Kitab An- Nashaih
Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiimi
Kepada-Nya kita memohon pertolongan
Segala puji bagi Allah, Yang Awal
sebelum segala sesuatu, dan yang Menciptakan segala sesuatu. Segala Puji Bagi
Allah yang Akhir sesudah segala sesuatu, dan yang Mewarisi segala sesuatu.
Segala Puji bagi Allah Yang Tampak bagi segala sesuatu, dan Yang memelihara
segala sesuatu. Segala Puji Bagi Allah Yang Tersembunyi di balik Segala
sesuatu, dan Yang meliputi dari belakang segala sesuatu. Semoga Allah
melimpahkann Shalawat kepada Musthafa, sebagai Penutup Para Nabi, juga kepada
keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Berkata Asy-Syeikh al-Imaam al-Aalim
az-Zaahid al-Wara’, Al- Haarits bin Asad al-Muhaasibi, ra. Sebagai petuah
kepada saudara-saudaranya sesama Mukmin sekaligus sebagai pembinaan moral bagi
para Murid, yakni orang-orang yang berharap kepada Allah SWT: “Telah
sampai kepada kami bahwa umat ini akan terpecah menjadi lebih daru tuju puluh
golongan, salah satu di antaranya ialah kelompok yang selamat.” Hanya Allah
saja yang mengeteahui seluruhnya. Setiap saat dalam umurku, aku senantiasa
memikirkan perpecahan di antara umat. Aku mencari metode yang jelas dan jalan
yang terarah. Aku menuntut ilmu serta amal, dan mencari dalil utuk jalan ke
akhirat dengan bimbingan para Ulama. Aku telah banyak memahami tentang Firman
Allah “Azza wa Jalla melalui takwil para Fuqahaa. Aku merenungkan keadaan umat
, dan memikirkan mazhab-mazhab serta aliran-aliran mereka, sehingga aku pun
memahami hal semikian sesuai dengan kemampuanku. Aku berpendapat ternyata
perselisihan di antara mereka merupakan samudra yang amat dalam, tiada sedikit
jumlah orang yang tenggelam di dalamnya, hanya sebagian kecil saja yang
selamat. Lalu aku juga melihat setiap kelompok di antara mereka, selalu merasa
yakin tentang keselamatan orang yang mau mengikuti mereka, dan kelompok yang
celaka itu adalah yang tidak sejalan dengan mereka.
Aku melihat, bahwa manusia ada
beberapa macam. Di antara mereka ada yang mengetahui perkara akhirat, namun
utuk menemukan manusia seperti ini cukup sulit, karena
keberadaannya memang langka. Lalu di antara mereka ada yang bodoh. Tentu
saja menjauhinya merupakan keuntungan. Dan di antara mereka ada yang berlagak
seperti ulama, tetapi ia dimabukan olah dunia dan lebih memprioritaskannya.
Kemudian, ada lagi penyandang ilmu yang berhubungan dengan Agama, namun dengan
ilmunya, ia mencari penghargaan dan kedudukan, dan Agamanya ia
manfaatkan untuk meraih kehormatan dunia. Ada pula yang menyandang ilmu, tetapi
ia tidak mengetahui tekwil mengenai apa yang di sandangnya itu. Lalu di antara
mereka pula, ada yang berlagak sebagai Zahid, tetapi ia mengkomersialkan
kebaikan yang justru tidak pernah mencukupinya. Di antara mereka ada yang
dianggap memiliki akkal dan kecerdasan tapi ia kehilangan sikapa Wara’ dan ketaqwaan.
Di antara mereka ada yang saling mencintai sehingga mereka bersatu berdasarkan
hawa nafsu, dengan dunia mereka saling menukar, dan kepada jabatannya mereka
mencari. Selanjutnya, di antara mereka ada yang merupakan setan dalam rupa
manusia; terhadap akhirat mereka menghalangi, kepada dunia mereka
berlomba-lomba memperebutkannya, Mereka bersegera dalam mengumpulkan dunia dan
gemar memperbanyaknya.
Lantas, aku pun menyelidiki dan
menimbang-nimbang diriku di antara meraka, maka sempitlah dadaku, sehingga aku
pun bertekad untuk mencari bimbingan dari orang-ornag yang mendapat petunjuk
demi mencari kebenaran dan petunjuk.
Aku mencoba mencari tuntunan melalui
ilmuku. Aku berfikir; dan lama menimbang-nimbang, sehingga akhirnya jelaslah
bagiku di dalam Kitabullah, di dalam Sunnah Nabi-Nya, dan di dalam Ijma’ umat
bahwa mengikuti hawa nafsu itu membutakan hati dari petunjuk, menyesatkannya
dari kebenaran serta memperpanjang keberadaannya dalam kebutaan.
Maka mulailah aku mengikis keinginan
rendah dari hatiku, lalu berhenti dari perselisihan umat, kembali mencari
kelompok yag selamat dalam keadaan penuh kewaspadaan terhadap keinginan nafsu
yang rendah dan dari kelompok yang celaka; berhati-hati dari sikap terburu-buru
menerima sesuatu sebelum mendapatkan penjelasan. Dan aku pun mencari jalan
keselamatan untuk kebahagiaan diriku.
Jalan keselamatan. Kemudian aku
menemukan melalui Ijma” umat dalam Kitabullah yang diturunkan, bahwa cara
menempuh jalan keselamatan adalah dengan Taqwa kepada Allah SWT. Mellaksanakan segala
yang fardhu, bersikap Wara” baik terhadap yang halal, yang haram, maupun
terhadap seluruh hukum; dan bersikap ikhlas kepada Allah SWT dalam menaati-Nya
serta meneladani Rasul Nya saw. Maka aku pun mempelajari yang fardhu dan yang
sunnah itu dari para ulama yang mendalami hadis, dan di sini aku juga menemukan
kesepakatan dan perbedaan. Hanya saja mereka umunya bersepakat bahwa ilmu
tentang segala yang fardhu dan sunnah itu berada di tangan para
ulama yang mengenal Allah serta perintah-Nya, yang memahami tentang Allah
dengan keridhaan-Nya, yang bersikap Wara” dari segala yang dilarang-Nya, yang
meneladani jejak Rasulullah saw, dan lebih mengutamakan akhirat daripada dunia.
Mereka inilah yang berpegang pada perintah Allah SWT. Dan Sunnah para Rasul-Nya.
Lalu aku mencari mereka di tengah-tengah umat dan menyusuri jejak mereka demi
menimba ilmu dari mereka. Namun aku menemukan bahwa jumlah mereka amat sedikit
di antara yang sedikit, bahkan ilmu mereka pun mulai terkiskis. Kondisinya
persis sebagaimana yang telah digambarkan oleh Rasulullah swat. Melalui sabda
beliau : “Mulanya Islam itu asing dan akan kembali asing seperti semula,
maka beruntunglah orang yang asing.” Mereka adalah kaum yang menyendiri dengan
Agama meraka, sehingga amat besarlah bencana yang menimpaku karena kehilangan
petunjuk jalan yang suci. Padahal aku khawatir kalau tiba-tiba kematian
menjemputku sedang aku masih dalam keadaan bimbang pada usiaku akibat
perpecahan di antara umat.
Lantas aku memutuskan untuk mencari
salah seorang di antara mereka, yang tidak ada jalan lagi buatku kecuali harus
menemukannya. Aku tidak mau lengah dalam kewaspadaan, tidak pula dalam nasihat.
Akhirnya Yang Maha Pengasih terhadap hamba-hambanya menakdirkan aku untuk
berjumpa dengan sekelompok kaum yang memiliki tanda-tanda ketakwaan,
panji-panji ke Wara’ an dan lebih mengutamakan akhirat daripada dunia pada diri
mereka. Aku mendapatkan arahan dan wejangan mereka sesua dengan perilaku para
Imam yang mendapat petunjuk. Mereka sepakat menasihati umat, tidak memberikan
peluang kepada seseorang untuk berbuat maksiat, tidak pula membuat orang
frustasi dari Rahmat-Nya. Mereka senantiasa rela dengan kesabaran dalam susah
dan senang; rela dengan takdir dan bersyukur atas segala nikmat. Mereka
mengajak hamba-hamba mencintai Allah dengan mengingatkan mereka tentang
Pertolongan dan Kebaikan-Nya serta menganjurkan mereka untuk kembali Ke
pada-Nya. Mereka memahami benar tentang Ke Agungan Allah dan ke Maha Kuasa
an-Nya. Mengerti tentang Kitab dan Sunnah-Nya, mendalam ilmu Agama-Nya, serta
mengerti akan apa yang disukai dan dibenci. Mereka menjaga diri dari
bid’ah dan hawa nafsu, meninggalkan langkah yang terlalu jauh dan sikap
ekstrim. Mereka membenci perdebatan dan pertengkaran. Mereka menghindari
umpatan, aniaya dan riya. Mereka melawan hawa nafsunya, melakukan instropeksi
terhadap diri mereka, mengendalikan tubuh mereka, dan bersikap hati-hati dalam
hal makanan, pakaian dan semua kondisi mereka. Mereka menjauhi
subhat, dan meninggalkan syahwat. Mereka puas dengan kecukupan dalam makanan,
bersedikit dalam hal yang mubah, zuhud terhadap yang halal, khawatir terhadap
hisab, takut terhadap hari yang di janjikan, sibuk dengan Tuhan mereka, dan
mencela diri mereka dengan tidak melibatkan orang lain. Setiap orang di antara
mereka mempunyai urusan yang cukup merepotkan mereka. Mereka adalah orang yang
mengerti tentang perkiraan akhirat dan situasi di hari kiamat, mengetahui
tentang keberlimpahan pahala dan kepedihan siksa. Itulah yang membuat mereka
senantiasa sedih dan gelisah, dan itu pula yang melupakan mereka dari urusan
dunia serta kenikmatannya.
Mereka telah menyebutkan beberapa
moralitas agama dan menetapkan beberapa batasan wara” yang membuat dada orang
sepertiku menjadi sempit. Sehingga tampaklah kepadaku keutamaan mereka dan jelaslah
bagiku kesetiaan mereka, dan aku pun yakin bahwa merekalah yang benar-benar
beramal untuk jalan akhirat dan meneladani Rasulullah saw. Akhirnya aku menjadi
tertarik kepada madzab mereka demi mencari manfaat dari mereka, menerima etika
mereka dan ingin mengikuti mereka. Maka Allah SWT. Pun membukakan untuk ku
suatu ilmu yang telah jelas di hadapan ku akan bukti-buktinya. Dia Anugerah-Nya
telah menerangiku dan akupun berharap keselamatan bagi mereka yang mendekatinya
atau bergabung dengannya. Aku meyakini pertolongan bagi orang-orang
yang mengamalkannya dan melihat kejanggalan pada orang yang menyalahinya.
Aku melihat karat bertumpuk menutupi hati orang yang tidak mau mengerti dan
mengingkarinya. Dan aku melihat hujah yang besar bagi orang yang memahaminya.
Akhirnya aku berpendapat bahwa bergabug serta mengamalkan hukum-hukum-Nya
adalah wajib untuk ku. Aku yaknini itu di dalam hati, aku berniat dengan nurani
dan aku jadikan ia dasar untuk agama ku agar aku bangun di atasnya amal
perbuatan dan menguasai keadaan.
Aku memohon kepada Allah “Azza wa
jlla” semoga mengaruniakan kepada ku kesyukuran terhaap nikmat yang telah Dia
berikan kepada ku. Semoga Allah SWT memberiku kekuatan untuk melaksanakan
hukum-hukum Nya yang telah aku kenal, seiring dengan pengenalanku akan
keteledoran terhadap hal demikian, karena aku sadar bahwa aku tidak mempu
mencapai kesyukuran yang sempurna selama-lamanya.
NASIHAT KE – 1
Kebahagiaan Hamba
Tergantung pada Bobot Ketakwaannya Kepada Allah SWT.
Sahabat ku, mereka yang sering aku sebut sebagai penyandang
keutamaan dan ketakwaan telah lama terkubur di bawah lapisan tanah, dan di
antara akhlak mereka yang sedikit tersisa di permukaan bumi pun tersembunyi,
nyaris tidak dikenal. Kini aku akan menguraikan kepada kalian sebgaina di antara
ilmu yang telah dititipkan Allah SWT, kepada aku melalui tulisan ini. Aku
mendapati para juru nasihat--- semoga Rhmat serta Ridha Allah atas mereka---
bersepakan bahwa kebahagiaan hamba di dunia dan di akhirat tergantung pada
nilai ketakwaannya kepada Allah SWT. Dan ingatlah bahwa bukti utama ketakwaan
ialah bersikap Wara” ( ialah sikap yang menghindari perbuatan dosa, dan menahan
diri dari subhat dan maksiat), terhadap larangan-larangan Allah SWT,
melaksanakan hudud-Nya (Hukum-Nya); dan mensucikan hati dari segala yang tidak
disukai-Nya. Lalu aku juga mendapati mereka bersepakat bahwa perusak agama
adalah mereka yang lancang terhadap Allah SWT. Dan ketahuilah bahwa ciri
kelancangan itu adalah meninggalkan sikap wara” melampaui hudud- Allah SWT,
serta getol melakukan maksiat kepada-Nya. Semoga Allah melindungi kita semua
dari hal demikian.
NASIHAT KE – 2
Sesuatu Yang Tidak
Bisa Dicapai Seluruhnya Jangan Sampai Ditinggalkan Seluruhnya
Kawanku, aku
merenungkan kodisi kita pada masa sekarang. Lama aku berfikir, lalu aku
mendapatkan bahwa masa sekarang adalah masa-masa amat kompleks. Syariat-syariat
keimanan telah berganti, pakain-pakaian ke Islaman telah terlepas, ajaran-ajran
agama telah berubah, dinding-dinding hukum telah runtuh, serta kebenaran pu telah
menjadi hilang sehinga penghuninya terancam binasa, kebatilah merajalela serta
pengikutnya hari demi hari kian bertambah. Aku juga menemukan segala bentuk
fitnah semakin saling tumpang tindih sehingga membuat
bingung orang yang berakal, hawa nafsu kian dominan, dan musuhpun makin
leluasa. Jiwa-jiwa dengan kegandrungannya terhadap seklurisme tersandera oleh
nafsu syahwat yang bergelantungan; keinginan rendahnya ia perturutkan, dan
dunia lebih ia priorotaskan daripada akhirat. Kemudian, dengan kegemarannya
terhadap kedudukan dan kemegahan, ia sangat berambisi. Pemikirannya terhalang
oleh riya” sehingga butalah ia akan akhirat.
Nurani dan kondisi
pada masa kita memang jauh berbeda dengan nurani
serta keadaan para salaf pendahulu kita. Telah sampai kepada kita bahwa
sebagian sahabat berkata : “Seandainya salah seorang pendahulu kita yang salih
dibangkitkan kembali dari kuburnya, lalu melihat pembaca-pembaca Al Qur’an,
tentu tidak mau berbicara dengan mereka, dan akan berkata kepada semua orang,
“mereka itu tidak beriman kepada hari perhitungan”.” Hanya kepada Allah saja
aku mengeluhkan keadaan yang menimpa kita, berupa perubahan, pergantian dan
pertentangan dengan “akhbar”(1) (akhbar adalah bentuk jamak dari khabar,
yaitu berita-berita baik yang bersumber dari Al Qur’an maupun hadist.)
Tentang hal ini,
telah sampai kepada kita Sabda Rasulullah saw. Yang mengatakan, ’Akan datang pada umat ini suatu masa ketika orang yang berpegang
pada agamanya pada hari itu bagaikan menggenggam bara api”, (2) (Hadis diriwayatkan
oleh Ahmad dan Tirmidzi. Juga Sabda Beliau
yang berbunyi : “Orang yang tetap berpegang pada Sunnah
pada saat terjadi kerusakan moralitas manusia, akan mendapat pahala seratus
orang syahid.” (3) Hadis ini dikeluarkan oleh Al Bazzar, sedang Thabrani meriwayatkannya
dengan lafal “Khamsina Syahida”. Hingga manakala aku
menyadari bahwa bahaya benar-benar telah mengancam batas-batas agama, segala
macam bentuk fitnah telah mengepung kita, sedang hawa nafsu di lingkungan kita
benar-benar dipuja dan diperturutkan, aku pun sangat mengkhawatirkan bahwa
agama akan tercabut secara keseluruhan. Sebab telah sampai kepada kita, hanya
Allah yang lebih tahu, bahwa “Akan terjadi seseorang tercabut keimanannya
sedang ia tidak menyadarinya”, Dan ada kalanya
seseorang keluar dari rumahnya bersama agamanya, namun ketika pulang ia tidak
lagi membawa serta agamanya sedikit pun. (4) (Hadis ini dikeluarkan oleh Ibn
Abi’Ashim dalam bab tentang Zuhud dengan redaksi sedikit berbeda.
Prihatin terhadap hal
demikian, aku berpandangan, sangat urgen bagi kita untuk berpedoan kepada satu
di antara dua hal, yaitu : Bla kita tidak termasuk di antara
orang-orang yang melaksanakan perintah Allah secara keseluruhan (utuh), tidak
seharusnya kita mengabaikan apa-apa yang diperintahkan Allah kepada kita,
sehingga kita akan menjadi binasa selama-lamanya. Ingat, mawas dirilah kepada Allah SWT.
Sahabatku, janganlah
kalian menarik dirimu dari kebajikan seluruhnya, janganlah pula menganggap
ringan perintah Allah seluruhnya, serta janganlah bersikap terang-terangan
terhadap Allah dengan perilaku yang bertolak belakang dengan kehendak-Nya.
Berpeganglah, meski sedikit saja di antara yang banyak, pada apa yang
diwajibkan kepada kalian sekalipun ada alasan untuk meninggalkan sedikit di
antara Perintah-Nya, tapi lakukanlah itu untuk menutupi kekurangan. Memang
sebagian kejahatan lebih ringan bobotnya daripada yang lain, dan sedikit saja
yang dipertahankan jauh lebih baik daripada hilang secara keseluruhan. Karena,
telah sampai kepada kita bahwa Rasul saw. Berkata kepada para sahabat-nya : “Akan datang setelah kalian suatu golongan, jika mereka berpegang
pada sepersepuluh dari apa yang diberikan kepada kalian, mereka selamat.” (5).
Hadis ini gharib, diriwayatkan oleh Tirmidzi. Ingat dan renungilah apa yang telah au katakan kepada
kalian. Di sini aku hanya meringkas yang penting untuk disamppaikan, dan aku
takut kepada kebinasaan bila menyia-nyiakannya. Aku berharap ampunan dari Yang
Maha Mulia melalui Kemurahan-Nya.
NASIHAT KE - 3
Pangkal Bencana
adalah Cinta Dunia
Sahabatku, aku
mendapatkan bahwa yang menjadi pangkal setiap yang bertentangan dengan akhirat,
dan yang menjadi sasaran empuk dari tipu daya setan untuk merusak umat dan
menyia-nyiakan batas-batas hukum agama, aku temukan hal itu terletak pada kecinntaan
terhadap dunia, kehormatan, serta kedudukannya. Ia merupakan pangkal bencana
dan muara dari setiap kesalahan. Lalu, bermula dari sinilah para hamba
mengabaikan hak-hak Allah dan menelantarkan humkum-hukum-Nya, berupa perintah
Shalat, puasa, zakat serta seluruh kewajiban lainnya. Akibat cinta pada harta
dan kemegahan, mereka berlumur dengan hal-hal yang haram dan dosa, dan
merekapun menganggap remeh sebagian besar perintah Allah dan larangan-Nya. Oleh
karena itu, mereka berani terang-terangan di hadapan Allah dalam melakukan
penyimpangan, berani terus-menerus melakukan perbuatan dosa besar, serta berani
berbuat aniaya terhadap diri sendiri, sedang mereka tidak merasakan. Padahal,
sesungguhnya Rasulullah saw. Telah memperingatkan mereka akan ftnah dunia.
Telah sampai kepada kita bahwa Rasululullah saw. Bersabda : “Akan datang
kepada kalian sepeninggalku, sebuah dunia yang bakal menelan iman kamu,
sebagaiana api menghanguskan kayu bakar”, Dalam hadis lain
Rasulullah saw. Mengatakan : “Senantiasa Tuhan ku berpaling dari dunia, dan
dari orang yang diperdaya serta merasa tenang kepadanya, sejak dunia itu
diciptakan smpai hari kiamat.” Dan “Celakalah orang-orang yang memperbanyak harta kecuali orang yang
berkata dengannya tentang hamba-hamba Allah demikian dan demikian dari arah
kiri dan kanannya, tapi mereka itu hanya sedikit.”
