debu yang beterbangan”Sebaik saya mendengar bacaan
‘debu yang beterbangan’, Abu Jahir berteriak kuat sehingga pingsan disebabkan
rasa ketakutan yang teramat sangat kepada Allah SWT. Apabila beliau sadar dari
pingsannya, dia berkata “Silakan ulangi pembacaan ayat tadi”Soleh mengulangi
bacaannya dan apabila sampai kepada “Debu yang beterbangan”, sekali lagi Abu
Jahir berteriak sehingga rebah di tempat sujud dan wafat ketika itu juga.Soleh
dan teman-teman Wali Allah nya sangat terharu menyaksikan kewafatan Abu Jahir
yang mengkagumkan itu. Beliau wafat dalam keadaan amat ketakutan mendengar
Kalam Ilahi. Tidak lama kemudian, istri Abu Jahir muncul.“Siapakah kalian ini?”
tanya isteri Abu Jahir.“Kami datang dari Basrah. Yang ini Malik bin Dinar,
Hubaib Al-Ajami, Muhammad bin Wasi’, Thabit Al-Bannani dan saya adalah Soleh
Al-Mari” jawab Soleh mewakili para aulia sahabatnya itu.Tiba-tiba perempuan itu
berkata “Innaa lillaahiwainnaa ilaihi raajiúun...kalau begitu Abu Jahir telah
wafat”Soleh dan rakan-rakan wali Allah nya merasa heran terhadap perempuan itu,
karena dia telah memastikan kematian suaminya, padahal dia belum menyaksikannya
dan mereka juga belum memberitahunya apa yang telah terjadi.“Dari mana puan
tahu bahwa Abu Jahir telah wafat?” tanya mereka keheranan.“Saya telah banyak
kali mendengar doanya di mana beliau sering mengucapkan “Ya Allah, kumpulkanlah
para Aulia-Mu pada saat ajalku” dan perempuan itu menyambung “Jadi, tidaklah
kamu berkumpul di sini sekarang ini melainkan Abu Jahir telah
wafat”Rupa-rupanya doa Abu Jahir telah dimakbulkan Allah SWT.Maka para Aulia
itu pun menguruskan mayatnya dari memandikan, mengafankan, menyembahyangkan
sehinggalah menguburkan.Maha Suci Allah, yang telah mewafatkan hamba-Nya yang
mulia dan diuruskan oleh tangan-tangan yang mulia pula. Semoga kita dikumpulkan
oleh Allah SWT dalam golongan orang yang baik-baik dan mati syahid. Amin Ya
Rabbal Aa’lamiin. Wallahu-a’lam bissawwab....
Komentar
Posting Komentar