MAJELIS 3-6 SYEKH MUHAMMAD BABA SAMASI Q.S
Kita selami Lautan bersama, dan berdiri pada suatu titik di pantainya
Tepat di atasnya adalah sabagai mentari yang terbit menerangi cakrawala.
Tenggelamnya ada pada kita, pun dari kitalah merekah fajarnya
Jiwa kita memancar dari kilau permata yang tersentuhkan oleh kedua tangan kita
Saat itu kitapun menjadi permata
Beritahukanlah pada kami, makna dan rahasia sang mentari
mutiara apakah itu yang keluar dari Lautan ini;
Kita selami semesta yang namanya dalam buku kita belum pernah ada
Semesta terlalu sempit untuk dapat melingkupi kita
bahkan dapat terlingkupi dalam kita
Kita tinggalkan Lautan penuh gelombang badai
Bagaimanakah orang lain mengerti apa yang telah kita gapai?
Tepat di atasnya adalah sabagai mentari yang terbit menerangi cakrawala.
Tenggelamnya ada pada kita, pun dari kitalah merekah fajarnya
Jiwa kita memancar dari kilau permata yang tersentuhkan oleh kedua tangan kita
Saat itu kitapun menjadi permata
Beritahukanlah pada kami, makna dan rahasia sang mentari
mutiara apakah itu yang keluar dari Lautan ini;
Kita selami semesta yang namanya dalam buku kita belum pernah ada
Semesta terlalu sempit untuk dapat melingkupi kita
bahkan dapat terlingkupi dalam kita
Kita tinggalkan Lautan penuh gelombang badai
Bagaimanakah orang lain mengerti apa yang telah kita gapai?
Abu Madian
Syekh
Muhammad Baba as-Samasi adalah seorang pelajar al-Azizan yang ternama
dan merupakan seorang Cendikia dari para Wali dan seorang Wali dari para
Cendikia. Beliau unik dalam dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan
internal dan eksternal. Berkahnya menembus seluruh ummat di masanya.
Dari keinginan belajarnya yang tinggi, beliau menyebabkan ilmu-ilmu
ghaib dan rahasia menjadi tampak. Beliau adalah puncaknya Matahari
Pengetahuan Eksternal dan Internal di abad ke-8 H. Salah satu tanda
keajaibannya adalah mi’raj
beliau dari Kubah Batu, yang merupakan hatinya ke maqam Cendikia dari
para Cendikia. Para cendikia yang menguasai hikmah spiritual banyak yang
menggali dari ladang ilmunya dan ikut berthawaf mengelilingi Ka’aba dibawah bimbingan beliau.
Beliau
dilahirkan di Sammas, sebuah desa di pinggiran Ramitan, tiga mil dari
Bukhara. Beliau mengalami kemajuan dalam perjalanannya dengan memahami
Ilmu dalam al-Qur’an, menghafalkan al-Qur’an
dan Hadits Rasulullah saw, serta menjadi ahli di bidang Jurisprudensi.
Kemudian beliau mulai mempelajari Teologi Spekulatif, Logika, Filosofi
(‘ilm al-Kalam) dan Sejarah, sampai beliau dijuluki ensiklopedia
berjalan bagi segala bidang ilmu dan seni. Beliau mengikuti Syaikh Ali
ar-Ramitani al-‘Azizan dan terus-menerus berperang melawan dirinya
sendiri. Beliau melakukan khalwat setiap hari sampai mencapai maqam
kemurnian sehingga Syaikhnya diizinkan untuk mentransfer Pengetahuan
Surgawi yang bersifat Ghaib ke dalam hatinya. Beliau menjadi sangat
terkenal dengan kekuatan ajaib dan ketinggian maqam kewaliannya. Syaikh
‘Ali Ramitani memilih beliau sebagai penerusnya sebelum beliau meninggal
dan memerintahkan semua murid untuk mengikutinya.
Beliau pernah berkata ketika melewati sebuah desa di Qasr al-‘Arifan, “Dari
tempat ini Aku mencium wangi seorang Pemegang Ilmu Spiritual yang akan
muncul dan dari namanyalah seluruh thariqat ini akan dikenal.” Suatu hari beliau melewati desa itu dan berkata, “Aku mencium aroma yang sangat kuat, seolah-olah Pemegang Ilmu itu telah lahir.” Tiga hari berselang, kakek dari seorang anak mengunjungi Syekh Muhammad Baba as-Samasi dan berkata, “Ini adalah cucuku.” Beliau lalu berkata kepada para pengikutnya, “Bayi
ini adalah Pemegang Ilmu yang telah kuceritakan kepada kalian. Aku
lihat di masa depan dia akan menjadi pemandu bagi seluruh ummat manusia.
Rahasianya akan menggapai seluruh orang-orang shaleh. Pengetahuan
Surgawi yang telah dicurahkan oleh Allah I kepadanya akan memasuki
setiap rumah di Asia Tengah. Nama Allah swt akan terukir (Naqsh) dalam
hatinya. Dan thariqat ini akan dinamai dengan ukiran tersebut.”