Telah sampai kepada kita bahwa Allah SWT. Mewahyukan kepada Musa
as. : “Wahai Musa, jangan sekali-kali engkau cenderung kepada cinta dunia,
agar engkau tidak datang kepada-Ku dengan membawa dosa-dosa yang sangat
menyulitkanmu.” Juga telah
sampai kepada kita bahwa Isa as. Berkata : “ Wahai pengikutku!
Kekayaan itu memang kesenangan di dunia, tetapi kecelakaan di akhirat.Benar, bahwa
orang-orang kaya merupakan tempat orang-orang mengambil muka di dunia, tetapi
mereka akan diinjak-injak dengan kaki mereka di akhirat, dari depan dan dari
punggung. Maka dengan kebenaran aku berkata kepada kalian : “Orang-orang kaya itu tidak akan memasuki alam kerajaan langit.” Salah seorang salaf berkata : “Aku jatuh dari atas gedung lalu
tulangku patah, itu lebih aku sukai daripada bergaul dengan orang kaya.” Ia juga mengatakan, Kekayaan di dunia
merupakan kemuliaan, tetapi di akhirat merupakan kehinaan, dan orang kaya akan
monyong mulutnya dan akan mengalir air liurnya” Rasul saw. Pernah ditanya oleh seseorang : “Siapa di antara umat Mu yang jahat?Beilau saw. Menjawab
: “Orang-orang kaya.”
Celakalah engkau
wahai pemuja dunia! Tidakkah pernah sampai kepadamu berita tentang Musa as.
Yang melewati seseorang yang sedang menangis dan ketia ia pulang orang itu
masih menangis juga, beliau lantas berujar : “Ya Tuha, seorang
hamba Mu menangis karena takut kepada Mu,” Tuhan berkata : “Wahai Putra Imran, andai orang itu meninggalkan otaknya bersama
air matanya lalu memohon seraya mengangkat kedua tangannya sampai keduanya
berjatuhan niscaya tidak Aku ampuni dia, karena dia mencintai dunia.” Firman AllahSWT. Dalam Surat Hud ayat 15 – 16 yang tafsirnya : “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan
sempurna dan di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang mereka
usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang mereka telah kerjakan.” Demikianlah keadaan orang yang mencintai dunia, semoga Allah SWT.
Melindungi kita sekalian dari kecintaan kepadanya.
Sahabatku!
Ketahuilah, bahwa baik dan rusaknya umat tergantung pada baik dan rusaknya
ulamanya. Dan di antara ulama itu ada yang menjadi rahmat bagi umat, sehingga
berbahagialah bagi siapa yang mengikuti mereka. Namun di antara mereka ada pula
yang menjadi fitnah bagi umat sehingga celakalah orang yang akrab dengan mereka.
Seorang yang berilmu, bila ia beramal berdasarkan ridha dari Allah SWT. Lebih
mengutamakan akhirat daripada dunia, tentu mereka itulah yang berhak menjadi
Khalifah (wakil) pra Rasul as.; menjadi juru nasihat bagi hamba-hamba dan juru
penerang ke jalan Allah SWT. Mereka adalah teman-teman para Nabi di atas mimbar
cahaya dalam perhiasan dan berpakaian, mereka dimuliakan dan digembirakan, lalu
terhadap semua keluarga, baik yang terdekat maupun yang terjauh, mereka berikan
syafaat, karena ketika dibangkitkan, semua makhluk masing-msing menjadi sibuk.
Maka merekalah yang menjadi rahmat Allah atas umat serta berkah-Nya atas
mereka. Mereka menyeru kepada jalan kemenangan sehinga menjadi berbahagialah
orang yang menyambut seruan mereka, dan memperoleh kemenangan orang meneladani
mereka, dan tentu saja bbagi mereka pula pahala yang sepurna plus pahala orang
yang mengikuti ajakan mereka. Terdapat beberapa riwayat yang melukiskan keadaan
mereka, salah satu diantaranya ialah ucapan salah seorang tokoh tentang tafisr
ayat berikut : Siapakah yang lebih baik perkatannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang salih dan
berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang bererah diri” (Fushshilat
: 33), Ia berkata : Ini adalah kekasih Allah, wali-Nya, hasil seleksi-Nya dan
pilihan-Nya.Orang ini adalah yang paling dicintai Allah di antara penghuni
bumi. Ia menyambut seruan Allah dan mengajak orang untuk menyambut seruan itu.
Dan ia beramal salih dalam menyambut seruan itu seraya berkata : “Aku
termasuk orang-orang muslim”.
Inilah khalifah
Allah, wahai kaum! Dan ulama semacam inilah yang patut kau teladani dan kau
ikuti jejaknya, mudah-mudahan engkau endapatkan kebahagiaan serta kemenangan.
Hanya saja sebagian yang lain di antara mereka masih relah terhadap
dunia sebagai ganti dari akhirat. Mereka lebih mengutamakan dunia di sisi Allah
mereka sangat gemar mengumpulkannya, serta berambisi untuk memperoleh kedudukan
padanya. Ulama semacam ini lah yang senang diikuti oleh sebagian besar manusia
sehingga banyak sekali di kalangan umat yang mendapat fitnah atas umat.
Mereka meninggalkan
nasihat kepada manusia agar mereka tidak dijelek-jelekkan di tengah-tengah
masyarakat. Celakalah mereka! Bagaimana mereka akan mendapatkan kebaikan di
bawah ancaman dari Allah Azza wa Jalla kepada mereka? Di samping itu mereka
telah menjual ilmu dengan harga yang murah. Sungguh, mereka itu merugi, dan
alangkah jeleknya apa yang mereka perdagangkan itu, karena selain harus memikul
dosa sendiri, ia juga harus menanggung dosa orang-orang yang mengikuti mereka,
sehingga semuanya binasa dan menyebabkan binasa. Mereka itulah wakil setan,
kaki tangan iblis, semoga Allah tidak memperbanyak orang seperti mereka di
kalangan umat manusia. Sesungguhnya Rasulullah saw. Telah memperingatkan tentang
fitnah yang ditimbulkan oleh ulama yang lebih mempriorotaskan dunia. Telah
sampai kepada kita bahwa beliau saw. Bersabda : “Para fuqaha (ulama) itu
pengemban amanat para Rasul selama mereka tidak menceburkan diri ke dalam
urusan dunia, dan apabila mereka berbuat demikian, ragukanlah keberagamaan
mereka”.
Beliau saw. Juga
bersabda : Senantiasa umat ini berada di bawah tangan Allah dan di bawah
lindungan-Nya selama para pembaca Al Qur’an tidak manut kepada para pejabatnya,
selama orang-orang pilihan tidak memberikan restu kepada orang-orang jahatnya,
dan selama orang-orang baik tidak mengisitimewakan orang-orang bejatnya.
Tetapi, bila mereka melakukan itu, niscaya Allah akan mengangkat tangan-Nya dan
menguasakan atas mereka orang-orang yang kejam yang bakal menindas mereka
dengan seburuk-buruk siksaan.”
Beliau bersabda lagi
: “Tidak terjadi kiamat sampai orang-orang terpercaya berkhianat dan para
pembaca Al Qur’an menjadi fasik, mereka dihantam badai fitnah dan diliputi
kegelapan sehingga mereka menjadi bingung seperti bingungnya orang-orang Yahudi
di dalam gulita.” Ada yang bertanya
kepada Rasulullah saw. : “Wahai Rasul! Manusia manakah yang paling buruk?
Beliau saw. Menjawab : “Ya Allah, berilah ampunan, seburuk-buruk umatku
ialah ulama yang buruk.” Akan datang kepada manusia suatu masa dimana
masjid-masjid ramai tetapi kosong dari petunjuk. Hal demikian terjadi karena
ternyata ulama mereka adalah seburuk buruk orang yang dinaungi oleh langit.” Juga telah sampai pula kepada kita bahwa Allah SWT mewahyukan
kepada Daud a. : Janganlah engkau musyawarahkan urusan mu dengan orang alim
yang dimabukan oleh cinta kepada dunia, karena ia akan menjatuhkanmu dengan
kemabukannya dari jalan kecintaan. Mereka itu adalah perampok-perampok atas
hamba-hamba yang menginginkan-Ku.” Seorang ahli ilmua berkata : “Orang yang
ditambah oleh Allah ilmunya tapi bertambah pula cintanya kepada dunia, niscaya
tidak bertambah dekat jaraknya kepada Allah kecuali kian menjauh.
Sebagian ahli ilmu
menyebutkan tentang pergaulan dengan para ulama. Ia berkata : “Jika engkau mau, di dalam pergaulan dengan sebagian
mereka terdapat fitnah, yaitu bila di antara mereka terperdaya oleh dunia,
menggemarinya dan berambisi untuk mendapatkannya. Di dalam bergaul dengan mereka terdapat fitnah yang bakal menambah
kebodohan orang yang bodoh, meningkatkan kebejatan orang yang bejat, serta
merusak hari orang yang beriman.” Kemudian ia berkata
lagi : Ulama yang buruk itu duduk-duduk di
tengah jalan menuju akhirat, dan mereka menghalang-halangi hamba-hamba dari
perjalanan menuju Allah SWT. Lalu ahli ilmu itu
pun menangis.
Telah sampai kepada
kita bahwa Isa as. Berkata : “Ulama yang buruk berpuasa dan
melaksanakan shalat, tetapi tidak mengerjakan apa yang dianjurkan kepada
mereka. Mereka belajr tetapi tidak mengamalkannya. Amat jelek apa yang mereka
putuskan, mereka bertobat hanya melalui kata-kata serta angan-angan, dan mereka
berbuat pun dengan hawa nafsu. Kamu tiak membutuhkan mereka untuk membersihkan
kotoran dari kulit dan hatimu. Dengan kebenaran aku
berkata kepada kamu : “Jangan menjadi seperti ampas yang disaring di mana
hikmah mengalir dari mulut-mulut kamu tapi masih tersisa kedengkian di dalam
dada kamu.
Wahai pemuja dunia!
Bagaimana bisa mendapatkan akhirat orang yang tidak pernah padam api syahwatnya
terhadap dunia? Tidak pernah putus keinginan dirinya?
Dengan sebenarnya aku berkata : Hatimu menangis karena perbuatanmu, kalian
menaruh dunia di bawah lidah dan meletakkan ilmu di bawah telapak kaki. Dengan
sebenarnya aku mengatakan, kalian telah merusak akhirat kalian. Ternyata
kebaikan dunia lebih kau sukai daripada kebaikan akhirat, maka siapa yang lebih
merugi dari pada kamu jika kamu mengetahui! Celakalah kalian! Sampai kapan
kalian tetap menghalangi orang-orang berjalan menuju cahaya, dan sampai kapan
kalian berdiam di peukiman orang-orang yang bingung seakan-akan kalian
menyerukan kepada penghuni dunia agar membiarkan dunia ini untuk kalian.
Celakalah kalian! Apa gunanya untuk sebuah rumah yang gelap jikalau lampu
penerang diletakan di atasnya, sedang di dalamnya sepi dan gelap? Maka,
demikian pula, tidak berguna cahaya ilmu yang berada di mulut-mulut kalian,
sedangkan di dalam diri kalian terasa kosong, gelap dan hampa. Wahai pemuja
dunia! Tidak maukah kalian menjadi ulama yang mengamalkan ilmunya, menjadi
hamba yang bertakwa, dan menjadi orang merdeka yang dimuliakan. Hampir-hampir
dunia mencabut kamu dari akar-akarmu lalu ditutupkan kepada muka-mukamu,
kemudian kamu ditelungkupkan dan kesalahan-kesalahan mu ditarik dari ubun-ubun
kemudian kamu didorong dari belakang untuk diserahkan kepada Sang Raja di Hari
Pembalasan dalam keadaan telanjang dan sendiri-sendiri. Lalu Raja itu
memberhentikan kamu dan mendirikan kamu dalam keadaan terbuka aurat. Dan
akhirnya kamu diberi balasan atas buruknya seluruh perbuatan kamu.
Sahabatku! Mereka
adalah ulama-ulama jahat alias setan-setan dalam rupa manusia; mereka menjadi
fitnah bagi masyarakat; mereka sangat menggemari harta benda dunia serta
kedudukannya; mereka lebih mengutamakannya daripada akhirat; dan mereka pun
merendahkan agama terhadap dunia. Selagi di dunia mereka sudah tercela,
sedangkan di akhirat kelek, mereka merugi; atau Tuhan Maha Mulia akan
memberikan ampunan melalui Kemurahan-Nya.
Aku melihat orang
yang celaka, yang merugi, yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat, bahwa
kesenangannya bercampur dengan hal-hal yang menyusahkan dirinya. Mulai dari
bermacam-macam bentuk kegelisahan dan kemaksiatan sampai dengan kepada
kerusakan dan kebinasaan di akhir perjalanan hidupnya. Kegembiraan yang dulu
pernah dimilikinya kembali menjauhinya, tidak lagi tersisa untuk dirinya bagian
dari dunianya. Dan ia pun tidak bisa diselamatkan oleh agamanya, bahkan ia
memperoleh kerugian ganda di dunia dan akhirat akibat kegandrungannya kepada
dunia sedang ia tidak pernah mengetahui apa yang telah ditentukan untuk
dirinya, dan itulah bentuk kerugian yang nyata! Alangkah buruknya musibah itu,
dan alangkah besarnya bencananya! Karena itulah mawas dirilah kepada Allah.
Sahabatku! Janganlah
kamu diperdaya oleh setan dan wakil-wakilnya di antara manusia hanya karena
alasan yang lemah di sisi Allah SWT. Sesungguhnya mereka itu rakus terhadap
dunia lalu mencari-cari alasan untuk diri mereka.
Mereka menduga bahwa
sahabat-sahabat Rasul saw. Juga memiliki harta yang banyak sehingga orang-orang
terperdaya itu berlindug di balik kisah mereka tentang para sahabat supaya
orang lain mentolerir usaha mereka dalam menumpuk harta. Padahal setan telah
menimpakan bala atas mereka, sedang mereka tidak menyadadri!
Celakalah dirimu
wahai orang-orang yang telah terkena fitnah! Sesungguhnya dalihmu
mengatasnamakan harta Abdurahman bin ‘Auf itu merupakan jebakan setan yang
bertutur melalui lidahmu agar dirimu celaka! Sebab, ketika engkau menyangka
bahwa sahabat-sahabat pilihan itu menghendaki harta untuk kemewahan, kemuliaan
dan perhiasan, sungguh engkau telah berbagi ghibah kepada mereka serta berani
mengkaitkan mereka dengan perkara yang besar. Juga ketika engkau mengira bahwa
mengumpulkan harta yang halal itu lebih baik dan lebih utama daripada
meninggalkannya, sungguh dirimu telah melecehkan Nabi Muhammad saw. Dan para
Rasul. Engkau anggap mereka itu sedikit kemauan serta bersikap zuhud terhadap
kebaikan yang engkau gandrungi beserta teman-teman mu. Engkau hubungkan mereka
dengan kebodohan karena tidak meu mengumpulkan harta seperti yang engkau
lakukan.
Demikian pula ketika
engkau mengira bahwa mengumpulkan harta yang halal itu lebih baik daripada
meninggalkannya, berarti engkau menganggap Rasulullah saw. Tidak memberikan
nasihat kepada umatnya karena telah melarang mereka dari mengumpulkan harta,
padahal ia tau bahwa hal itu baik untuk mereka. Sungguh engkau telah menipu
mereka dengan prasangka itu, pada saat Beliau melarang mereka mengumpulkan
harta. Demi Tuhan langit, engkau telah mendustakan Rasulullah saw. Padahal
sesungguhnya, bagi umatnya, beliau adalah juru nasihat; beliau prihatin atas
nasib mereka.
Baiklah, ketika
engkau mengira bahwa mengumpulkan harta halal itu adalah lebih baik dan lebih
utama daripada meninggalkannya, sesungguhnya engkau telah menganggap bahwa
Allah SWT. Tidak memperhatikan hamba-hamba-Nya, karena telah melarang mereka
mengumpulkan harta padahal dia tau bahwa mengumpulkan harta halal itu lebih
baik daripada meninggalkannya. Sungguh engkau mengira bahwa Allah SWT. Tidak
mengetahui bahwa keutamaan dan kebaikan ini terletak pada mengumpulkan harta
karena telah melarang memperbanyaknya. Seakan-akan dirimu lebih mengetahui
tempat-tempat kebaikan dan keutaaan darupada Tuhanmu. Maha Suci Tuhan dari
kebodohanmu itu!.
Wahai orang yang
terfitnah! Sesungguhnya dirimu dijerumuskan oleh setan ketika ia memperindah
dalihmu dengan harta sahabat. Celakalah dirimu! Tidak ada gunanya bagimu
beralasan dengan harta “Abdurrahman ra. Itu, karena beliau sendiri menginginkan
pada hari kiamat agar dia diberi bagian dari dunia sekedar untuk kebutuhan
makanan hariannya saja. Rasulullah saw. Berssabda : Tidak seorang pun di antara manusia pada hari kiamat kelak, yang
kaya dan miskin, melainkan ia menginginkan supaya diberi bagian dari dunia
sekedar untuk makanan harian saja.”
Telah sampai kepdaku
bahwa ketika ‘Abdurrahman meninggal dunia, beberapa sahabat Rasul berkata :
“Kami mengkhawatirkan ‘Abdurrhman pada harta yang ditinggalkannya.” Ka’ab
berkata : “Subhanallah! Apa yang kalian takutkan terhadap ‘Abduurahman? Dia
berusaha dengan cara baik dan menafkahkannya juga dengan baik.” Lalu hal itu
terdengar oleh Abu Dzarr, dan ia pun keluar dala keadaan marah untuk menemui
Ka’ab. Di tengah jalan ia melewati tulang rahang binatang, maka tulang itu pun
diambilnya dan ia melanjutkan usaha mencari Ka’ab.
Ada yang membisiki
Ka’ab bahwa ‘Abu Dzarr mencarinya. Maka larilah Ka’ab ke tempat ‘Utsman bin
Affan, untuk mencari perlindungan dan menceritakan kepadanya tentang apa yang
telah terjadi. Abu Dzarr pun terus mencarinya hingga sampai juga ke rumah
Utsman Bin Affan. Tak kala Abu Dzarr masuk ke dalam rumah, berdirilah Ka’ab
berlindung di balik Utsman bin Affan karena ketakutan. Lalu Abu Dzarr berkata
kepadanya : “Wahai putera yahudi! Engkau kira tidak akan terjadi apa-apa dengan
harta yang ditinggalkan “Aburrahman!
Suatu hari Rasulullah
saw. Keluar dari Masjid Madinah menuju Uhud dan aku bersamanya, beliau berkata
: “Wahai Abu Dzarr.” Aku menjawab : “Labaika ya Rasulullah. Orang yang banyak
harta adalah orang yang paling miskin di akhirat kelak kecuali orang yang
berkata demikian dan demikian dari arah kanan dan kiri, depan dan belakangnya,
tapi mereka itu hanya sedikit.” Kemudian beliau berkata : “Wahai Abudzarr!” Aku
menjawab : “Ya, ya Rasulullah.” Beliau melanjutkan : “Tidaklah menyenangkan
bagiku andai aku memiliki emas sebessar gunung Uhud, yang aku nafkahkan di
jalan Allah, lalu aku mati sedangkan pada saat aku mati itu aku masih menyimpan
dua qirath.” Kemudian beliau menyambung lagi : “ Wahai Abu Dzarr! Engkau mau
yang lebih banyak sedangkan aku mau yang lebih sedikit.” Rasulullah saw.
Menginginkan ini sedangkan dirimu, wahai putera Yahudi, bilang tidak apa dengan
harta ‘Abdurrahman. Engkau telah berdusta dan berdusta pula orang yang mengucapkan
ucapan seperti ini.” Tidak hilang rasa takut Ka’ab sampai Abu Dzarr pergi.
Telah sampai kepada
kami cerita tentang Abdurrahman bin ‘Auf, ketika ia kedatangan rombongan
kafilah membawa barang-barang miliknya dari Yaman, sehingga seisi kota Madinah
pun menjadi gempar. A’isyah ra. Bertanya : “Apa yang terjadi? Lalu dikatakan
kepadanya bahwa rombongan kafilah ‘Abdurrahman telah tiba di Madinah. Spontan
ia mengucapkan : “Benarlah Allah dan Rasul-Nya.” Hal ini sampai kepada
‘Abdurrahman, lalu ia pun bergegas mendatangi A’isyah dan bertanya kepadanya.
A’isyah menjawab : “ Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda : “Aku melihat
surga dan aku melihat orang-orang miskin dari golongan Muhajirin. Orang-orang
Muslim pun memasuki dengan bergegas namun aku tidak melihat seorangpun di
antara orang-orang kaya yang memasukinya kecuali dengan cara merangkak.
Mendengar itu, ‘Abdurrahman lantas berujar : “ Aku menjadikan Allah sebagai
saksi bahwa sluruh kafilah ini berikut barang-barangnya untuk jalan Allah,
sedangkan seluruh budak-budaknya merdeka, semoga aku memasukinya bersama mereka
dengan bergegas.”
Telah sampai kepada
kami bahwa Rasulullah saw. Pernah berkata kepada
‘Abdurrahman bin Auf, “Adapun dirimu adalah orang pertama masuk surga diantara
orang-orang kaya dari umat ku, dan hampir saja engkau tidak memasukinya kecuali
dengan cara merangkak.
Celakalah dirimu
wahai orang yang terperdaya! Apakah alasanmu tentang harta, padahal
‘Abdurrahman bin ‘Auf dengan keutamaannya, ketakwaannya, perbuatan makrufnya,
pengeluarannya di jalan Allah, perssahabatannya dengan Rasulullah saw. Dan
berita gembiranya bahwa ia akan masuk surga, tetapi ia harus bertahan lebih
dahulu di padang mahsyar, di tengah situasi yang sangat mencekam, hanya
gara-gara harta yang ia peroleh secara halal demi untuk menjaga kesucian
dirinya; untuk erbuatan makrufnya, untuk nafkahnya yang tidak pernah
berlebih-lebihan, untuk pengeluarannya di jalan Allah secara sukarela. Hanya
karena ini terpaksa ia tidak bisa bergegas menuju surga bersama orang-orang
miskin dari golongan Muhajirin. Kelak ia hanya bisa beringsut-ingsut jauh di
belakang mereka. Nah, bagaimmana menurut dugaanmu terhadap orang-orang semacam
kita yang senantiasa timbul tenggelam di dalam danau fitnah dunia?
Amat mengherankan
terhadap dirimu wahai orang yang terperdaya! Sementara anda yang bergumul dalam
kubangan syubhat dan haram, yang bersemangat dalam memungut kotoran-kotoran
manusia. Yang tidak memperdulikan apa yang didapatkan dala, usaha anda, yang
bergelimang dalam kesyubhatan, perhiasan dan kemegahan, yang terperangkap dalam
tipu daya dunia, masih saja sempat berdalih dengan ‘Abdurrahman bin ‘Auff dan
hartanya, sesungguhnya sahabt juga dulunya berbuat demikian. Seolah-olah anda
menganggap orang-orang salaf tersebut beserta tindakannya menjadi syubhat pula!
Celakalah dirimu, karena anggapan demikian termasuk analogi iblis juga termasuk
di antara fatwa-fatwanya yang ia bisikan kepada pengikut-pengikutnya.
Berikut aku akan
membeberkan kepada dirimu tentang keadaanmu yang sebenarnya dan keadaan para
salaf dahulu, agar engkau menyadari keburukanmu sekaligus akan mengerti tentang
keutamaan para sahabat dengan harta benda mereka, yang diinginkan untuk menjaga
kesucian dan dieluarkan pada jalan Allah. Mereka berusaha dengan cara yang
halal, memakan yang baik, mengeluarkan secara ekonomis, memprioritaskan
keuramaan, tidak pernah menahan hak orang lain darinya, dan tidak bersifat
kikir dengannya. Mereka berlaku dermawan dengan sebagian besar harta tersebut,
bahkan di antara mereka ada yang mendermakan seluruhnya. Terlebih lagi dalam
keadaan sulit, justru lebih mereka utamakan daripada diri mereka sendiri, Nah,
apakah demikian pula sikapmu? Demi Allah, sungguh dirimu sangat jauh dari
menyerupai mereka.
Sahabat-sahabat pilihan tersebut
lebih menyukai hidup dalam kemiskinan. Mereka aman dari rasa takut miskin;
dengan Allah dan ketentuan-Nya mereka bersuka cita; terhadap bala ...mereka
menerima; dalam kelapangan mereka bersyukur; dalam kesusahan mereka bersabar;
dalam senang mereka memuja; kepada Allah mereka tawadhu; terhadap kedudukan dan
kemegahan mereka bersikap wara’. Mereka tidak mencari dunia kecuali hanya
bagian yang diperbolehkan untuk mereka, dan merekapun merasa puas dengan
berkecukupan (sekedar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari)Mereka mengharapkan
dunia namun mereka rela menjadikannya sebagai pinjaman. Mereka memutuskan perkaranya
sekaligus. Mereka bersabar terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan darinya,
mereka menelan pahitnya, dan berlaku zuhud terhadap kenikmatan dan
kesenangannya. Maka, Demi Allah, apakah demikian sikapmu?
Telah ssampai kepda
kami bahwa bila dunia menghampiri mereka, mereka berduka seraya meratap, “Ini
merupakan sebuah dosa yang disegerakan pembalasannya.” Namun bila kemiskinan
yang mendera mereka, mereka mengucapkan : “Selamat datang simbul orang-orang saleh.”
Juga telah sampai
pula kepada kami, bahwa di antara mereka jika memasuki pagi hari dan mendapat
makanan di dalam keluarganya, ia lantas menjadi sedih dan murung. Namun jika
tidak mendapatkan apa-apa ia malah senang dan gembira. Padahal kebanyakan orang
tidak demikian. Bila mereka tidak mendapatkan sesuatu untuk keluarganya, mereka
bersedih. Sebaliknya, bila ada justru bergembira, dan engkau tidak demikian. Ia
menjawab : “Bila aku memasuki pagi hari sedang di keluargaku tidak memiliki
apa-apa, aku gembira karena dengan demikian aku memiliki kesempatan untuk
menjadikan Muhammad saw. Sebagai teladan. Tetapi apabila memasuki pagi, aku
mendapatkan sesuatu untuk keluarga, aku besedih, karena hari itu aku tidak
memperoleh kesempatan untuk menjadikan beliau sebagai teladan.
Berikut ini, telah
sampai pula kepada kami, bahwa bilamana berada dalam kemakmuran, mereka merasa
prihatin dan meratap, “Apa yang terjadi dengan kami di dunia ini? Dan apa yang
dimaui dengannya? Seolah-olah ketika itu mereka berada dalam suasana ketakutan.
Sebaliknya, bila
berada dalam keadaan serba kekurangan, mereka malah merasa senang dan berkata,
“ Sekarang Tuhan kami telah membuat perjanjian kepada kami.” Kemudian di antara
sebagian mereka ada pula yang berkata : “Hari yang menyenangkan hatiku,”
Seorang sahabat berkata : “Hari yang menyenangkan untuk ku adalah ketika ada
yang bilang bahwa tidak ada apa-apa di rumah, tidak ada dinar, tidak ada
dirham, juga tidak ada makanan, sebab bila Allah SWt. Menyukai seorang hamba,
ia akan mengujinya, “ Demikian keadaan dan sikap orang-orang terdahulu, padahal
sesungguhnya keutamaan mereka jauh dari sekedar yang telah kusebutkan tadi.
Maka, Demi Allah, demikiankah keadaanmu? Demi Allah, sungguh sangat jauh
kemiripanmu dengan mereka!
Lalu, sekarang aku akan membuka kedokmu
wahai orang yang terperdaya! Sungguh keadaanmu sangat bertolak belakang dengan
keadaan mereka, orang-orang salaf. Hal demikian terjadi karena engkau sering
melampaui batas ketika kaya, berlaku sombong ketika lapang, bersuka ria di kala
senang, lupa bersyukur terhadap nikmmat,frustasi di kala susah, benci bila
ditimpa bala, dan tidak bisa menerima ketentuan Tuhan.
Engkau membenti kefakiran dan menghindar dari kemiskinan, padahal keadann
tersebut merupakan kebanggaan orang-orang Muslim, sedangkan dirimu malah
menjauhinya.
Engkau sengaja
menumpuk harta karena takut miskin. Padahal perbuatan demikian, cerminan dari
buruk sangkamu kepada Allah dan kurang yakinmu kepada jaminan-Nya. Kiranya
cukuplah sikapmu itu sebagai dosa, terlebih lagi bila engkau menumpuk harta itu
untuk kesenangan, kemewahan, keinginan dan kenikmatan dunia. Rasulullah saw.
Bersabda : “Seburuk-buruk umatku, mereka yang
diberi makan dengan kemewahan, lalu tubuh mereka tumbuh darinya.
Seorang ahli ilmu
berkata : “Akan datang pada hari kiamat kelak sekelompok orang yang menuntut
kebaikan untuk mereka, lalu dikatakan kepada mereka : “Kamu telah menghabiskan
rezkimu dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang
dengannya .” (QS. Al-Ahqaf :20). Ternyata dirimu berada dalam kelalaian.
Engkau telah dicegah
untuk menadapatkan kenikmatan akhirat lantaran kenikmatan dunia, maka alangkah
besar penyesalan dan kecelakaan itu! Benar,
barangkali engkau mengumpulkan harta demi kemegahan, kebanggaan dan perhiasan
di dunia, padahal telah sampai kepada kami bahwa siapa yang mencari dunia untuk
bermegahan dan berbangga dengannya, kelak ia akan berjumpa dengan Allah, dan
Allah dalam keadaan marah kepadanya, sedangkan engkau tidak merasa terancam
dengna kemarahan Allah yang bakal menimpamu ketika menginginkan kemegahan dan kemewahan itu.
OK. Barangkali
menetap di dunia ini lebih engkau sukai daripada berpindah ke haribaan Allah
Azza wa Jalla, dan engkau tidak suka untuk bertemu dengan Allah, padahal Allah
lebih tidak suka untuk bertemu dengan mu. Engkau tetap berada dalam kelalaian,
bahkan barangkali engkau akan meratapi kehilangan kesempatan mu untuk meraih
mata benda di dunia itu \.
Rasulullah saw.
Bersabada : “Siapa yang menyesali dunia yang
luput darinya, ia mendekati api neraka sejauh seribu tahun perjalanan.” Nah, engkau sangat menyesali sesuatu yang luput darimu tanpa merasa terancam dengan kedekatanmu kepada siksaan
Allah SWT. Benar, barangkali engkau kadang-kadang harus keluar dari agama mu
demi untuk memenuhi keinginan duniawimu, lalu engkau bersuka cita terhadap
dunia yang menghampirimu dan hatimu pun senang kepadanya.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. Bersabda : Siapa yang menyukai dunia dan itu menyenangkannya, hilanglah
rasa takut akan akhirat dari hatinya.” Salah seorang Ulama
mengatakan : “Engkau akan diperhitungkan lantaran kesedihanmu, juga akan
diperhitungkan lantaran kegembiraan mu terhadap dunia tat kala engkau mampu
meraihnya.”
Siapa yang menyukai
dunia, dan hal itu menyenangkannya, tercabutlah kekhawatiran terhadap hari
akhirat dari hatinya. Egnkau bersukaria terhadap duniamu, sementara kau
lepaskan kekhawatiran terhadap Allah. Baik, barangkali kepandaianmu pada dunia
lebih berlipat daripada perhatianmu pada urusan akhirat; barangkali musibah
yang menimpamu karena maksiat lebih ringan menurutmu daripada musibah
berkurangnya dunia. Baik, barangkali kekhawatiran terhadap kehilangan harta
barangkali lebih belipat daripada kekhawatiranmu terhadap dosa. Barangkali
engkau mengeluarkan untuk orang lain sesuatu yang engkau kumpulkan dari kotoran
yang tercemar demi kedudukan dan kemuliaan dunia; Barangkali engkau rela
orang-orang lain menerima murka Allah agar berbuat baik kepadamu, menghargai
dan memuliakanmu. Celakalah dirimu! Seakan-akan penghinaan Allah terhadapmu pada
kari kiamat tidak berarti bagimu dibanding penghinaan manusia terhadapmu di
dunia. Barangkali engkau menyembunyikan keburukanmu di mata manusia dan engkau
tidak merasa terancam dengan pengetahuan Allah terhadap hal itu, seakan-akan
tercemarnya namamu di sisi Allah tidak berarti bagimu daripada tercemarnya
namamu di mata manusia; seakan-akan makhluk lebih tinggi nilainya di matamu
daripada Khaliq. Maha Suci Allah dari kebodohanmu.
Celakalah dirimu!
Masih ada sisa-sisa keburukan lainnya yang belum pernah disandang oleh dirimu
dan bagaimana engkau akan berkata di hadapan orang-orang yang berakal. Padahal
aib itu ada pada dirimu, dan dirimu berlumur dengan kotoran namun masih ingin berdalih dengan harta orang-orang yang
suci. \
Amatlah jauh
kemiripanmu dengan orang-orang salih terdahulu! Demi Allah sesungguhnya telah
sampai kepadaku bahwa mereka dalam hal yang di halalkan, lebih zuhud daripada
kamu dalam hal yang di haramkan. Sesuatu yang tidak apa-apa menurutmu,
merupakan bencana bagi mereka. Kesalahan kecil mereka pandang lebih besar
daripada kamu dalam memandang dosa besar. Sebaik-baik dan sehalal-halal harta
menurtmu adalah bagaikan yang subhat di antara harta mereka. Engkau prihatin
terhadap kejahatan sebagaimana mereka prihatin terhadap kebaikan mereka karena
khawatir tidak diterima. Puasamu bagaikan berbukanya mereka, kesungguhanmu
dalam beribadah bagaikan masa reses dan waktu tidur mereka, bahkan seluruh
kebaikanmu setara dengan satu dari kebaikan mereka.
Salah seorang sahabat
berkata : “Keuntungan para shiddiqin (Orang-orang yang benar dan jujur)
adalah sesuatu yang luput dari dunia mereka, sedangkan kebutuhan mereka adalah
sesuatu yang dijauhkan dari mereka, sedangkan kebutuhan mereka adalah adalah
sesuatu yang dijauhkan dari mereka di antara dunia. Maka siapa yang tidak
demikian keadaannya, tidaklah ia bersama mereka di dunia, apalagi di akhirat.” Subhanallah! Berapa jauh perbedaan antara dua golongan tersebut!
Golongan bersama sahabt pilihan yang mencari ke
dudukan di sisi Allah dan golongan bersama kalian dalam kelompok orang-orang
yang rendah. Semoga Allah Yang Maha Mulia memberikan ampunan dengan
Karunia-Nya.
Apabila engkau
mengira bahwa dirimu meneladani para sahabat dalam menumpuk harta untuk menjaga
kesucian dan mengeluarkannya di jalan Allah, coba renungkanlah terlebih dahulu
urusanmu itu! Celakalah dirimu, masih bisakah kita Ataukah engkau mengira bahwa
engkau berhati-hati dalam mencari yang halal sebagaimana yang mereka lakukan?
Padahal telah sampai ke padaku bahwa di antara sahabat ada yang mengatakan, “Kami meninggalkan tujuh puluh pintu dari yang halal karena
khawatir akan jatuh kepada salah satu pintu yang haram”. Saudara ku! Adakah kewaspaadaan seperti ini dalam dirimu? Tidak,
demi Tuhan Ka’bah, aku tidak mengira ada hal demikian pada dirimmu? Oleh karena
itu, yakinah bahwa mengumpulkan harta dengan tujuan untuk berbuat baik adalah
jebakan setan yang akan menggiringmu. Lantaran kebaikan itu, kepada usaha
syubhat yang berbaur padanya antara yang batil dan yang haram.”
Wahai orang-orang
yang terperdaya, tidakkah engkau mengetahi bahwa kekhawatiranmu akan tercebur
ke dalam syubhat lebih utama dan lebih mulia nilainya di sisi Allah daripada
berusaha dalam syubhat dan mengeluarkannya di jalan Allah dan di jalan
kebaikan.
Aku mendengar seorang
ahli ilmu berkata : “Engkau meninggalkan satu dirham
karena khawatir bahwa hal itu tidak halal, lebih baik bagimmu daripada engkau
bersedekah dengan seribu dinar dari barang yang syubhat, yaitu yang tidak
engkau ketahui apakah barang tersebut bagimu halal atau tidak.”
Kemudian, jika engkau
mengira bahwa dirimu adalah paling bertakwa dan paling Wara’ untuk terjerumus
ke dalam syubhat, dan engkau mengumpulkan harta halal berdasarkan dugaanmu
untuk dikeluarkan di jalan Allah, celakalah dirimu bia menduga demikian
sehingga merasa tidak akan diajukan untuk perhitungan (hisab). Karena
sesungghnya para sahabat pilihan sangat takut terhadap pertanyaan ketika hisab.
Telah sampai kepada
kami bahwa di antara mereka ada yang berkata : “Tidaklah
menggemberikan ku kalau aku mendapatkan hasil dari usahaku setiap hari sebanyak
seribu dinar dari barang yang halal, lalu aku nafkahkan dalam ketaatan kepada
Allah dan usaha tersebut tidak menghalangiku melakukan shlata jamaah!.” Orang-orang berkata, kenapa demikian, mudah-mudahan Allah
mengaisihimu? Ia menjawab : “Karena au tidak besa lepas dari
suaru maqam pada hari kiamat, sehingga Allah SWT. Bertanya : “Hambaku, darimana
usahamu ini dan di mana engkau nafkahkan?” Mereka itu
orang-orang yang bertakwa yang berada dalam meliu Islami yang utuh, sedangkan
barang yang halal tersedia buat mereka, tapi mereka meninggalkan harta karena
malu akan di hisab, sebab khawatir bahwa kebaikan harta mereka tidak bisa
menutupi keburukannya. Adapun dirimu saat ini berada di tengah-tengah sampah
umat, dan barang yang halal di masamu sangat langka, dan engkau memperebutkan
kotoran-kotoran, lalu engkau mengira bahwa dirimu mengumpulkan harta yang
halal! Celakalah dirimu! Di mana barang yang halal itu sehingga engkau bisa
mengumpulkannya?
Walaupun harta yang
halal tersedia di hadapanmu, namun apakah engkau tidak takut hatimu akan
berubah ketika telah menjadi kaya? Karena, telah sampai kepada kami, bahwa di
antara sahabt ada yang mendapatkan harta warisan yang halal, lalu ia
meniggalkannya sebab khawatir itu akan merusak hatinya. Maka apakah engkau
berkeyakinan bahwa hatimu lebih terpelihara daripada hati para sahabat sehingga
engkau tidak menyimpang sedikitpun dari kebenaran dalam urusan dan keadaanmu.
Maka jika engkau menduga demikian, sesungguhnya engkau telah berbaik sangka
terhadap nafsumu yang selalu menyruh kepada keburukan. Celakah dirimu! Aku di
sini hanya sekedar memberi nasihat.
Au berpandangan,
alangkah baiknya jika engkau merasa puas dengan berkecukupan dalam kebutuhan se
hari-hari dan engkau tidak mengumpulkan harta demi perbuatan baik sehingga
engkau tidak perlu diajukan pada hari hisab. Sebab telah sampai kepada kami,
bahwa Rasulullah saw. Bersabda :“Siapa yang diseldiki secara mendalam ketika hisab, ia
akan disiksa.” Tertulis dalam Kitab Ihya, sebuah
hadits yang berbunyi : “Seorang laki-laki dihadapkan pada kiamat, ia yang telah
mengumpulkan harta dengan cara yang haram dan mengeluarkannya pada jalan yang
haram pula, maka dikatakan , ‘Bahwa ia ke neraka. ‘Kemudian dihadapkan pula
seorang laki-laki yang mengumpulkan harta secara halal tapi ia memngeluarkannya
pada hal yang haram, maka dikatakan, ‘ Bahwa ia ke neraka, ‘Berikutnya
dihadapkan pula seorang laki-laki yang telah berusaha secara halal dan
mengeluarkannya pada jalan yang halal, maka dikatakan kepadanya ‘Berhenti dulu!
Barangkali lantaran mencari harta itu engkau melalikan sesuatu yang telah Aku
wajibkan kepadamu, pada shalat umpamanya, engkau tidak melaksanakannya tepat waktu,
atau sedikit engkau anggap remeh pada ruku, sujud dan wudhunya.