Dari Ucapannya ”Para
pencari harus selalu berusaha untuk mematuhi Perintah Allah swt, dan
dia harus selalu berada dalam keadaan suci. Pertama dia harus mempunyai
hati yang bersih sehingga tidak akan berpaling kepada apa pun kecuali
Allah I. Selanjutnya dia harus menjaga agar bagian dalam tubuhnya tetap
suci, dan tidak diperlihatkan kepada orang lain. Yaitu melihat dengan
pandangan yang benar. Kesucian dada (sadr), terdiri atas harapan dan
kepuasan terhadap Kehendak Ilahi. Kemudian kesucian jiwa, yang terdiri
atas kesederhanaan dan penghormatan yang tinggi. Kemudian kesucian perut
dengan hanya memakan makanan yang halal dan pantangan. Diikuti dengan
kesucian badan yaitu dengan meninggalkan keinginan. Diikuti dengan
kesucian tangan yang terdiri atas keshalehan dan ikhtiar. Kemudian
kesucian dari dosa yaitu dengan menyesali kesalahan yang telah
dilakukan. Selanjutnya kesucian lidah, yang terdiri atas dzikir dan
istighfar. Kemudian dia harus mensucikan dirinya dari kelalaian dan
kealfaan, dengan mengembangkan ketakutan terhadap Akhirat.”
”Kita
harus selalu beristighfar, berhati-hati dalam segala urusan, mengikuti
langkah orang-orang yang shaleh, mengikuti ajaran internalnya, dan
menjaga hati dari segala godaan.”
”Jadilah
orang yang terbimbing dengan ajaran Syaikhmu, sebab ajaran itu dapat
menyembuhkanmu secara langsung dan lebih efektif daripada membaca buku.”
”Kalian harus menjaga asosiasi dengan seorang Wali. Dalam asosiasi itu kalian harus menjaga hatimu dari gosip dan tidak boleh berbicara di tengah kehadirannya dengan suara yang keras, kalian juga tidak perlu menyibukkan diri dengan shalat dan ibadah sunnah ketika sedang bersamanya. Jagalah kebersamaanya dalam segala hal. Jangan berbicara ketika mereka sedang berbicara. Dengarkan apa yang mereka katakan. Jangan melihat apa yang mereka miliki di rumah, terutama di kamar dan dapurnya. Jangan berpaling kepada Syaikh yang lain tetapi yakinlah bahwa Syaikhmu akan membuatmu tiba di tujuanmu. Jangan menyambungkan hatimu dengan Syaikh yang lain, bisa saja kalian akan terluka karena melakukan hal itu. Tinggalkan apa pun yang telah kalian kumpulkan semasa kanak-kanakmu.“Dalam menjaga kehadirat Syaikhmu, kalian tidak boleh menyimpan sesuatu dalam hatimu kecuali Allah swt dan Nama-Nya.”
”Suatu ketika Aku bertemu dengan Syaikhku, Syaikh ‘Ali ar-Ramitani . Ketika Aku memasuki kehadiratnya, beliau berkata kepadaku, ‘Wahai anakku, Aku kirimkan keinginan mi’raj ke dalam hatimu’ Segera setelah beliau mengatakan hal itu beliau menempatkan diriku ke dalam keadaan dengan panorama spiritual, di mana Aku melihat diriku berjalan siang dan malam, dari negriku menuju Masjid al-Aqsa, Aku memasuki masjid dan Aku melihat seseorang yang bepakaian serba hijau di sana. Beliau berkata kepadaku, ‘Selamat datang, kami telah menantimu sejak lama.’ Aku berkata, ‘Wahai Syaikhku, Aku meninggalkan negriku pada tanggal sekian. Tanggal berapa sekarang?’ Beliau menjawab, ‘Hari ini adalah 27 Rajab.’ Aku sadar bahwa Aku telah melakukan perjalanan selama 3 bulan untuk mencapai masjid itu, dan yang membuatku terkejut adalah bahwa Aku tiba di malam yang sama dengan malam isra mi’raj Rasulullah saw.
Beliau berkata kepadaku, ‘Syaikhmu, Sayyid ‘Ali ar-Ramitani telah menantimu sejak lama di sini.’ Aku masuk ke dalam, dan Syaikhku sudah siap untuk menjadi Imam dalam rangkaian shalat malam. Setelah menyelesaikan shalatnya beliau menoleh kepadaku dan berkata, ‘Wahai anakku, Aku telah diperintahkan oleh Rasulullah saw untuk menemanimu dari Masjid Kubah ke Sidratul Muntaha, tempat yang sama di mana beliau mengalami mi’raj.’ Ketika beliau selesai berbicara orang yang serba hijau itu membawa dua makhluk yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Kami menunggangi kedua makhluk tersebut dan mengangkasa. Setiap kali kami naik, kami mendapatkan pengetahuan yang terdapat di tingkat antara Bumi dan Surga itu.”