Laki-laki itu
menjawab : “Tidak, ya Tuhan, aku berusaha dengan baik dari yang halal dan
mengeluarkannya secara halal, juga tidak melengahkan sedikit pun di antara apa
yang Engkau wajibkan kepadaku. ‘Kemudian dikatakan lagi kepadanya, ‘Barangkali
engkau pernah menyoombongkan diri dengan kendaraan atau dengan pakaianmu, atau
apapun yang engkau merasa bangga dengannya, ‘Ia menjawab : “Ya Tuhan ku, aku
berusaha secara baik dari yang halal dan mengeluarkannya secara halal, tidak
melakukan apa yang Engkau wajibkan kepadaku, juga tidak menyombongkan diri atau
merasa bangga dengannya, ‘Lalu dikatakan lagi kepadanya, ‘Barangkali engkau
pernah menahan hak orang lain yang telah Aku suruh dirimu untuk memberikan
kepadanya baik dari kerabatmu, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan
orang-orang musafir, ‘Ia menjawab : “Tidak, ya Tuhanku, aku telah berusaha
secara baik dari yang halal dan mengeluarkannya secara halal, tidak melalaikan
sedikitpun di antara apa yang telah Engkau wajibkan kepadaku, tidak
menyombongkan diri dan tidak pula merasa bangga serta tidak menahan hak orang
lain yang telah engkau perintahkan kepadaku untuk memberikan kepadanya, ‘Lalu
orang-orang tadi di datangkan dan berdebat dengannya. Mereka berkata, ‘YA
Tuhanku, Engkau telah memberinya, menjadikannya kaya, menempatkannya di
tengah-tengah kami dan menyuruhnya untuk memberi kami. ‘Maka jika orang ini
benar-benar memberikan hak mereka, tidak melalaikan kewajibannya, tidak sombong
dan berbangga, akan dikatakan kepadanya, Tunggu dulu! Sekarang hadirkan
kesyukkuranmu terhadap satu nikmat yang telah aku karuniakan kepasamu, baik
dari makanan, minuman, tegukan atau kelezatan. ‘Dan laki-laki itu terus ssaja
ditanyai..” Nah, celakalah dirimu, siapa yang berani untuk diajukan dalam
sidang pengadilan seperti ini, dihujani pertanyaan bertubi-tubi kecuali orang
yang tertipu dan terperdaya sepertimu!.
Celakalah diirmu!
Interogasi seperti tadi diajukan kepada seseorang yang selalu konsisten dalam
mencari yang halal, yang selalu menunaikan hak-hak dengan
hartanya, dan senantiasa melaksanakan kewajiban sesuai dengan
batasan-batasannya, namun dia harus dihisab dengan hisab seperti itu. Lantas
bagaimana menurutmu orang-orang seperti kita yang senantiasa timbul tenggelam
dalam fitnah dunia; dalam lumpurnya; dalam syubhat dan perhiasannya. Celakalah
engkau, karena interogasi semacam inilah maka orang-orang bertakwa enggan
berurusan dengan dunia. Mereka merasa cukup dengan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, berusaha mengerjakan kebajikan yang lain tanpa perlu susah payah
mencari harta.
Maka hendaknya dirimu
menjadikan orang-orang pilihan tersebut sebagai teladan. Tetapi jika dirimu
merasa enggan untuk melakukan hal demikian dan tetap mengira bahwa engkau sudah
berada pada batas optimal dalam wara’ dan takwa, bahwa tidak mencari harta
kecualli dari barang yang halal dengan dugaanmu bahwa hal itu untuk menjaga
kesucian dan untuk pengeluaran di jalan Allah, engkau yakin bahwa sedikit pun
engkau tidak menegeluarkan harta halal kecuali dengan benar, juga hatimu
sedikitpun tidak berubah dari hal-hal yang disukai oleh Allah SWT. Dan tidak
membenci-Nya, baik secara rahasia maupun terang-terangan, bahkan selalu merasa
takut, dan jika memang demikian adanya dirimu, tetapi engkau pasti tidaklah
demikian, namun bagaimanapun keadaanyya yang penting engkau harus bersikap rela
terhadap berkecukupan dan berusaha menghindari pemilik harta bila mereka ingin
melibatkanmu. Lalu berusaha bergabung dengan rombongan pertama, yaitu rombongan
Muhammad saw. Tanpa perlu ada kekhawatiran bakal tertahan untuk diperhitungkan.
Tentulah mencari selamat atau celaka.
Telah sampai kepada
kami bahwa Rasulullah saw. Berssabda : “Para fakir miskin
dari golongan Muhajirin lebih dahulu masuk surga daripada orang-orang kaya di
antara mereka, selama lima puluh ribu tahun.” Beliau juga
mengatakan : “Adapun pemilik harta, mereka bakal
menemui kesulitan berupa penahanan, dan akan mengalami haus sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh Allah”. Hadis lain berbunyi : “Orang-orang miskin dari
kaum yang beriman memasuki surga sebelum orang-orang kaya, mereka
bersenang-senang dan memakan makanan, sedang yang lain masih merangkak dengan
lutut mereka, maka Allah SWT. Berkata : “Di sana ada orang-orang yang aku
kehendaki sebelum kamu, kalian adalah pemimmpin dan pejabat, maka, tunjukanlah
kepada Ku apa saja yang telah kalian perbuat dengan sesuatu yang telah Aku
berikan kepada kalian.” Salah seorang ahli imu berkata : “Tidaklah menggembirakanku walau aku memiliki Humran Ni’am
(kiasan untuk kenimkmatan yang besar), sedang aku tidak bisa bergabung dengan
rombongan pertama bersasma Muhammad saw. Dan
kelompoknya.
Wahai kaum yang mengkhawatirkan
hisab! Raihlah kesempatan bersama orang-orang yang ringan beban hisab-nya dalam
rombongan orang-orang Muslim, serta takutlah bila terlambat dan terpisah dengan rombongan Rasulullah saw. Sebagaimana takutnya orang-orang yang
bertakwa.
Diceritakan bahwa
seorang sahabat merasa haus lalu ia minta minum, maka didatangkanlah kepadanya
segelas air dan madu. Ketika ia mengambil air itu dan meneguknya, ia pun
terseduh kemudian menangis dan menangis. Lalu ia berusaha mengusap air mata
dari wajahnya dan hendak berbicara, tapi ia kembali menangis. Ketika
tangisannya kian menjadi-jadi seorang bertanya kepadanya, apakah tangisan itu
lantaran iar tadi? Ia menjawab : “Benar! Tat kala suatu hari aku duduk bersama
Rasulullah saw. Dan tidak ada orang lain bersama beliau ketika itu selain
diriku, beliau memertahankan dirinya dan berseru : “Menyingkirlah
dariku” Aku bertanya kepadanya : “Demi dirimu,
maka siapakah gerangan yang engkau ajak bicara? Beliau menjawab : “Itulah dunia yang tampil di depanku dengan corak dan
keindahannya, yang berkata kepadaku : Wahai Muhammad, raihlah aku! Maka aku
katakan kepadanya : “Menyingkirlah dariku!” Lalu ia berkata lagi :”Jika engkau
selamat dariku, wahai Muhammad, sesungguhnya tidak akan selamat dariku
orang-orang sesudahmu.
Wahai kaum,
orang-orang pilihan itu tidak menangis kecuali takut bila terputus hubungan
dengan Rasulullah saw. Hanya lantaran meminum air yang halal. maka celakalah
dirimu yang bergelimang dengan kenikmatan dan syahwat yang sulit untuk
dikatakan terbebas dari usaha haram dan syubhat, padahal engkau tidak merasa
khawatir akan terputus hubungan dengan Rasul saw. Alangkah bodohnya kebodohan
mu itu!
Sungguh malang nian
nasibmu, bila engkau tercecer dari rombongan Muhammad saw. Pada hari kiamat.
Pasti engkau akan menyaksikan suatu peristiwa dahsyat yang membuat malaikat dan
nabi-nabi bergidik melihatnya.
Bila engkau lengah
dari mengejar rombongan itu, pasti engkau akkan mengalami masa yang panjang
untuk menyusulnya. Bila engkau menghendaki harta yang berlimpah pasti engkau
akan mengalami sulitnya hisab. Bia engkau tiidak merasa puas dengan yang
sedikit pasti engkau mengalami masa penantian rintihan dan ratapan yang amat
panjang. Bila engkau rela dengan keadaan orang-orang yang tertinggal, pasti
engkau akan terputus hubungan dengan golongan kanan, dengan Rasul Tuhan Semesta
Alam, dan engkau akan sangat terlambat untuk menikmati karunia orang-orang yang
diberi kenikmatan,\. Dan bila engkau bersebarangan dengan sikap orang-orang
yang bertakwa, pasti engkau akan bersama orang-orang yang tertahan dalam
situasi yang mencekam di Hari Pembalasan.
Celakalah dirimu,
renungkanlah apa yang engkau dengar! Maka jika engkau mengira bahwa dirimu juga
seperti orang-orang salaf pilihan, merasa puas dengan sekedar bisa makan
sehari-hari, bersikap zuhud terhadap yang halal, menafkahkan harta benda lebih
engkau utamakan daripada diri sendiri, tidak khawatir akan kemiskinan, tidak
menumpuk harta untuk hari esok, tidak menyukai harta berlimpah dan dan
kekayaan, rela dalam kefakiran, gembira dengan yang sedikit dan kemiskinan,
senang dengan kerendahan dan kesederhanaan, benci kedudukan dan ketinggian,
engkau merasa kuat dalam urusanmu, dan tidak berubah dari petunjuk,
sesungguhnya engkau telah melakukan hisab terhadap dirimu di dunia. Engkau
telah menjalankan semua urusanmu sesuai dengan yang telah disetujui oleh
keridhaan ALLAH SWT. Engkau tidak akan ditahan untuk diinterogasi dan tidak
akan di hisab, dan orang sepertimu termasuk di antara orang-orang yang takwa.
Hanya saja engkau
masih berpikiran bahwa engkau mengumpulkan harta yang halal untuk pengeluaran
di jalan Allah. Maka, celaka dirimu, wahai orang yang terperdaya! Renungkanlah!
Permasalahanmu dan perbaikilah pandanganmu! Tidakkah engau mengetahui bahwa
menghindari kesibukan dengan harta serta mengosongkan hati untuk berzikir,
mengingat menyebut, berpikir dan merenung tentu lebih selamat untuk agama,
lebih memudahkan untuk hisab, lebih meringankan pertanyaan ketika diinterogasi,
lebih merasa aman dalam menghadapi dahsyatnya peristiwa kiamat, lebih
memperbanyak pahala dan lebih meninggikan nilaimmu di sisi Allah SWT, dalam
keadaan berlipat-lipat.
Salah seorang sahabt
berkata : “Andaikan seseorang di dalam sakunya memiliki sejulah uang dinar yang
diinfakannya, sedang yang lain berzikir kepada Allah SWT. Niscaya yang berzikir
itu lebih utama.”
Diceritakan bahwa
salah seorang ulama ditanya tentang orang yang mencari harta untuk dikeluarkan
dalam kebajikan, ia menjawab : “Meninggalkannya justru lebih baik.” Seorang
Tabi’in pilihan ditanya tentang dua orang, salah seorang di antaranya mencari
harta yang halal dan ia mendapatkannya, lalu dengannya ia menghubungkan tali
silaturrahmi dan diperuntukannya untuk dirinya, sedangkan yang lain menjauh
tidak mau mencarinya dan tidak mau menerimanya, maka yang mana di antara mereka
yang lebih utama? “Demi Allah, jauh sekali antara keduanya, yang menghindar
lebih utama, perbedaannya sama dengan antara timur dan barat,” Jawabnya.
Lebih baik bagimu
untuk menyerahkan dunia kepada orang yang mengejarnya. Sedangkan bagimu
sekarang adalah menjauhi kesibukan dengan harta supaya lebih menyegarkan untuk
tubuhmu, mengurangi kecapaianmu, menyenangkan untuk hidupmu, memuaskan hatimu,
mengurangi kegundahan dan kegelisahanmu. Maka atas dasar apa engkau
mengumpulkan harta kalau meninggalkannya dapat membuatmu lebih utama daripada
orang yang mengejarnya untuk tujuan kebajikan.
Benar, kesibukanmu
dengan mengingat Allah lebih utama untuk mu daripada mengeluarkan harta di
jalan-Nya, sehingga berkumpulah pada dirimu kesenangan dunia serta keselamatan
serta keutamaan di akhirat.
Baiklah, seandainya
mengumpulkan harta untuk kebajikan itu lebih utama daripada menjauhinya,
pastilah kami didahului oleh Nabi Muhammad saw. Terhadap keutamaan dan kebaikan
yang kamu kira terdapat dalam pencarian harta itu. Akan tetapi, Rasulullah saw.
Mengetahui betul bahwa ridha Allah SWT. Terletak pada sikap menghindari dunia,
maka dari itu jauhilah oleh mu.
Diceritakan dari
Rasulullah saw. Bahwa beliau bersabda : “Aku didatangi oleh
Jibril as. Yang membawa kunci perbendaharaan bumi. Maka demi dzat yang jiwa
Muhammad di tangan-Nya, aku tidak mengulurkan tangan kepadanya.” Dalam hal ini, seorang sahabt berkomentar, andaikata beliau
mengeahui bahwa di situ ada kebaikan, pastilah beliau saw. Mengulurkan
tangannya.
OK, andaikata dalam
pengumpulan harta itu terdapat keutamaan yang besar, pastilah demi keutamaan
akhlak engkau harus meneladani Nabi Muhammad saw. Karena dengannyalah Allah
memberinya petunjuk, sekaligus kau harus pula menerima pilihan beliau saw.
Untuk dirinya, yaitu menghindari dunia. Rasulullah saw. Bersabda : “Apalah bagiku dan bagi dunia, tidaklah aku dan dunia ini
melainkan seperti seorang musafir yang menunggangi kendaraannya lalu berteduh
di bawah sebatang pohon kemudian ia berangkat lagi meninggalkannya.”
Dalam sebuah doanya
beliau saw. Berkata : “Ya Allah hidupkanlah aku dalam
keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkan aku bersama
orang-orang miskin, janganlah engkau campurkan aku bersama orang-orang kaya.” Dan dalam doanya yang lain beliau saw. Berkata :”Ya Allah,
jadikanlah rezeki keluarga Muhammad sekedar memenuhi kebutuhan.”
Celakalah dirimu!
Apakah kalian mengira bahwa Muhammad saw, itu bodoh sehingga memilih alternatif
ini untuk dirinya? Tidak!!! Demi dzat yang telah memuliakannya dengan risalah,
tidaklah beliau memilih suatu alternatif ini untu dirinya, melainkan pada
perkara yang lebih utama dan lebih tinggi nilainya. Maka, ridhailah untuk
dirimu sesuatu yang diridhai oleh Nabi Muhammad sw. Jadikanlah Nabimu itu
sebagai teladan, dan berjalanlah di bawah panji-panjinya untuk mencapai surga
dengan segera.
Saudaraku,
renungkanlah apa yang kau dengar sarta yakinlah bahwa kebahagiaan dan
kemenangan terdapat dalam tindakan menghindari dunia. Sesungguhnya telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw.
Bersabda : “Sesungguhnya pemuka orang beriman di
surga adalah orang yang apabila ia makan siang, ia tidak bisa makan malam,
apabila ia mencari utang, ia tidak mendapatkan uang; ia tidak memiliki
kelebihan pakaian kecuali yang menutupi tubuhnya, dan ia tidak mampu untu
mencari sesuatu yang memperkayanya. Ia memasuki sore dalam keadaan demikian dan
memasuki pagi juga dalam keadaan demikian, ia selalu ridha kepada Tuhan-nya.
Mereka itulah orang-orang yang telah ddiberi nikmat oleh Allah dan golongan
para nabi, shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang salih. Maka alangkah
baiknya mereka sebagai teman-teman (QS. An-Nisa : 69).
Saudaraku,
renungkanlah apa yang engkau dengar dan yakinlah bahwa keburukan itu terkumpul
dalam perbuatan memperbanyak harta benda dunia.
Telah sampai kepada
kami bahwa Rasulullah saw. Berkata kepada Bilal ra. : “Jika engkau mampu berjumpa dengan Allah dalam keadaan miskin,
bukan dalam keadaan kaya maka lakukanlah.” Bilal berkata : “Bagaimana dengan
diriku wahai Rasulullah?” Beliau berkata : “Apa yang dirizkikan kepadamu jangan
disembunyikan dan apa yang diujikan atasmu jangan ditolak.” Bilal berkata lagi
: “Bagaimana dengan diriku terhadap hal demikian ya Rasulullah?” Beliau berkata
: “Atau engkau mau ke neraka?”.
Celakalah dirimu!
Jika engkau memahami apa yang engkau dengar, maka tiada lagi alasan bagimu
untuk mengumpulkan harta lebih dari sekedar kebutuhan sehingga dapat engkau
jadikan dalih di hadapan Allah. Sungguh, demi Allah, jadikanlah itu kesibukan!
Sampai kapan engkau masih tetap menumpuk-numpuk harta setelah adanya penjelasan
ini. Sesungguhnya telah ditolak pengakuanmu bahwa engkau menumpuk harta untuk
tujuan berderma dan kebaikan. Pasti engkau lakukan itu karena takut kemiskinan,
juga engkau lakukan demi kenikmatan, perhiasan, kemewahan, bermegahan,
keududukan, riya, kesombongan, penghargaan, sanjungan dan kemuliaan, lalu
engkau mengira bahwa usaha itu demi kebajikan. Sungguh maang nasibmu!
Hati-hatilah terhadap Allah SWT. Dan malulah dengan pengakuanmu wahai orang
yang terpeerdaya, karena sesungguhnya dirimu terjebak dalam fitnah dengan
mencintai dunia. Jadikanlah dirimu mengakui bahwa keutamaan, kebaikan, dan
ridha terhadap sekedar kebutuhan sehari-hari adalah dalam menghindari
kelebihan. Jadikanlah dirimu ketika mengumpulkan harta itu merasa tertipu lalu
mau mengakui kejahatanmu serta takut kepada hisab. Maka hal demikian itu lebih
selamat untukmu dan lebih dekat kepada maaf daripada mencari-cari alasan untuk
menumpuk-numpuk harta.
Saudaraku!
Renungkanllah apa yang engkau dengar, dan perhatikanlah diri sendiri melalui
akal sehatmu. Sesungguhnya keberuntungan untuk mu terdapat dalam menghindari
dunia, dan Allah tidak memerlukanmu, tetapi dirimulah yang sangat butuh kepada
Allah SWT.
Saudaraku! Ketahuilah
bahwa pada masa sahabat r.a .. harta yang halal banyak tersedia, namun mereka
adalah orang yang paling wara dan paling zuhud terhadap yang diperbolehkan
untuk mereka. Sedangkan pada masa kita sekarang, yang halal sudah langka, maka
bagaimana dengan kita untuk mendapatkan walau sekedar memenuhi kebutuhan dan
menutupi hajat? Adapun perbuatan dari menumpuk-numpuk harta pada zaman kita
sekarang, mudah-mudahan Allah SWT. Melindungi kita dari hal yang demikian.
Maka, mana ketakwaan kita seperti takwanya para sahabat, seperti wara’, zuhud,
dan kewaspadaan mereka? Mana nurani kita seumpama nurani dan kebaikan niat
mereka? Kita telah dijangkiti, demi Tuhan Langit, oleh berbagai macam penyakit
jiwa serta nafsu rendahnya, padahal dalam waktu dekat akan tiba waktu
menghadap. Maka, alangkah bahagianya orang yang ringan bebannya ketika mereka
mendahului; alangkah geisahnya orang yang berat bebannya keetika harus
tertahan; dan alangkah senangnya orang-orang yang bertakwa pada hari
dikumpulkan! Sedangkan duka cita yang panjang bagi orang yang bermewah-mewah
dan mencampur adukan. Aku telah meberikan nasihat kepada kalian jika mau
menerimanya, tapi sayang yang mau menerima nasihat ini hanya sedikit. Semoga
Allah memberikan taufik kepada kita sekalian untuk setiap kebaikan melalui
Rahmat-Nya.