”Kalian harus menjaga asosiasi dengan seorang Wali. Dalam asosiasi itu kalian harus menjaga hatimu dari gosip dan tidak boleh berbicara di tengah kehadirannya dengan suara yang keras, kalian juga tidak perlu menyibukkan diri dengan shalat dan ibadah sunnah ketika sedang bersamanya. Jagalah kebersamaanya dalam segala hal. Jangan berbicara ketika mereka sedang berbicara. Dengarkan apa yang mereka katakan. Jangan melihat apa yang mereka miliki di rumah, terutama di kamar dan dapurnya. Jangan berpaling kepada Syaikh yang lain tetapi yakinlah bahwa Syaikhmu akan membuatmu tiba di tujuanmu. Jangan menyambungkan hatimu dengan Syaikh yang lain, bisa saja kalian akan terluka karena melakukan hal itu. Tinggalkan apa pun yang telah kalian kumpulkan semasa kanak-kanakmu.“Dalam menjaga kehadirat Syaikhmu, kalian tidak boleh menyimpan sesuatu dalam hatimu kecuali Allah swt dan Nama-Nya.”
”Suatu ketika Aku bertemu dengan Syaikhku, Syaikh ‘Ali ar-Ramitani . Ketika Aku memasuki kehadiratnya, beliau berkata kepadaku, ‘Wahai anakku, Aku kirimkan keinginan mi’raj ke dalam hatimu’ Segera setelah beliau mengatakan hal itu beliau menempatkan diriku ke dalam keadaan dengan panorama spiritual, di mana Aku melihat diriku berjalan siang dan malam, dari negriku menuju Masjid al-Aqsa, Aku memasuki masjid dan Aku melihat seseorang yang bepakaian serba hijau di sana. Beliau berkata kepadaku, ‘Selamat datang, kami telah menantimu sejak lama.’ Aku berkata, ‘Wahai Syaikhku, Aku meninggalkan negriku pada tanggal sekian. Tanggal berapa sekarang?’ Beliau menjawab, ‘Hari ini adalah 27 Rajab.’ Aku sadar bahwa Aku telah melakukan perjalanan selama 3 bulan untuk mencapai masjid itu, dan yang membuatku terkejut adalah bahwa Aku tiba di malam yang sama dengan malam isra mi’raj Rasulullah saw.
Beliau berkata kepadaku, ‘Syaikhmu, Sayyid ‘Ali ar-Ramitani telah menantimu sejak lama di sini.’ Aku masuk ke dalam, dan Syaikhku sudah siap untuk menjadi Imam dalam rangkaian shalat malam. Setelah menyelesaikan shalatnya beliau menoleh kepadaku dan berkata, ‘Wahai anakku, Aku telah diperintahkan oleh Rasulullah saw untuk menemanimu dari Masjid Kubah ke Sidratul Muntaha, tempat yang sama di mana beliau mengalami mi’raj.’ Ketika beliau selesai berbicara orang yang serba hijau itu membawa dua makhluk yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Kami menunggangi kedua makhluk tersebut dan mengangkasa. Setiap kali kami naik, kami mendapatkan pengetahuan yang terdapat di tingkat antara Bumi dan Surga itu.”
”Mustahil melukiskan apa yang kami lihat dan kami pelajari dalam mi’raj
itu, karena kata-kata tidak bisa mengekspresikan apa yang berhubungan
dengan hati, kata-kata tidak bisa mengungkapkannya kecuali dengan
merasakan dan mengalaminya sendiri. Kami melanjutkan mi’raj
kami sampai tiba di maqam Realitas Rasulullah saw (al-haqiqat
al-Muhammadiyya), yang berada di Kehadirat Ilahi. Setelah kami memasuki
tingkatan ini, Syaikhku lenyap, Aku pun lenyap. Kami melihat bahwa tidak
ada lagi yang eksis di alam semesta ini kecuali Rasulullah saw sendiri.
Kami rasa tidak ada yang berada di maqam selanjutnya kecuali Allah swt
sendiri. “
Kemudian Aku mendengar suara Rasulullah saw berkata kepadaku, “Wahai
Muhammad Baba as-Samasi, Wahai anakku, jalur tempat engkau berada
adalah jalur yang paling mulia, dan orang-orang yang telah terpilih
untuk menjadi bintang dan penunjuk bagi ummat manusia akan diterima di
jalur tersebut. Kembalilah, dan Aku akan mendukungmu dengan segala
kekuatanku, dan Allah swt mendukungku dengan Kekuatan-Nya. Layanilah
Syaikhmu.”
Ketika suara Rasulullah saw menghilang, Aku menemukan diriku berdiri di
tengah Syaikhku. Itu adalah sebuah karunia yang besar, berada dekat
dengan Syaikh yang sangat kuat, yang bisa membawamu ke Kehadirat Ilahi.
Syekh
Muhammad Baba as-Samasi q.s. meninggal dunia di Samas pada tanggal 10
Jumada al-Akhir, tahun 755 H. Beliau mempunyai empat khalifah, tetapi
Rahasia dari Ahli Silsilah hanya diteruskan kepada Sayyid Amir Kulal ibn as-Sayyid Hamza q.s.
Sumber : http://www.naqsyabandi.web.id
Komentar
Posting Komentar