NASIHAT KE - 4
Hendaklah Engkau Bersikap qana’ah dan tawadhu’
Sahabatku! Berikut
aku akan menyinggung sebuah bab yang cukup efektif untuk menutup pintu fitnah
dunia serta tipu dayanya, sekaligus akan mampu membukakan pintu akhirat dan
keberkahannnya, dan aku dapatkan hal itu pada sikap qana’ah dan tawadhu’, karena keduanya
merupakan lawan dari kemewahan dan kesombongan. Ini karena bila seorang hamba
rela terhadap sikap merendahnya di dunia, maka otomatis secara langsug ia telah
membuang sifat sombong dari hatinya. Tidak ada lagi ambisi untuk mengejar
keududkan dan kehormatan pada dirinya sehingga selamatlah ia dari fitnah dunia
beserta huru haranya. Lalu dia cukup bergembira dengan sikap tawadhunya di
dunia dan mendapat kemuliaan di sisi Allah swt. Demikian pula keadaanya bila si
hamba merasa puas dengan kebersahajaannya, tidak rakus untuk menumpuk harta
seperti rakusnya seekor anjing terhadap bangkai, ia merasa lapang dada di
dunia, sedikit dosa dalam agamanya; mau menerima rizki yang sedikit; dan Allah
pun ridha kepadanya dengan sedikit amalnya. Jadi, dengan sikap qana’ah itu ia
menyegarakan ketenangan hati di dunia serta
kebahagiaan dengan rahmat Allah di akhira.
Sahabatku! Ingat,
hendaklah engkau melakukan mawas diri kepada Allah SWT. Sahabatku, merasa
puaslah terhadap rizki yang mencukupi kebutuhan dan memenuhinya; tinggalkanlah
mencari kelebihan harta, yaitu pada sesuatu yang sesungguhnya tiada keperluan
bagimu. Sebab, telah sampai kepada kami bahwa kelebihan harta di sisi Allah SWT
adalah kotoran. Padda hari kiamat kelak akan didatangkan dunia itu lalu
dikatakan : “Pisahkanlah dari harta itu bagian
yang di tujukan untuk Allah, lalu lemparkanlah semua sisanya ke neraka.”
Juga telah sampai
kepada kami : “Dunia itu terkutuk dan terkutuk pula
isinya keculai zikir kepada Allah SWT serta semua sarana yang digunakan untuk
berzikir kepada Allah.” Rasulullah saw. Bersabda : “Biarkanlah dunia ini untuk pemujanya, karena orang yang mencari
dunia di luar kebutuhannnya akan dijemput kematiannya sedang ia tidak merasa.” Seorang sahabat juga mengatakan : “Seburuk-buruk
manusia ialah yang mengejar dunia di luar kebutuhannya. Wahai kaum, siapa yang tidak puas dengan sekedar memenuhi
kebutuhannya, maka bagaimana bisa ia dijamin termasuk dalam golongan hadis ini?
Telah sampai kepada
kami Rasulullah saw. Bersabda : “Seandainya anak manusia memiliki dua
lembah dari emas, niscaya ia akan minta satu lembah tambahan, dan tidak ada
yang dapat memenuhi perut anak Adam itu kecuali tanah. Semoga Allah swt.
Menerima taubat orang yang bertobat.” Salah seorang sahabt
berkata, ‘Celakalah bagi setiap penumpuk harta yang selalu membuka mulut
seperti orang gila, yang hanya dapat melihat apa yang ada pada orang lain tapi
lupa terhadap apa yang ada pada dirinya. Celakalah untuknya ketika mengalami
siksa pada saat yang sangat lama, sampai-sampai bila memungkinkan malampun
dijadikan siang. Ingatlah, siapa yang tidak merasa puas terhadap sekedar
kebutuhannya, maka bagaimana bisa ia dijamin termasuk golongan hadis ini?
Ibnu Mas’ud r.a.
beserta beberapa orang jamaah mengeluhkan tentang hak kepada Rasulullah saw,
lalu jawab beliau saw : “Bersabar dan bergembiralah kamu,
karena saatnya sudah dekat, bahkan seakan-akan telah tiba.”
Dalam hadis yang lain Rasulullah saw. Bersabda : Akan datang sesudahku suatu golongan
yang memakan makanan yang lezat-lezat dengan aneka warnanya; menikahi
wanita-wanita cantik dengan berbagai macam tipenya; memakai pakaian bagus-bagus
dengan berbagai macam modenya; dan mengendarai kendaraan mewah dengan berbagai
macam mereknya. Mereka mempunyai perut yang tidak pernah merasa kenyang dengan
yang sedikit dan memiliki nafsu bahkan terhadap yang banyak pun tidak pernah
merasa puas. Mereka menekuni dunia saat pagi dan sore hari, mereka
menjadikannya sebagai tuhan di samping Tuhan mereka, menjadikannya rabb di
samping rabb mereka, hanya kepada urusan dunia itu target mereka dan kepada
hawa nafsu mereka mengikuti. Maka suatu tekad .... dari Muhammad sw. Bagi yang mengalami zaman
itu yang bakal datang setelah pengganti kamu, hendaklah tidak memberi salam
kepada mereka, tidak mengunjungi yang sakit di antara mereka, tidak mengiri
jenazah mereka, dan tidak perlu hormat kepada pemuka mereka. Siapa yang tetap
melakukan itu, sesungguhnya ia ikut ambil bagian dalam menghancurkan Islam. (Hadis
ini dieluarkan oelh AL Bazzar, namun salah seorang sanad-nya di dha’if-kan oleh
Jumhur). Ingatlah, siapa yang tidak pernah merasa cukup dengan sekedar
kebutuhannya, bagaimana ia merasa aman dari orang-orang yang termasuk dalam
firman Allah SWT, berikut : “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke
dalam kubur. Janganlah begitu! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan
itu) dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahu.” (QS. At-Takatsur 1-4). Maka, bagaimmana orang yang tidak
pernah puas itu merasa aman dari ancaman Allah SWT ini. Ia pasti bakal binasa.
Semoga Allah SWT melindungi kita dari menyenangi kemegahan, memberikan kepada
kita semua sikap qana’ah dan tawadhu’. Wahai kaumku, keuntungan itu, demi
Allah, terletak dalam keridhaan terhadap kesederhanaan, bukan terhadap
kemegahan. Keuntungan itu, demi Allah,
terletak pada kerendahan dalam berzikir, bukan dalam kedudukan dan jabatan. Keuntungan itu, Demi Allah, pada kerendahan diri, bukan
dalam keangkuhan. Aku telah memberikan nasihat kepada kalian jika kalian mau
menerima, tetapi yang menerima itu sedikit. Mudah-mudahan Allah memberi taufik
kepada kita semua untuk setiap kebaikan dengan Rahmat-Nya.
NASIHAT KE – 5
Carilah Makananmu di Antara Yang Halal
Sahabatku! Apabila
Allah SWT. Telah memberikan kepada kalian sifat Qana’ah dan tawadhu’,
bersyukurlah kepada-Nya sebanyak-banyaknya, dan tetap mawas dirilah kepada-Nya
dalam hal makanan yang dengannya kamu merasa puas itu. Kemudian, selalu
berusahalah mencari yang terhalal dan terbaik selama kalian mampu menemukan
jalannya. Hal demikian supaya lebih memudahkan untuk hisab kalian, dan supaya
menyempurnakan untukmu kebaikan akhirat melalui baiknya usaha tersebut,
sebagaimana engkau bersegera dengan sikap qana’ah kepada ketenangan hati di
dunia.
Ketahuilah, tidak
diragukan lagi, sesungguhnya barang yang halal itu sudah lama menjadi langka,
dan kita selalu berada dalam syubhat yang di situ bercampur baur antara yang
haram dan yang batil! Terlebih lagi terhadap syubhat yangsamar! Tetapi, hal itu
sudah lumrah dan sering kita kerjakan, sehingga kita sadar kapan orang seperti
kita mempu menjadi wara’? Atau kapan amal perbuatan kita menjadi jernih,
sedangkan diri kita selalu penuh dengan syahwat, dan senantiasa memakai perhiasan
yang syubhat?
Telah sampai kepada
kami bahwa di antara ahli ilmu ada yang mengatakan : “Pada hari kiamat kelak Allah akan membangkitkan sekelompok
orang dari kuburan mereka, yang menyebarkan bau yang lebih menyengat daripada
bau bangkai, yaitu mereka yang berfoya-foya dengan kelebihan harta yang
didapatkan dari yang syubhat.” Ahli ilmu ini berkomentar, “Demi Allah, di antara mereka adalah aku.”
Saudaraku, seorang
alim yang selalu takut semacam ini, masih demikian cara memandang jiwanya dan
keprihatinannya terhadap barang-barang syubhat! Maka, bandingkanlah olehmu,
bagaimana menurut pandanganmu, orang-orang seperti kita yang timbul tenggelam
dalam kubangan dunia, syahwat, syubhat bahkan lebih kotor dari pada itu? Karena
itu, ingat! Mawas dirilah kepada Allah dan bersikap wara’-lah dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Sesungguhnya, tegaknya Agama
adalah dengan sikap WARA’. Telah sampai kepadaku bahwa ibadah itu ada tujuh
puluh bagian, yang paling utama di antaranya ialah berusaha mendapatkan yang
halal. Deceritakan bahwa orang mencari makanan dari barang yang halal bagaikan
orang berperang di jalan Allah SWT.
Ketahuilah,
sesungguhnya banyak beribadah tapi dibarengi dengan makanan yang kotor, tidak
ada jaminan bahwa ibadah tersebut tidak menjadi sia-sia. Seorang sahabat
mengatakan, ”Apabila baik usaha seseorangdalam
mencari nafkah, akan bersihlah perbuatan, kemudian akan dikembalikan lagi
sehingga dapat diketahui (hasilnya.” Lalu diceritakan oleh
salah seorang tokoh, bahwa setan berkata ““Hanya satu bagian yang aku inginkan
dari anak manusia, kemudian setelah itu aku biarkan antara dia dan antara apa
yang ia kehendaki dalam berbuat ibadah, yaitu aku jadikan usahanya dari jalan
yang tidak halal. Maka jika ia beristri, ia lakukan dengan cara yang haram,
jika ia berbuka puasa, ia berbuka di atas yang haram, dan jika ia menunaikan
ibadah haji, ini pun ia lakukan atas dasar hal yang haram.”
Oleh karena itu,
saudara-saudaraku, berhati-hatilah dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan.
Takutlah kepada Allah terhadap hal yang haram agar kamu tidak mendekatinya, dan
waspadalah terhadap unsur syubhat. Sesungguhnya di kalangan salaf ash-shalih
dahulu, di antara mereka ada yang sampai menginggalkan tujuh puluh pintu halal
karena khawatir akan memasuki satu di antara pintu-pintu yang haram. Oleh
karena itu, waspadalah terhadap syubhat, baik yang diyakini paling halal,
paling ringan, paling sedikit, dan paling aman, Sebab, telah sampai kepada kami
bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Yang halal itu
nyata dan yang haram pun nyata, sedang di antara keduanya adalah syubhat yang
tidak ddisadari oleh sebagian besar orang; apakah termasuk yang halal atau
termasuk haram.” Rasulullah saw. Juga bersabda : “Siapa yang berani bermain api dalam syubhat, hampir saja ia
jatuh ke dalam lingkaran haram.”
Sahabatku!
Berpindah-pindahlah dalam berusaha mencari nafkah dari satu kondisi kepada
kondisi yang lain, dari satu profesi kepada profesi yang lain yang lebih
menjamin keselamatan; dari satu usaha kepada usaha yang lain yang lebih cocok
agar kamu benar-benar mengerjakan ketakwaan dan betul-betul mencari yang halal. Waspadalah
dalam usahamu terhadap berbagai jenis riba karena riba itu ada sekitar tujuh
puluh bagian, bahkan lebih. Hindarilah perbuatan khianat, keji, curang, bohong,
sumpah palsu dan sanjungan. Dan hati-hatilah untuk dirimu, sesungguhnya
indikator taqwa terdapat dalam sikap wara’, dan dengan wara’ itulah akan
dikenali orang-orang yang bertakwa. Telah sampai
kepada kami bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Orang yang menipu seorang Muslim bukan termasuk golongan kami.”
(Muslim, Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Sabdanya lagi : “Celaka dan celakalah orang yang menghalalkan hal yang haram dan
syubhat dengan syahwat.” Saudara-saudaraku, berhati-hatilah
terhadap Allah, karena merasa ridha dengan yang sedikit dan mendapatkan
kemenangan yang besar lebih utama daripada harta yang melimpah yang disertai
dengan hisab yang sangat teliti dan siksa yang pedih.
NASIHAT KE - 6
Hemat dalam Mengelola Rizki dan Menghindari Berfoya-foya
Ikhwanku, aku
berwasiat kepada kalian semua agar berlaku hemat dalam memanfaatkan rizki,
karena sikap demikian termasuk kebaikan agama. Dan hindarilah sikap
berfoya-foya pada waktu kaya karena sesungguhnya Allah tidak menyukai sikap
berlebih-lebihan dalam segala hal. Allah mencela orang-orang yang
berlebih-lebihan dan memuji orang yang tidak berlebih-lebihan dan juga tidak
pelit.
Salah seorang Tabi’in
berkata : Cukuplah sikap seperti ini termasuk
berfoya-foya, yaitu seorang yang makan menuruti seleranya, dan berpakaian
menuruti seleranya. Seorang tokoh yang lain berkata :Akan datang pada
hari kiamat segolongan orang yang sedang mencari-cari kebaikan yang pernah
mereka kerjakan, lalu
dikatakan kepada mereka : “Kamu telah menghabiskan
rizkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah
bersenang-senang dengannya.” (QS. Al-Ahqof – 20). Maka dari itu jadilah kamu sekalian hemat dalam sikapmu tanpa
pelit dan berlebih-lebihan.
NASIHAT KE - 7
Hindarilah Sifat Kikir
Sahabatku! Aku mewanti-wanti
kalian, sesungguhnya kekikiran terhadap ALLAH swt. Akan menghalangi kebaikan
dunia dan akhirat, dan seorang yang bakhil tidak akan berdekatan dengan Allah
di rumah-Nya. Telah sampai kepada kami suatu ucapan, bahwa orang yang bakhil
akan jauh dari Allah, jauh dari Rasul-Nya saw. Dan jauh dari surga, namun dekat
ke neraka!.
Ingatlah, alangkah
besar kejahatan seseorang yang telah diberi karunia oleh Allah dalam bentuk
harta yang banyak tetapi ia mengeluarkannya sedikit dan ia terlalu kikir
terhadapnya. Semoga Allah melindungi kita dan kalian semua dari sifat kikir.
NASIHAT KE - 8
Hindarilah Bergaul Dengan Orang-orang Jahat
Sahabatku! Aku
mengingatkan kalian dalam berbaur dengan semua orang, karena semua pelanggaran
dan dosa terdapat dalam pembauran dan pergaulan dengan mereka, sedang mereka
tidak menyadari. Hanya saja, yang mempu mendeteksi hal semacam ini terbatas
pada orang yang sudah menjadi wara’ dan muhasabah, sedang kita bukanlah
termasuk orang yang dijamin selamat dalam agamanya
apabila setan manusia dan setan jin sudah berkumpul.
Kita sama seperti
mereka, saling membisik satu sama lain tentang ungkapan yang indah sebagai
tipuan. Ingat, kalian boleh bergaul dengan manusia hanya dengan dua tipe; salah
satunya ialah yang dapat membantu keadaan dirimu agar tidak hanyut dalam
keduniaan. Namun, jika Allah menghimpun pertolongan terhadap agama dan dunia
pada diri seseorang, maka peganglah kepadanya dan hindarilah orang lain karena
semua orang akan menjadi bencana dalam agamamu kecuali si penolong dalam
kebajikan tadi.
Ingatlah!
Sesungguhnya keselamatan paling utama adalah menghindari semua orang, karena
dapat memberikan pahala yang banyak, bahkan lebih besar daripada apa yang kamu
kira.
Disebutkan bahwa
ibadah itu ada sepuluh bagian, salah satunya terdapat dalam sikap pendam,
sedang sisanya yang sembilan terdapat dalam menjauhi manusia. Aku memberi
nasihat kepada kalian jika mau menerima---- tetapi yang mau menerima biasanya
sedikit.... bahwa sabar dalam kesendirian memang pedih, namun merupakan karunia
Allah yang diberikan-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Semoga Allah
memberikan taufik kepada kita semua untuk setiap kebaikan dengan rahmat-Nya. Berpisahlah
dengan manusia dengan hati serta perbuatan, dan sambungkan komunikasi dengan
mereka melalui salam dan kewajiban memenuhi hak sesama Muslim.
NASIHAT KE - 9
Rela Kepada Ketentuan Allah
Sahabatku! Apapun
yang datang kepadamu yang bersumber dari Allah SWT. Dan Rasul-Nya saw. Bila
berupa kemudahan, maka ambilah.
Telah sampai kepada kami bahwa, “Sesungguhnya Allah SWT menyukai kemudahan-Nya dilaksanakan sebagaimana Dia menyukai yang sulit dari-Nya dikerjakan.Gemarilah sesuatu yang dibolehkan untuk mau dari setiap kemudahan yang sedikit. Karena, telah sampai keppada kami bahwa Rasulullah saw. Sangat menyukai kemudahan yang sedikit dari beberapa perkara.
Telah sampai kepada kami bahwa, “Sesungguhnya Allah SWT menyukai kemudahan-Nya dilaksanakan sebagaimana Dia menyukai yang sulit dari-Nya dikerjakan.Gemarilah sesuatu yang dibolehkan untuk mau dari setiap kemudahan yang sedikit. Karena, telah sampai keppada kami bahwa Rasulullah saw. Sangat menyukai kemudahan yang sedikit dari beberapa perkara.
Janganlah kamu
berpaling dari afiat dalam segala hal, dan janganlah kamu menantang bahaya
karena kita bukanlah termasuk ahlinya. Jika kamu sedikit diuji dengan hal yang
tidak kamu sukai dan dengan musibah, saat itu bermujahadahlah terhadap diri
kamu untuk bersabar dalam penderitaan, karena hal demikian adalah termasuk
perhatian Allah kepada hamba-Nya. Dan janganlah sampai kamu mengeluh serta
tidak mau menerima ketentuan-Nya.
Telah sampai kepada
kami bahwa Allah SWT berkata : “Siapa yang tidak mau menerima
ketentuan-Ku dan tidak bersabar terhadap bala’Ku, maka hendaklah ia mencari
Tuhan selain Aku.” Juga firman-Nya : “Siapa rela terhadap ketentuan, keputusan dan takdir Ku, maka
untuknya adalah keridhaan apabila ia berjumpa dengan Ku, maka baginya adalah
kebencian apabila ia bertemu dengan Ku.”
Kiranya, cukuplah
keadaan demikian sebagai suatu bencana yang menimpa diri seorang hamba, saat
pandangan Allah SWT. Menjadi buruk kepadanya. Maka janganlah kamu bersedih
dengan pendangan Allah seperti itu kepadamu.
Sahabatku! Kesenangan
terletak pada musibah di dunia, karena hal itu merupakan simpanan bagi mereka
yang mampu bersabar, dan sekaligus menghapuskan kesalahan-kesalahan.
Seorang tokoh berkata
: “Orang yang tidak bergembira terhadap musibah yang menimpanya
karena peristiwa itu diharapkan dapat menghapuskan kesalahan, malaikat akan
berkata : ‘Kami telah berusaha mengobatinya tapi ia tidak juga sembuh.” Celakalah kalian! Siapa yang lebih berhak dengan ketenangan dari
musibah dunia daripada orang yang meyakini pilihan Allah untuk dirinya, ia
menahannya sedikit dan akan bahagia selamanya. Siapa yang lebih berhak dari
ketenangan dari suatu yang tidak di sukainya daripada orang yang diperhatikan
oleh Allah, lalu Allah menutupi dengan musibah itu keburukannya, serta
memberinya pahala atas hal itu dengan suatu pahala tanpa ada hisab, kemudian
Dia menjadikannya bahagia selama-lamanya. Semoga Allah menjadikan kita
berbahagia dengan ridha-Nya terhadap kita. Aamiin.. Aamiin ya Rabbal ‘Alaminn.
NASIHAT KE - 10
Tipu Daya Syetan
Saudara-saudaraku!
Ketahuilah bahwa setan itu lama bersedih menghadapi ketaatan. Ia memiliki
berbagai tipu daya dan ia pun tidak pernah kendur dalam usahanya untuk
membatalkan ketaatan itu.Ia membisikan
kepada jiwa kegemaran pada pujian, sanjungan, kekaguman, dan kesombongan, juga
pada pengakuan akan ketinggian derajat serta mengikuti hawa nafsu. Maka, apabila Allah SWT memberikan karunia kepada kalian
dengan kebajikan, berhati-hatilah terhadap setan serta bermawasdirilah kepada
Allah dari sikap mengatasnamakan agama demi kehormatan di dunia. Juga
berhati-hatilah dari sikap mencari pujian dan sanjungan atas nama agama. Maka
sudah pastilah sikap semacam itu akan menjadi penyebab terhapusnya
perbuatan-perbuatan hamba!
Apabila engkau diuji
dengan pujian dan pengakuan dari orang lain, maka janganlah kamu berbangga
dengan hal itu karena ia akan menimbulkan kerusakan bagi agama. Kemudian
apabila ada kesenangan meresap ke dalam hati lantaran pujian, janganlah hal itu
diteruskan, tetapi tolaklah ia dengan ilmu tentang bahaya sok suci dalam agama.
Juga tolaklah ia dengan ketidaksukaan pada pujian, lalu berlindunglah kepada
Allah dari buruknya akibat sok suci itu. Sebab, apa yang dapat menjamin, bila
kamu termasuk orang yang tidak diperhatikan oleh Allah pada hari kiamat, dan
tidak disucikan oleh-Nya sehingga bagi mereka siksaan yang amat pedih?
Telah sampai kepada kami bahwa
orang yang paling berat siksaannya pada hari kiamat ialah orang yang kelihatan
oleh orang lain bahwa ia memiliki kebaikan padahal tidak. Barangkali orang yang senang terhadap pujian akan termasuk
orang yang paling berat siksaanya di hari kiamat sedang ia tidak menyadari. Ber
Muraqabah-lah kepada Allah dan ber-mujahadah-lah terhadap dirimu untuk
meniadakan kesenangan tatkala engkau dicoba dengan pujian sampai engkau
ditepati pada hari kiamat dan ditentukan untuk kamu suatu kepastian di sisi Allah
SWT. Yaitu mendapatkan kesenangan selama-lamanya di rumah kemuliaan atau bakal
mengalami duka cita yang lama dalam azab yang amat pedih. Semoga Allah
melindungi kita semua dengan rahmat-Nya.
--000--
NASIHAT KE - 11
Hindarilah Rasa Bangga Dengan Amal Perbuatan
Sahabtku! Takutlah
terhadap sikap bangga dengan amal perbuatanmu, yaitu sikap merasa telah berbuat
banyak untuk Tuhanmu, karena engkau akan dibenci oleh Allah lantaran bersikap
demikian. Ketahuilah bahwa amal perbuatanmu itu tidak sebanding dengan
kewajiban bersyukur atas satu nikmat ssaja di antara nikmat-nikmat Allah,
bahkan satu nikmat saja dapat menghabiskan seluruh perbuatanmu. Padahal nikmat
itu banyak sekali, dan engkau dituntut untuk mensyukurinya. Nah, bagaimana
pendapatmu tentang hal ini? Seluruh amal kebajikan merupakan nikmat dari Allah kepadamu yang selalu diperbarui, karenanya, kapan kamu
sempat mensyukurinya? Jika engkau bersyukur, sesungguhnya engkau ditnut untuk
mensyukuri terhasdap nikmat yang selalu bertambah itu. Lagi pula, seandainya
bukan karena Ilham-Nya kepadamu untuk bersyukur, tentu engkau tidak mau
bersyukur dan tidak mengarah ke sana selama-lamanya.
Seandainya engkau
mengetahui keagungan Allah, kebessaran dan ketinggian-Nya, yang Dia memang
berhak untuk itu, tentu engkau merasa malu untuk menyebut amal perbuatanmu.
Jika engkau mengetahui kemurahan Allah SWT. Serta kenikmatan-Nya, tentu engkau
akan menganggap tidak berarti perbuatan selurh makhluk dibandingkan satu nikmat
saja, serta akan merasa khawatir terhadap nikmat lainnya yang akan dituntut
kesyukurannya. Oleh karena itu bagaimana engkau berani menganggap telah berbuat
banyak dalam hal amal yang penuh dengan cacat? Dan bagaimana merasa bangga dengan perbuatan sendiri yang merupakan
karunia dari Allah SWT?Bahkan berasal dari-Nya jua seluruh karunia dalam agama,
yang sangat banyak untuk dibilang dan dihitung, tiada yang mampu mengetahuinya
selain Pemberinya. Wahai orang yang lalai dalam bersyukur, sebaiknya dirimu
bersikap malu bila menyebut-nyebut amal perbuatanmu. Wahai orang yang lengah
terhadap hak-hak Allah, hendaknya dirimu merasa takut dan khawatir karena telah
menyia-nyiakan banyak sekali di antara perkara-perkara dari Tuhanmu SWT!
Sesungguhnya orang
yang berakal dan berilmu, ketika menghadapi kelalaian itu ia merasa gelisah dan
amat sibuk menolak perasaan bangga dengan amal perbuatannya. Ingat, mohonlah
bantuan untuk melenyapkan kebanggan itu dengan merendahkan nilai amal
perbuatanmu. Ingatlah! Pertolongan Allah terhadapmu, dan minta tolonglah dengan
ilmu terhadap Allah SWT. Juga mintalah bantuan dengan rasa takut akan
kehilangan nikmatmu ketika mengabaikan kesyukuran.
NASIHAT KE - 12
Memohon Pertolongan Allah Untuk Melenyapkan Kesombongan Hati
Sahabtku! Aku
mewanti-wantimu terhadap kesombongan. Takutlah kepada Allah dari menghina salah
seorang di antara umat atau mengingkari kebenaran apabila ada yang
mengucapkannya kepadamu, karena AllahSWT. Tidak menyukai hal demikian dan akan
menghinakan orang-orang sombong. Dan bagaimana engkau bisa menghina seorang
Muslim sedangkan engkau tidak mengetahui kesudahannya dan kesudahanmu sendiri,
juga tidak mengetahui rumah yang mana di antara surga dan neraka tempat engkau
kembali. Maka jika engkau menasihati dirimu, sesungguhnya dirimu itu lebih
berhak untuk mendapatkan penghinaan. Bukankah engkau lebih mengetahui tentang
keburukan-keburukan jiwamu dan kekejian jiwamu daripada orang lain? Maka jika
engkau mengira bahwa dirimu mampu mengetahui rahasia orang lain seperti halnya
rahasiamu, sesungguhnya engkau telah mengaku-aku perkara yang amat besar,
karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui rahasia orang lain seperti halnya
rahasiamu kecuali dengan merendahkan dirimu dan tidak menganggapnya suci.
Sesungguhnya
terlarang bagimu untuk menganggap utama dirimu, juga terlarang untuk
menganggapnya suci. Sebab, siapa tahu, barangkali engkau pada hari kiamat kelak
berada di bawah telapak kaki orang-orang yang telah engkau remehkan di dunia.
Renungkanlah apa yang engkau dengar, kemudian mintalah bantuan kepada Allah
untuk melenyapkan kesombongan dari hatimu. Semoga Allah melindungi kita dari
hal demikian.
NASIHAT KE - 13
Menyelidiki Rahasia Jiwa dan Apa yang Tersembunyi di Dalam Dada
Sahabtku! Selidikilah
rahasia-rahasia jiwa dan apa-apa yang tersembunyi di dalam dada, lalu
sucikanlah dari rasa dendam, iri hati, dengki, senang atas kesusahan orang
lain, buruk sangka, permusuhan dan kebencian.
Sesungguhnya telah sampai kepada kami, “Bahwa dendam dan
dengki itu menggerogoti kebajikan,” Dan , “Orang yang tidak menyukai dan membenci untuk Kaum Muslimin
seperti apa yang disukai dan dibenci untuk dirinya, bukanlah termasuk di antara
mereka.” Perhatikan dan selidikilah
rahasia-rahasia itu setiap saat, sebab siapa tahu di antara kalian ada yang
selalu getol dengan perbuatan maksiat tanpa disadarinya. Lihatlah, apakah ada
di hatimu kecintaan kepada dunia, kegembiraan untuk menerimanya, dan
bersenang-senang dengan syahwatnya. Adakah seringkali engkau merasakan manisnya
pujian dan sanjungan? Apakah engkau lari dari cacian serta sangat berat untuk menerimanya?
Adakah engkau tidak menyukai sesuatu yang bertolak belakanng dengan kemauan
nafsumu, menerima dengan senang sesuatu yang cocok dengan seleramu? Apakah
dirimu berlaku sia-sia dalam meandang makhluk tanpa mengambil pelajaran? Apakah
dirimu berlaku sia-sia terhadap banyak omongan atau berdiam diri sambil
berfikir tentang hal selain hari dijanjikan? Apakah seringkali engkau memiliki
rasa takut akan kemiskinan? Adakah dirimu membenci sesuatu yang telah
ditentukan oleh Allah SWT. Untukmu?
Semua hal demikian
itu dan seumpamanya termasuk di antara dosa-dosa hati, sedangkan kalian
mengabaikannya. Bahkan aku juga menduga bahwa para pembaca kalian membiasakan
hal tersebut, sedang mereka tidak menyadarinya. Ingat, berjuanglah untuk
beralih dari moral tercela. Dan janganlah hal itu diremehkan. Sesungguhnya
telah sampai kepada kami bahwa . “Siapa yang
menganggap remeh suatu dosa, sesungguhnya ia menganggap remeh akan ancaman
Allah ‘Azza wa Jalla.”
Saudara-saudaraku!
Berhati-hatilah terhadap Allah Yang Maha Mengetahui rahasia dan yang lebih
tersembunyi, bahwa engkau sering melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh-Nya
SWT. Kebiasaan bukanlah sesuatu hal yang kecil.
Salah seorang sahabat
berkata, “Terus-terusan berbuat dosa adalah
kufur dan maksiat, dan apa saja yang sering dilakukan oleh seseorang berarti
termasuk dosa besar.” Sesungguhnya pelaku dosa besar yang
dibarengi dengan tobat lebih dekat posisinya kepada maaf daripada orang getol
dalam melakukan dosa-dosa kecil.
Telah sampai kepada
kita bahwa Allah SWT berfiran : “Aku tidak menerima kesalahan orang
yang sering melakukan dosa-dosa kecil di dunia dan akhirat, karena tidak ada
sesuatu yang lebih besar di sisi-Ku daripada terus menerus melakukan dosa.” Ketahuilah, penyebab besarnya kemarahan Allah SWT, kepada orang
yang sering melakukan dosa-dosa kecil adalah karena minimnya rasa kepeduliannya
terhadap penumpukan dosa serta anggapan remehnya terhadap kebencian Tuhan Yang
Maha Perkasa. Semoga Allah memberikan perlindungan kepada kita. Dan ingat,
hindarilah keseringan melakukan dosa kecil karena hal demikian merupakan
perkara yang amat besar. Mudah-mudahan kita semua diarahkan oleh-Nya ke jalan
orang-orang pilihan.
NASIHAT KE - 14
Hati-hati terhadap Perselisihan di Kalangan Umat
Sahabatku! Seluruh
bidang ilmu, ibadah, dan semua yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT
adalah baik. Hanya saja aku lebih menganjurkan kalian supaya mengenal semua
fardhu yang memberi penekanan pada hati beserta seluruh anggota tubuh, mengenal
tentang wara’ dalam berusaha,
tentang kondisi lahir dan batin, tentang amal yang dibarengi dengan niat yang
baik dan tentang keikhlasan karena Allah dalam berbuat. Janganlah mengabaikan
sedikitpun di antara beberapa hal tersebut. Sesungguhnya, telah sampai kepada
kami bahwa Allah SWT. Berfirman : “Tidak selamat
dari-Ku hamba-Ku kecuali dengan melaksanakan apa-apa yang telah Aku wajibkan
kepadanya.” Ingat, bersegeralah dalam menunaikan
segala yang fardhu. Tidak disukai oleh Allah SWT. Orang yang mengabaikannya;
sebaliknya, akan beruntunglah hamba-hamba yang melaksanakannya.
Aku mengingatkanmu dalam
memandang dan membahas tentang perbedaan umat. Bukankah telah sampai kepadamu
tentang tragedi yang menimpa mereka karena perselisihan dan perpecahan
tersebut, juga tentang peristiwi yang menimpa mereka karena mengikuti kemauan
nafsu yang menyesatkan dan karena melanggar larangan, sebagaimana yang pernah
ditimbulkan oleh kelompok Qadariyah, Murji’ah, Rafidhah, Jahmiyah dan
Hururiyah, mereka saling memerangi, saling memusuhi dan saling membenci. Bahkan mereka saling bersaksi
tentang kekafiran dan kesesatan sampai pada tindakan menghalalkan darah
kelompok yang tidak sejalan dengan mereka, padahal sebelumnya mereka bersaudara
dalam urusan Allah dan saling bersepakat. Tetapi ketika mereka diuji dengan
kemampuan untuk membahas dan memperdalam (ilmu pengetahuan dan agama), akhirnya
mereka terpecah menjadi beberapa golongan. Masing-masing golongan di antara
mereka berargumentasi dengan ayat-ayat Mutasyabihat dan dengan atsar (Jejak Rasul dan pendapat
sahabat) yang sejalan dengan keinginan mereka sehingga mereka tersesat dan
menyesatkan banyak orang.
Diceritakan bahwa suatu ketika
Rasulullah saw. Memegang jenggot Umar ra. Dan berkata :
Wahai Umar! Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” ‘Umar pun jadi
penasaran dan bertanya : “ Demi bapak dan ibuku,
wahai Rasulullah, atas apa engkau ucapkan kalimat itu? Rasulullah saw.
Menjawab : “ Baru saja Jibril mendatangiku dan
berkata ‘Wahai Muhammad, Inna lillahi wa inna ilaihu raji’un, sesungguhnya
umatmu sesudahmu akan difitnah dengan hal yang sedikit bukan dengan hal yang
banyak. ‘Aku tanyakan : “Wahai Jibril fitnah kesesatan atau fitnah kekafiran?
Ia menjawab : “Dua-duanya akan terjadi.’ Aku katakan : Bagaimana mereka
tersesat dan bagaimana bisa menjadi kafir, sedangkan aku telah meninggalkan
bagi mereka kitab Allah.’ Jibril menyambung : ‘Dengan kitab Allah mereka
tersesat, karena masing-masing golongan akan menakwilkannya sesuai dengan
keinginan mereka, maka dengan begitulah mereka menjadi sesat.”
Ingat, sadarilah
pengawasan Allah, hindarilah mendalami dan menyelidiki tentang hal yang mereka
selisihkan, karena perkara ini bagaikan samudra yang dalam, yang di dalamnya
telah banyak orang-orang tenggelam. Dari bidang teologi, misalnya telah muncul
bberapa aliran sehingga membuat orang yang berakal dan berilmu pun menjadi
bingung. Maka bagaimana pula dengan orang seperti kita yang memiliki kekurangan
baik akal maupun ilmu pengetahuan? Kalau begitu, berpegan sajalah pada apa-apa
yang telah disepakati dan tidak diperdebatkan, terutama dalam Iman kepada
Allah, Iman kepada Malaikat, kepada Kitab, Pra Rasul dengan Hudu-Nya, dengan segla
yang fardhu, dengan syariat agama-Nya, dan dengan apa yang telah menjadi
kesepakatan para salaf, karena di sanalah terletak tuntunan dan kebenaran.
Telah sampai kepada
kita bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Tidak akan
bersepakat umatku dalam kesesatan.” Yaitu perkataannya
yang berisi kebenaran bahwa umatnya tidak bersepakat dalam kesesatan, merupakan
ucapan yang benar adanya tanpa tanpa diragukan, hanya saja setanlah yang
menimpakan bencana atas mereka dengan terjadinya perselisiha. Ingat, hindarilah
mendalami permasalahan yang mereka perselisihkan,
sesungguhnya untukmu dalam hal yang mereka sepakati di antara batasan-batasan
agama sudah merupakan kesibukan yang cukup menyita perhatian, terutama dalam
masalah yang belum diketahui ilmunya.
Wahb bin Munabbih
berkata : “Dulu di Masjdi al-Haram terdapat sekelompok orang
yang berkata tentang Al-Jabr dan al-qadar lalu aku katakan : “Aku telah membaca
tujuh puluh dua buku yang diturunkan dari langit, aku juga bergabung
dengan orang-orang yang luas ilmu pengetahuannya dan aku mengetahui banyak hal
yang belum diketahi oleh orang lain. Maka aku mendapati bahwa orang yang paling
banyak berbicara dalam masalah ini ternyata yang paling bodoh di antara mereka
tentangnya. Dan juga aku mendapati bahwa orang
paling banyak berdiam diri terhadapnya justru yang paling dalam ilmunya dalam
masalah ini. Aku mendapati bahwa orang yang memandang masalah ini seperti orang
yang memandang sinar matahari, semakin lama ia memandang kepadanya akan
semakin bertambah kebingungannya dalam masalah tersebut.”
Ali bin Abi Thalib
ra. Berkata : Hindarilah berbantah-bantahan dalam
masalah agama, karena pekerjaan itu hanya akan menyibukan hati serta akan
menyemaikan bibit-bibit kemunafikan di sana.” Seorang tokoh berwasiat kepada
saudara-saudaranya : Bismillahirrahmanirrahim! Ketahuilah
bahwa keinginan-keinginan hawa nafu semacam ini telah mewabah di kalangan
masyarakat. Dan jalan keluar dari masalah ini hendaklah kamu selalu berpegan
teguh pada apa yang mereka sepakati serta hendaklah kamu bersepakat ketika
mereka berselisih, karena orang yang baik dan orang yang jahat semuanya
bersepakat bahwa Allah adalah hak, Rasulullah saw. Adalah hak, Al Qur’an dan
para Rasul adalah hak, Kitab dan Malaikat adalah Hak, kebangkitan surga dan
neraka adalah hak, tidak terdapat perselisihan di antara mereka. Bahwa shalat
yang lima waktu beserta wudhunya, mandi dari janabah, puasa Bulan Ramadhan,
zakat, haji, berbakti kepada orang tua, menunaikan amanah, mencegah kejahatan,
serta menyadarkan orang lain, adalah wajib atas setiap Muslim, dan apa yang
dikatakan oleh Allah SWT adalah hak : Diharamakan atas kamu (mengawini) ibu-ibu
kamu, anak-anak kamu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan ... (Qs.
An-Nisa’ 23 sampai akhir ayat).
Bahwa menikahi mereka adalah haram. Juga khanrs (minuman keras),
mencuri, bezina, berlaku curang, menipu, khianat, bohong, dan sejenisnya adalah
haram. Bahwa dalam masalah ini tidak ada perbedaan antara kelompok yang baik
dan yang jahat, demikian pula antara Ahlussunnah dan Ahlu bid’ah, mereka semua
bersepakat, tiada perselisihan di antara mereka. Maka siapa yang bersikap
seperti ini dan mengamalkan apa yang ada padanya niscaya tidak akan membuatnya
binasa apa-apa yang belum ia ketahui di balik semua hal di atas, Insya Allahu
ta’ala.
Oleh karena itu,
peganglah ini dan jangan melampaui batas! Kemudian, jika ada yang bertanya
kepada kalian tentang hal ini, katakan saja bahwa kami beriman kepada Al Qur’an
beserta isinya, semuanya berasal dari Tuhan kami, lalu diamlah, jangan
diteruskan lagi jawabannya, apalagi bila sampai berbuat lebih jauh.
Tetapi jika engkau
beralasan bahwa kami melakukan itu karena kami suka untuk mengetahui yang benar
dari yang salah dalam masalah yang mereka perselisihkan, lalu engkaupun
menyelam lebih jauh, menyeelediki dan mendalami, niscaya tindakan seperti itu
tidak dijamin akan selamat dari fitnah kecuali bila dikehendaki oleh Allah SWT.
Maka terimalah nasihat ini, jangan engkau melampaui batas dan jangan terlalu
jauh melangkah dalam masalah tersebut. Karena
pada setiap fardhu dalam maslah ini terdapat syariat-syariat, batasan-batasan
dan sunnah-sunnah, maka pergunakanlah itu.
Pelajarilah ia supaya
dengan itu menjadi sempurna shalatmu, menjadi baik pula dengannya
usaha-usahamu, dan engkau pun tidak jatuh kepada riya’. Sibukanlah dirimu untuk
mempelajari kewajiban-kewajiban dalam agama mu, serta sibukanlah dirimu dalam
mempelajari batasan-batasan agama, dan itulah yang terbaik untukmu. Sebab,
apabila engkau telah mendalami ilmu, tentu engkau tidak bisa lepas dari kesalahan
orang yang tidak sepaham dengan ilmu yang ada padamu, sehingga engkau melihat
permasalahan demi permasalahan tanpa memperdulikan etika, padahal kalian tidak
pernah disuruh untuk hal itu.
Adapun jika kalian
sengaja melihat kepada perselisihan tersebut tanpa didasari ilmu yang mendalam,
tanpa bergaul dengan para ulama serta berdialog dengan mereka, tentu tidak ada
jaminan bagimu untuk tidak diuji dengan sesuatu yang segera menyusup ke hati
berupa fitnah. Dikatakan, tidak ada kesesatan kecuali dibalikya
ada perhiasan. Setelah itu, barangkali engkau akan
meninggalkan kebenaran lalu hatimu pun akan enggan untuk menerima kebenaran itu
sesudahnya.
Ketahuilah, ciri-ciri
orang yang memperhatikan sunnah itu yaitu waspada terhadap langkah yang terlalu
jauh ke dalam bid’ah, karena kesadarannya tentang kehalusan kalimat,
kerumitannya dan pendalamannya tentang hal ini. Maka tidak usah heran bahwa orang
yang paling takut terhadap perdebatan adalah orang yang paling banyak ilmunya,
paling tajam pemikirannya, dan paling banyak pemahamannya. Sebaliknya, orang
yang berani terjun dalam perdebatan adalah orang yang paling sedikit ilmunya,
paling lemah pemikirannya, dan paling rendah pemahamannya.
Oleh karena itu,
waspada dan waspadalah, sesungguhnya kalian telah diperingatkan. Telah
dikatakan kepada kami, hendaklah kalian berpegang pada agama orang-orang lemah,
agama orang-orang badwi dan agama anak-anak (Yakni dalam hal
tunduk dan membenarkan). Kemudian terimalah nasihat supaya jangan sampai engkau
termasuk orang-orang yang dikatakan dalam ayat berikut : “tetapi kamu
tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat. “ (QS. Al A’raf,79).
Ingat! Hati-hatilah
kepada Allah, Saudara-saudaraku, terimalah nasihat orang yang
prihatin terhadap nasibmu karena setan tidak pernah lalai dalam usahanya
menghalangimu dari jalan kebenaran. Ia selalu menjadikanmu suka untuk menggapai
kemenangan dalam perselesihan umat, dengan alasan demi mengenal kebenaran
berdasarkan praduganya serta demi memilih yang benar, seolah-olah ia sebagai
nasihat bagimu. Akan tetapi, sesungguhnya setan itu, melalui hawa nafsu dan
fitnah akan membawamu kepada bencana dan melalaikanmu dari mengingat hari
kebangkitan. Duhai, kesibukan hati yang bukan untuk
pendekatan bahkan sebaliknya untuk menjauhakn dari
Tuhan mu, Ingat, janganlah engkau menolak bencana dengan cara mengikuti hawa
nafsu, semoga Allah melindungi kita semua dari hal demikian. Aamiin.
NASIHAT KE - 15
Memelihara Anggota Tubuh dan Hati
Saudaraku! Aku
berpesan kepada kalian tentang suatu pekerti, yang merupakan kumpulan seluruh
kebaikan, yaitu aku berwasiat tentang pemeliharaan seluruh anggota tubuh serta
hati, dan senantiasa kukuh menjaga di segala kondisi. Janganlah memulai
sessuatu dengan tindakan, juga dengan perkataan, serta jangan pula menyembunyikannya
kecuali melalui pertimbangan dan perencanaan. Jika sesuatu itu terpuji di sisi
Allah SWT. Bersegeralah melakukannya; sebaliknya, jika tercela, maka jauhilah.
Adapuns esuatu yang masih samar menurutmu, serahkanlah kepada orang yang ahli
di bidangnya, dan berhentilah sampai di sini dulu sampai Allah memberikan ilmu
dan penjelasannya.
Rasulullah saw.
Bersabda : “Manusia yang paling di cintai oleh
Allah ialah orang yang tidak mengungkapkan perkataan, perbuatan tangan, kaki,
tindakan, tidak juga niat kecuali setelah petimbangan dan perencanaan. Maka,
jika di sana terdapat ridha Allah, ia lakukan, dan jika tidak, maka ia tahan.” Ingat! Contohlah orang yang cendekia dan intelek, juga pelaku
wara’ dan takwa. Berperilakuklah dengan etika mereka, engkau akan mendapatkan
dengannya kemuliaan di hari ditegakkan hisab. Semoga Allah memberi kita taufik
untuk setiap kebaikan melalui Rahmya-Nya.
NASIHAT KE - 16
Malapetaka Dalam
Mengabaikan Hak-Hak Allah
Saudaraku! Sungguh
hal demikian merupakan jalan menuju Allah, maka berpeganglah pada hal-hal yang
akan aku lukiskan kepada kalian berikut ini.
Yakinilah ia di dalam
hatimu, dasari atasnya amal perbuatanmu dan curahkanlah segala kemampuan untuk
melaksanakanya! Sebab, Aku melihat bahwa jiwa yang selalu memerintah telah mengambil
keputusan untuk mengabaikan perintah Allah SWT. Maka lakukanlah hati-hatilah
terhadap Allah (takut kepada-Nya); Jangan meremehkan-Nya, karena hal itu akan
menghapuskan agamamu dan akan menjadi bencana atasmu, sedangkan kamu tidak
menyadari. Bukanlah termasuk orang yang sadar orang yang mengabaikan apa yang
pernah ia dengar. Terlebih lagi bahwa hak-hak Allah SWT itu jauh lebih banyak
dan lebih besar dari semua itu. Maka, jika kamu menampakan kelemahan dalan
melaksanakannya, tentu kelemahan itu tidak lebih kurang daripada kesedihan yang
mendalam dan lama, karena musibah (bencana) itu pada dasarnya terletak pada
pengabaian akan hak-hak Allah.
Tetapi, aku justru
mendengar bahwa kesedihan kalian terhadap bencana dunia bahkan lebih besar
daripada kesedihan karena ditimpa musibah di dalam agama, inna lillahi wa inna
ilaihi raji’un. Kedatangan malapetaka memang saling susul menyusul dan
sebagainya lebih dahsyat daripada yang lain, tetapi pasti akan nampak akibatnya
pada saatnya esok. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita seua untuk setiap
kebaikan dengan Rahmat-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar doa, di tangan-Nya
terletak seluruh kebaikan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Wassalam.
Setelah si hamba
Allah tersebut selesai dari ucapannya. Semoga Rahmat dan Ridha Allah untuknya,
menghadaplah orang-orang yang senang kepadanya, lalu mereka berkata kepadanya :
“Wahai saudara yang
besar perhatiannya kepada Saudara-saudara yang lain, sungguh Anda tidak jemu
memberi nasihat dan tidak lalai dalam memberikan pandangan. Apa-apa yang telah anda sampaikan kepada kami semua benar adanya,
tidak bisa dielakan hujah pun cukup akurat dan sinar petunjuk telah jelas, maka
wajib atas kami untuk mengamalkannya. Allah-lah Sang Penolong dalam perkara
ini, dan Dia-lah Sang Pemberi Taufik. Semoga Allah Yang Maha Pemberi Karunia
memberikan kepada Anda seutama-utama balasan orang-orang yang beramal
karena-Nya. Kami memperhatikan Anda telah melukiskan kepada kami tentang
kelompok orang yang memiliki impian yang benar, akal yang sempurna, akhlak yang
mulia, amal perbuatan yang saleh, perkenalan terhadap kenikmatan, kesungguhan
dalam bersyukur dan usaha maksimal dalam mencapai derajat kejujuran. Dan Anda
telah menjadikan kami suka kepada perbuatan-perbuatan mereka. Anda telah
melukiskan kepada kami tentang segolongan orang yang menjalankan kebajikan,
sama rata di antara mereka meskipun di Sisi Allah sebagian lebih tinggi daripada
yang lain dan sebagian lebih berat timbangannya daripada yang lain.
Lalu Anda juga
mensifati golongan lain yang menyandang kebodohan yang besar, kelakuan yang
buruk, rahasia-rahasia yang keji serta kufur terhadap nikmat. Maka engkau cegah
kami dari mengikuti aliran-aliran mereka. Kemudian Anda melukiskan jiwa-jiwa
yang mabuk dengan bunga-bunga dunia dan Anda peringatkan kami supaya tidak
menjadi seumpama mereka. Anda telah menjelaskan kepada kami tipuan setan dan
Anda takuti kami dengannya. Anda beritakan tentang bisikan jiwa yang sering
terlintas dalam diri kami, sungguh kami tela mendapatkan kebenaran tentang
gambaran mu akan bencana-bencana atas kami.
Memang kami melihat
kerusakan-kerusakan di tengah-tengah kami bercampur aduk dengan ulah kami. Kami
juga merasakan ddiri kami sasarannya adalah dominasi hawa nafsu dan kecerdikan
musuh yang sejak dini telah menyesatkan kami, selalu memotivasi kami untuk
melakukan semua yang tercela, dan ia memperindah hal itu dengan pengelabuan
yang amat halus, kemudian ia cegah kami dari segala perbuatan terpuji dan ia
campuri dengan tipu daya yang tersembunyi. Maka jika Anda setuju, wahai juru
nasihat bagi saudara-saudaranya, agar Anda memberikan batasan untuk kemi
ciri-ciri etika agama yang terpuji sehingga dapat kami pergunakan untuk
menerapkan akhlak yang mulia di tengah-tengah kami; agar Anda lukiskan kepada
kami tentang keadaan orang-orang yang paling bersyukur di antara makhluk, dan
juga keadaan orang-oang yang paling kufur, dan keadaan orang-orang penyandang ke
wara’-an serta kejujuran.
Namun jangan lupa
agar Anda gambarkan kepada kami kejahatan pelaku riya dan ujub. Semoga Allah
berkenan melenyapkan kebodohan dari kami, melapangkan dengan mengenali hal-hal
tadi di dada-dada kami, melunakan hati kami, sehingga kami berjuang dengan
melawan musuh demi membela agama kami, sekaligus mampu berseberangan dengan
hawa nafsu kami setelah mengetahuinya. Mudah-mudahan Allah menyembuhkan
dengannya sebagian penyakit jiwa kami bersama yang terdahulu dari yang
diberlakukan Allah melalui lidah Anda untuk kami.”
Mendengar hal ini
berkatalah hamba Allah Rahimahullah : Saudara-saudaraku, kalian memliku hak
yang mesti (dipenuhi) tapi, yang wajib bagi kalian lebih banyak lagi daripada
sekedar itu. Maka, keinginan kalian dan usaha peningkatan diri kalian dalam
mengenal kecintaan Rabb --- melalui permintaan tadi--- sungguh kalian telah
menanyakan tentang ilmu yang tersembunyi di dalam dada dan tidak ada yang
mengetahuinya kecuali ulama yang mengenal Allah SWT. Sebab, telah sampai kepada
kami, bahwa Rasulullah saw. Berssabda : “Apabila mereka
pergi dengannya; tidak ada yang tidak mengetahuinya kecuali orang yang
terperdaya terhadap Allah, maka janganlah kamu menghina seseorang yang diberi
ilmu oleh Allah. Sesungguhnya Allah tidak menghinanya sebab Dia telah
memberikan ilmu itu kepadanya.”
Ingat, aku
menyampaikan kepada kalian sebagian apa yang telah Allah bukakan untuk kita.
Hanya kepada Allah aku memohon petunjuk dan kepadanya aku memohon bimbingan.
NASIHAT KE - 17
Rahasia Perbedaan Para Pelaku Kebajikan dan Antara Keutamaan
Mereka serta Beberapa Substansi Tatakrama
Saudara-saudara ku,
ketahuilah bahwa pendapat itu banyak sekali dan bidang ilmu pengetahuan itu
tidak terbatas, namun sebaik-baik pendapat ialah yag ditujukan untuk keridhaan Allah
dan seutama-utama ilmu ialah yang diamalkan kerana Allah SWT. Maka perhatikan
apa yang kammu tanyakan dengan telinga yang sigap, dengan fikiran yang sadar serta dengan hati yang penuh perhatian. Semoga Allah
memberikan taufik kepada kita untuk itu.
Adapun pertanyaan
kalian tentang keadaan orang-orang yang melakukan kebajikan dalam jumlah yang
sama, namun, nilai kebajikan sebagian mereka di sisi Allah lebih tinggi
daripada yang lain dan timbangan amal perbuatannya lebih berat daripada yang
lain, sungguh kalian telah membahas ilmu yang besar dan karakteristik yang
sangat beragam. Ketahuilah, perbedaan di antara hamba-hamba itu jauh sekali.
Berikut akan kugambarkan sebagian di antara keadaan mereka, seraya berharap
karunia dan bimbingan dari Allah SWT. Sebagian di antara mereka bisa menjadi
lebih unggul daripada yang lain karena ilmu, kebaikan niat, kejujuran lidah dan
kebenaran sikap wara’. Sebab, setiap amal perbuatan ada batasan-batasan, dan
bagi pelakunya ada persyaratan-persyaratan yang harus di penuhi.
Seorang hamba, bila
ia tidak mengetahui batasan amal perbuatan dan etika dalam beragama, tentu
perbuatannya tidak mengarah untuk mencari keridhaan Allah SWT, dan tidak pula
untuk memenuhi kebenaran dalam amalnya, juga tidak dalam niatnya. Kemudian pula
keadaan bila ia tidak mengenali penyakit-penyakit jiwa dan tipu daya setan,
tentu ia tidak berhati-hati dalam perbuatannya, dan juga tidak mengetahui betul
cara untuk memelihara diri dari musuh-musuh agamanya, padahal nafsu dan
musuhnya selalu memperindah urusan dunia di depan matanya daripada urusan
akhirat. Kedua-duanya selalu menjadikan dia tertarik pada hal-hal yang sesuai
dengan keinginan rendah jiwanya; kepada hal yang dibuat indah di mata manusia
tetapi menyebabkan aib baginya di mata Tuhan SWT, sedangkan hamba tersebut
senantiasa tunduk kepada keduanya. Hal demikian terjadi padanya karena
pandangannya telah tertutup sehingga tidak mampu lagi mengenali tipu daya ke
dua musuhnya itu. Akhirnya ia pun berbuat kebajikan dengan ilmu yang serba minim
serta pemikiran yang lemah. Kadang kala ia memang tidak tahu dan kadang tidak
mengenal; ada kalanya malah merugikannya dan kadang ia tidak mendapatkan
apa-apa.
Tipe orang semacam
ini, meskipun banyak melakukan amalan sunnah, namun ia hanya mendapatkan bobot
timbangan yang ringan, jauh lebih rendah derajatnya daripada orang-orang yang
berpengatahuan. Sedangkan yang lan, ia diberi akal dan pengetahuan sehingga
serasilah keadaannya. Ia melawan hawa nafsunya, berjuang melawan musuhnya,
meletakan sesuatu berdasarkan ilmu pada tempatnya, memberlakukan segala
perkatra secara proposiona, dan mencari keradhaan Allah melalui perbuatan
terpuji. Ia menahan diri dari hal-hal yang masih samar dalam pandangannya,
mencari ilmu untuk diamalkan, memlihih kebajikan dengan niat utama dan kemauan yang tinggi lagi sangat serasi dengan
kecintaan Allah SWT. Ia menjadikan niat yang paling benar sebagai dasar, dan di
atasnya ia membangun amalan kebajikan. Ia jaga dirinya dari riya dan ia
rahasiakan kehidupannya di mata orang lain. Tipe orang semacam ini, meskipun
sedikit amalan sunnahnya, merupakan yang terberat dan tertinggi nilainya,
sehingga amal perbuatannya yang sedikit itu akhirnya menjadi banyak juga.
Berikut aku akan
menggambarkan suatu karunia dari Allah sekaligus sebagai substansi dari
pekerti, kebaikan hati dan pencaian akan keridhaan Allah. Oleh karena itu, maka
yakinilah ia di dalam rahasia-rahasia hati, dan jadikanlah ia pondasi, lalu
dirikan di atasnya perbuatan kebajikan, karena di sanalah terletak keteguhan
serta keutamaan yang agung.
Namun lantaran ini
pula akan diambil tindakan atas seseorang untuk setiap penyimpangan yang
sumbernya dari dalam dada. Dan karunia tersebut adalah seperti yang terungkap
melalui beberapa riwayat berikut ini.
Di antaranya, telah
sampai kepada kami bahwa, salah seorang yang memilikiilmu berkata : “Telah keluar dari bawah ‘Arsy lembaran-lembaran putih dan itu
adalah niat-niat.” Seorang ahli ilmu lainnya berkata : Pelajarilah niat karena ia lebih penting daripada perbuatan.” Dikatakan : “Niat orang beriman lebih baik
daripada amalnya, dan bagi setiap orang sesuai dengan apa yang ia niatkan.”(Al
Bukhari)
Dalam Firman Allah
SWT yang berbunyi : “Tiap-tiap orang berbuat menurut
keadaannya masing-masing ( QS. Al-Isra’ : 84), Ahli tafsir berkata : “Para malaikat naik dengan membawa amal seorang hamba di antara
hamba-hamba Allah dan mereka menganggapnya sedikit. Mereka menghinanya
sedemikian rupa hingga perjalanan merek berakhir bersamanya pada suatu tempat
sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah SWT. Lalu Allah SWT mewahyukan kepada
mereka : “Kalaian adalah penjaga atas amalan hamba-Ku, sedang Aku mengawasi apa
yang ada di dalam dirinya, maka lipatgandakanlah untuknya dan catatlah pada
“Illiyyin (kitab yang tertulis).
Seorang tokoh berkata
: “Allah SWT akan memberikan kepada hamba berdasarkan niat
sessuatu yang tidak diberikan berdasarkan perbuatan.” Benar, karena niat itu bersih tidak riya’, sedangkan perbuatan
sering dicemari oleh riya’.”
NASIHAT KE - 18
Mennggemari Ilmu
Yang Wajib Dipelajari
Apabila orang-orang
suka kepada ilmu pengetahuan, jadikanlah kegemaranmu kepada ilmu yang
diwajibkan kepada hamba. Karen, telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw.
Berssabda : “Wahai kaum, utamakanlah niat dalam
mempelajari batas-batas kewajiban, dalam mengenal yang halal dan haram,
mengenal wara’ serta keikhlasan, karena Allah dalam berbuat.” Carilah ilmu yang demikian dengan kesungguhanmu, sebab orang jahil
terhadap batasan agama akan buta dari jalan petunjuk, berubah-ubah dalam sikap
anti kebenaran dan silih berganti dalam berbagai macam kerusakan.
Rasulullah saw.
Bersabda : “Seandainya orang yang bodoh melebihi
para mujahid dalam beribadah, tentu yang rusak lebih banyak daripada yang
benar.” Ingat, manakala engkau tidak mengerti
tentang batasan-batasan agama, pasti engkau merugi, tetapi manakala engkau
mengetahui tentang apa yang wajib atas mu, lalu kau amalkan, pasti engkau akan
berbahagia. Inilah perbedaan keutamaan antara dua orang. Salah satu di
antaranya mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan, tetapi sebenarnya tidak
ada kebutuhan untuknya apa yang dipelajarinya itu, dan ia pu tidak akan
ditindak di hari kiamat bila meniggalkannya, tetapi tetap akan ditanya tentang
ilmunya, tentang susah payahnya dalam mencarinya, dan apa yang ia keendaki dalam
menuntutnya? Sebab, bisa jadi tujuannya benar-benar untuk mendekatka diri
kepada Allah dan boleh jadi pula karena tertarik oleh nilai dunia dan
kemauannya. Adapun yang lain, orang yang mencari ilmu tentang batasan-batasan
kewajiban, yang jika diabaikan akan menyebabkan murka Allah. Begitu seterusnya,
hingga apabila benar-benar telah merasa mantap dengan ilmu tentang yang fardhu
tersebut, carilah bidang ilmu yang lebih sesuai dengan kecintaan Allah SWT, dan
yang lebih besar manfaatnya dalam agama. Semoga Allah memberikan kepada kita
sekalian taufik untuk setiap kebaikan melalui Rahmat-Nya.
NASIHAT KE - 19
Jadikanlah Kegemaranmu untuk Mencari Ilmu
Saudaraku! Apabila
orang lain berusaha mencari berbagai jenis kebajikan, saingailah mereka dalam
usaha tersebut, dan jadikanlah bagian tersebut dari keinginan itu untuk mencari
ilmu, karena Wali-wali Allah ialah orang-orang yang merenung, berfikir,
mempertimbangkan dan mengambil pelajaran. Maka, dengan akallah mereka menjadi
suka, takut, zuhud, beralih kepada petunjuk serta meningkat dalam derajat.
Telah sampai kepada
kami bahwa Rasulullah saw. Berkata kepada Ali ra. “Wahai Ali! Apabila
orang lain berusaha mengerjakan berbagai macam kebajikan untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan mereka, hendaklah engkau berusaha mencari berbagai macam ilmu,
niscaya engkau akan melebihi mereka dalam keakraban, kedekatan serta derajat di
dunia dan akhirat.” Dalam hadis yang lain Rasulullah saw.
Bersabda : “Allah tidak menerima shalat seorang
hamba, tidak pula puasanya, hajinya, umrahnya, sedekahnya serta jihadnya, juga
tidak sesuatu yang lain di antara macam-macam kebajikannya, bila ia tidak
berakal.”
Telah sampa pula
kepda kami bahwa ketika Allah SWT menciptakan akal, Allah berkata kepadanya : “Duduk!” lalu ia duduk. “Berdiri!” Lalu ia pun berdiri.
“Membelakangi!” ia membelakangi. “Menghadap!” ia pun menghadap. “Lihat!” ia
melihat. “Bicara!” ia berbicara. “Diam!” ia pun diam. “Dengar!” ia
mendengarkan. Dan “Pahami!” ia pun memahami. Maka Allah berfirman : “Demi
kemulian-Ku, ketinggian, keagungan, kebesaran dan kekuasaan-Ku atas ciptaan-Ku.
Aku tidak menciptakan sesuatu makhluk yang lebih mulia di sisi Ku, yang lebih
Aku cintai dan lebih utama pada suatu kedudukan, dari pada mu. Karena melalui
mu Aku di kenal, dengan mu Aku disembah dan dipuji. Lantaranmu Aku mengambil
tindakan, melalui mu aku memberi, karena mu Aku menjatuhkan sangsi, untuk mu
pahala dan atas mu siksaan.”
Sungguh, Allah SWT,
telah mengistimewakan akal dengan kemuliaan, memberinya pekara yang agung dan
menjadikan orang-orang yang berakal memiliki ketingian derajat
serta yang paling terhormat di dunia dna akhirat.
Salah seorang sahabt
berkata : “Bertambahnya akalku setiap
hari seukuran atom, lebih aku sukai
daripada mematahkan pedang di jalan Allah dengan jiwaku, hartaku, serta
pemberianku atas dasar kemurahan kepada berbagai macam kebajikan dan sedekah.” Maka, siapa di antara kalian yang menginginkan ilmu da berusaha
mencari jalan untuk mendapatkannya, ingatlah, bahwa yang paling utama yang
harus di ambil faedah dari akal itu adalah menggunakannya untuk taat kepada
Allah dengan menjalankan kewajiban yang difardhukan kepadamu, dan menghindari
larangan yang diharamkan atasmu. Maka, jika itu
telah engkau lakukan, berarti engkau telah mengambil bagian dari akalmu. Lantaran
inilah sebuah riwayat berbunyi : “Orang yang berakal
ialah... yang taat kepada Allah dan tidak ada akal untuk orang yang berbuat
maksiat kepada-Nya.”
Apabila engkau
menghendaki ketinggian dalam tingkatan akal, dan engkau suka kepada tambahan
manfaat dari Allah SWT, jadikanlah dirimu berlainan dengan orang lain dalam
berbuat. Karena manusia mendurhakai Allah justru dengan apa-apa yang telah
dikaruniakan kepada mereka, berupa kesehatan anggota tubuh, serta rizki yang
silih berganti, dan lain sebagainya di antara kenikmatan lahir; sehingga dengan
itu mereka menjadi kuat, kemudian melakukan maksiat kepada Allah SWT.
Saudaraku! Malulah
dirimu bila mendurhakai Allah dengan mempergunakan nikmat-Nya. Sebaliknya,
jadikanlah dirimu oarng yang mulia dan bersyukur, dan gunakan kenikmatan yang
ada di tanganmu untuk kesenangan yang gmerupakan tanda syukur atas
kepercayaan-Nya kepada mu. Maka, demi Tuhan manusia, jika engkau beristiqomah
dan mau menggunakan nikmat Allah untuk mencari keridhaan-Nya, niscaya engkau
akan meningkat dalam derajat akal kepada kemurnian iman, kemurnian agama dan
kebenaran pengenalan akan ke Agungan Allah, kebesaran-Nya, ketinggian-Nya, dan
ke Mahakuasaan-Nya SWT. Niscaya engkau akan meningkat kepada kejujuran sifat
malu kepada Allah SWT, sangat takut kepada Nya dan suka kepada keridhaan-Nya.
Niscaya engkau meningkat dalam kesabaran atas bala’ dari Allah, berserah diri
kepada urusan-Nya, ridha terhadap ketentuan-Nya, serta senang terhadap
perhatian dan pilihan-Nya untuk mu. Niscaya engkau akan meningkat dalam
kebenaran sikap takzim kepada-Nya, sikap meninggikan-Nya, percaya kepada-Nya,
perhatian kepada-Nya, berpegang pada-Nya, akrab dengan-Nya, cinta kepada-Nya,
serta rindu kepada-Nya, sesuai dengan pemahamanmu terhadap keagungan-Nya dan
kemahakuasaan-Nya SWT. Itulah derajat yang tertinggi \, sekaligus lebih berat
bobotnya daripada amal ibadah para mujtahid.
Demikianlah perbedaan
keutamaan antara dua orang. Yang satu mengerjakan kebajikan namun ia memiliki
sedikit ilmu tentang manfaat akal. Sedangkan yang lain adalah mencari
kesenagan-kesenangan Tuhan melalui akalnya, dan ia pun meyakini di dalam hati
akan kesesuaian sikapnya dengan Allah dalam hal yang dicintai dan dibenci,
sehingga naiklah ia melalui tingkatan demi tingkatan. Semoga Allah mengaruniai
kita sekalian ilmu yang bermanfaat serta akal yang cerdas. Aamiin.
NASIHAT KE - 20
Berusaha keraslah untuk menyenangi Apa-apa yang Disukai oleh
Allah SWT.
Saudara-saudaraku!Apabila
engkau melihat orang lain tidak senang kepada hal-hal yang disukai oleh Allah
SWT dan membenci sesuatu yang bermanfaat buat mereka di akhirat, ingat,
hati-hatilah kepada Allah. Jadilah engkau berseberangan dengan mereka dan
berjuang melawan kiwamu untuk menyenangi hal-hal yang disukai oleh Allah SWT.
Kadang kala ada suatu golongan yang mengaku senang kepada apa-apa yang disukai
oleh Allah, padahal sebenarnya mereka tidaklah demikian. Sebenarnya mereka
tidak menyukai banyak hak yang disukai oleh Allah dan membenci banyak hal yang
bermanfaat bagi mereka. Karena itu, renungkanlah permasalahan kalian! Kemudian,
bagaimana menurutmu tentang seorang terpelajar yang ditakdirkan oleh Allah SWT
memiliki seorang teman yang juga berilmu dan suka memberi nasihat untuk menuntunnya
menuju kecintaan Allah SWT, membantu membeberkan aib dirinya serta tidak lupa
pula mengarahkannya kepada tata cara berobat dari seluruh aibnya tersebut, agar
ia beralih dari kesesatan kepada tuntunan, sedangkan hal demikian termasuk di
antara kecintaan Allah? Seorang yang bodoh merasa keberatan apabila diberitahu
aib dirinya, atau bila ada orang yang mengetahui keburukannya, sehingga ia
merasa tersinggung terhadap orang yang suka membimbingnya, padahal ia tidak
sadar bahwa dirinya telah membenci orang yang ditakdirkan Allah untuk
menuntunnya. Berteman dengan juru nasihat yang mau merupakan rahmat bagi
seseorang. Oleh karena itu, kenapa harus merasa berat untuk menerimanya dan
kenapa harus merasa jengkel terhadap bimbingan yang diberikan kepadanya.
Demikian pula halnya bila ada seseorang yang simpati kepadanya, itu juga
merupakan rahmat dari Tuhan kepada hamba=Nya. Sehingga, ia akan menghindarkan
darinya fitnah kedudukan, yaitu perasaan memiliki status sosial terhormat serta
perasaan memiliki pengikut setia dari kalangan masyarakat. Maka, juru nasihat
itulah yang berperan menyelamatkannya dari fitnah tersebut, dengan membuat
dirinya menjadi tidak terkenal sehingga bila ia tidak ada, tidak ada yang perlu
mencarinya, sebaliknya, bila ia ada juga tidak ada yang gmengenalinya. Hal
demikian adalah lebih selamat untuk agamanya, dan merupakan salah satu di
antara karunia Allah SWT. Kepadanya.
Telah sampai kepada
kami bahwa Allah SWT berfirman : “Hamba-Ku! Aku
tidak menyembunyikan sebutanmu di dunia sebagai perhatian dari Ku kepada mu.”
Padahal orang yang
terperdaya bersedih terhadap rendahnya nilai dirinya di kalangan masyarakat. Ia
berduka karena tidak terkenal dan merasa benci lantaran perhatian dan pilihan
Allah untuk dirinya itu, padahal ia tidak mengetahui hal demikian dari dirinya.
Demikian juga
seseorang yang diperhatikan oleh Allah dengan dipalingkan darinya fitnah harta
agar tidak melampaui batas dan tidak menjadi sibuk dengan dunianya dan lupa
pada perkara-perkara akhirat. Allah Yang Maha Pengasih menjadikannya sedikit
harta, lapang dada, selamat dalam agamanya, jarang berbaur, ringan bebannya,
sebentar tertahannya, sedikit hisab nya, sedikit yang ditanyakan kepadanya,
segera menyeberang di atas shirath, dan semua itu merupakan bentuk kasih sayang
Allah kepadanya.
Allah SWT berfirman
: “Hamba-Ku berduka karena Aku memalingkan dunia darinya, padahal yang demikian
justru yang paling dekat kepada-Ku dan sesuatu yang lebih Aku sukai.”Hamba yang
berduka lantaran dunia dipalingkan darinya seakan-akan ia tidak menyukai
kecintaan Allah SWT kepadanya sedangkan ia tidak merasakan. Tetapi ia selalu
merasa pesimis dengan sedikit harta dan menganggap perbuatan Allah kepadanya
sebagai pertanda buruk, padahal ia tidak memahami apa sebenarnya yang terjadi
dengan dirinya.”
Orang seperti ini
banyak jumlahnya, ia dicintai oleh Allah SWT dan dicintai oleh orang-orang yang
mencintai-Nya, sedang dirinya benci kepada semua itu. Semoga Allah melindungi
kita semua dari perilaku demikian.
NASIHAT KE - 21
Berseberanganlah
dengan Orang-orang yang Gemar pada Sesuatu yang Menyebabkan Allah Benci
Saudara-saudaraku!
Apabila engkau melihat orang-orang menggemari perbuatan yang menyebabkan Allah
benci, meski di antara mereka terdapat sekelompok orang yang mengira bahwa
mereka hanya benci kepada hal-hal yang akan merusak agama,padahal sebenarnya
tidak, karena sesungguhnya mereka itu menyukai hal-hal yang menyebabkan Allah
marah dan mereka bergembira dengan sesuatu yang merusak agama, maka jadilah
engkau orang yang berseberangan dengan mereka. Bagaimana pendapatmu tentang
seseorang yang terbuai dalam pujian, sanjungan, dan kedudukan di dunia, padahal
Allah tidak menyukai hal demikian dan juga tidak menyukai oarng yang
menyukainya?
Orang yang bodoh
pasti mendambakan sesuatu yang tidak disukai oleh Allah SWT, berupa sanjungan
dan sikap berlebih-lebihan, seakan-akan ia senang terhadap kebencian Allah
kepadanya, sedang ia tidak merasakan. Semoga Allah melindungi kita dari hal
demikian. Demikian pula keadaannya dengan seseorang yang tergila-gila terhadap
harta, kemegahan dan perhiasan di dunia, padahal Allah SWT membenci hal
demikian dan membenci orang yang menyukainya.
Telah sampai kepada
kami bahwa Alah SWT berfirman : “ Hamba-Ku bergembiralah bahwa aku
melapangkan baginya di dunia, padahal yang demikian adalah sesuatu yang
membuatnya lebih jauh dari-Ku dan lebih tidak Aku sukai.” Seorang haba selalu mendambakan sesuatu
yang dibenci oleh Allah seakan-akan ia menyukai kebencian Allah kepadanya,
sementara ia tidak menyadarinya. Contoh seperti ini banyak : Ia dibenci oleh
Allah SWT dan dibenci oleh orang-orang yang mencintai Allah SWT. Sementara
hamba tersebut tetap tergila-gila kepada hal demikian.
Itulah perbedaan di
antara dua tipe hamba. Salah satunya senang akan perhatian Allah kepadanya,
menyukaia apa yang disukai-Nya dan membenci apa yang dibenci oleh Nya SWT. Yang
lainnya membenci banyak hal yang disukai oleh Allah SWT; sebaliknya ia
menyenangi hal-hal yang justru dibenci oleh Allah SWT. Ia tertarik kepada hal-hal
yang bakal merusak agamanya dan membenci hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya
di akhirat. Ia bersedih terhadap perlakuan Allah kepadanya, padahal ia tidak
memahami apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya. Cukuplah hal demikian
sebagai musibah yang menimpa seorang hamba ketika sore dan pagi hari, yaitu
berupa kelakuannya yang membenci apa yang sesungguhnya dibenci
oleh Allah SWT dan ia pun terus-terusan berbuat demikian sepanjang umurnya.
Celakalah dirimu,
sesungghuhnya hal demikian merupakan puncak sikapmu yang menentang Allah SWT
sekaligus merupakan puncak permusuhanmu terhadap diri sendiri jika engkau
memahami.
Saudara-saudaraku!
Bermawas dirilah kepada Allah SWT. Janganlah engkau hanya bersandar pada ibadah
tetapi tetap tekun menggemari hal-hal yang tidak disukai oleh Allah SWT,
berusaha keraslah untuk menyalahi kemauan rendah jiwa, juga berusaha keraslah
untuk bersesuaian dengan Allah SWT dalam segala sesuatu yang disukai dan tidak
disukai oleh-Nya, karena usaha demikian adalah wajib dan pahalanya pun jelas
sekali; sebaliknya bahaya menyia-nyiakannya tidak kalah besar pula. Maka
cukuplah kiranya sebagai dosa bahwa Allah menyukai suatu perkara tetapi engkau
malah membencinya; Bahwa Dia tidak menyukai sesautu, justru engkau menyukainya,
yaitu suatu bentuk perselisihan antara makhluk dan khaliq-nya. Padahal Allah
SWT Maha Mengetahui isi hati hamba-Nya. Mahasuci Allah, alangkah bijaknya Dia
terhadap hamba yang mampu mengenali hal demikian melalui nuraninya. Duhai
fitnah yang menimpa kebanyakan orang, suatu persitiwa yang dapat saksikan
dengan mata kepala kita, dan hanya sedikit yang selamat. Semoga Allah SWT
melindungi kita sekalian sebagaimana Dia melindungi para kekasih-Nya. Amin ya
rabbal Alamin.
--000--
NASIHAT KE - 22
Khusuk dalam Shalat
Saudara-saudaraku!
Jika orang lain hanya menghadirkan jasad mereka ketika melaksanakan shalat dan
hanya berlaku khusyuk dengan anggota tubuh, sedang hati mereka lalai dari
Tuhan-nya, ingat! Hati-hatilah kepada Allah; hadirkanlah hatimu bersama jasadmu
dan berdirilah menghadap Allah SWT bagaikan seorang hamba yang sedang berdiri
di hadapan majikannya, yang diliputi oleh suana khusyuk, segan, tenang, serta
penuh takzim.
Seringkali sebagian
kami menghormati sebagian yang lain, dan berbicara lemah lembut kepada mereka dengan
tutur kata penuh hormat dan malu atau berharapharap atau merasa cemas. Kalau
begitu, wahai manusia, bukankah Allah SWT lebih utama untuk dihadapi dengan
penuh rasa tkazim dan malu? Atau, apakah memang kalian bodoh terhadap karunia
Allah atas hamba-hamba-Nya? Kalau begitu, kenapa engkau tidak mengagungkan Yang
Maha Perkasa dengan keagungan yang jauh lebih besar daripada semua makhluk?
Lalu, tidak kurang pentingnya daripada itu pula, yaitu engkau harus menyimak
penuh perhatian terhadap Kalam Allah SWT sebagaimana engkau memperhatikan
pembicaraan orang yang kau hormati. Hal demikian agar Tuhan tidak menjadi lebih
rendah di matamu daripada makhluk-Nya, Maha Suci Allah dari hal demikian.
Ingat, berhati-hatilah kepada Allah SWT.
Kemudian daripada
itu, wahai saudara-saudaraku! Kenalilah kedudukan Dzat yang kau hadapi itu!
Diriwayatkan dari salah seorang tokoh ilmu pengetahuan tentang firman Allah
yang berbunyi :“Berdirilah karena Allah (dlaam shalatmu) dengan khusyuk (QS.
Al-Baqarah : 238), Ia berkomentar : “Qunut” dalam ayat
tersebut khusyuk di kala rukuk dan sujud, menahan pandangan, serta merendahkan
diri karena takut kepada Allah SWT.”
Para Ulama, apabila
mereka berdiri untuk melakukan shalat, mereka merasa segan untuk menoleh, atau
melakukan kesia-siaan dengan apapun, atau berbicara kepada diri sendiri tentang
sesuatu di antara urusan dunia, keccuali bila lupa.
Salah seorang ahli
ilmu berkata : “Shalat dua rakaat yang dilakukan
dengan ringan (sebentar) dan diniatkan untuk berfikir, lebih baik daripada sjalat
malam dengan hati dalam keadaan lalai.” Yang lain berkata : Sesungguhnya sekelompook orang yang menunaikan shalat yang sama
tetapi mereka memiliki keutamaan yang berbeda bagaikan perbedaan antara langit
dan bumi. Salah seorang diantara mereka shalat dengan khusyuk serta menghadap
kepada Allah SWT, sedangkan yang lain lalai.” Telah sampai kepada
kami sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa, jika seseorang berdiri untuk
menunaikan shalat dan mengucapkan Allahu Akbar setan mendatanginya
dan berkata kepadanya :Ingatlah ini, ingatlah itu. Ia menyebutkan
keperluan-keperluannya, menfitnahnya, serta membisikan kesibukannya. Lalu Malaikat berkata kepadanya : Pusatkan perhatian
terhadap shalatmu. Malaikat itu memanggil melalui telinga
kanan dan setan menyerunya melalui telinga kiri, sedang hatinya berada di
antara dua seruan itu. Maka jika ia taat kepada Malaikat, malaikat itu akan
memukul setan dengan sayapnya dan mengusirnya. Namun jika ia taat kepada setan.
Malikat berkata : Celaka! Celaka! Seandainya engkau menuruti
kataku, tentu tidaklah engkau berdiri untuk melaksanakan shalat melainkan Allah
mengampunimu untuk setiap dosa.” Kemudian telah sampai
pula kepada kami cerita lain yang menyebutkan bahwa hamba tidak mendapatkan
sesuatu dari shalatnya kecuali apa yang ia pahami darinya.
Di antara salah
seorang khalifah ada yang berkata : “Apabila salah
seorang di antaramu berada dalam shalat, hendaklah ia menjadikan shalat itu
sebagai tujuannya serta memusatkan perhatian kepadanya, dan janganlah kalian
seperti kuda yang dikepalanya terdapat keranjang kosong yang diangkat dn
diturunkannya padahal tidak ada apa-apa di dalamnya.” Ingat, jadilah engkau takut terhadap sikap menganggap ringan
urusan Allah supaya engkau tidak keluar dari setiap shalat dalam keadaan
sia-sia. Semoga Allah melindungi kita semua dari kerugian semacam itu.
Nah inilah perbedaan
di antara dua orang, salah satunya bila ia mendirikan shalat, jasad bersama
hatinya lali dari Allah SWT, sedang yang lain, hatinya hadir bersama jasadnya
dalam keadaan takut kepada Allah SWT. Ingat, berhati-hatilah kepada Allah SWT.
Saudaraku! Berusaha
keraslah untuk menghadirkan hatimu dalam shalat dan janganlah kamu terperdaya
oleh wakil-wakil setan. Sebab, mereka hanya menghadirkan jasad-jasad mereka
tatkala shalat namun hati mereka terbuai oleh geemerlapnya dunia serta
angan-angannya, lalu mereka mencari-ceri alasan utuk diri mereka. Mereka
menduga bahwa para sahabat pilihan pun pernah lengah dalam shalat mereka,
dengan tujuan untuk memperoleh pembenaran atas kelalaian mereka dari mengingat
Allah SWT, sekalipun dalam hal ini mereka harus mengumpat orang-orang pilihan.
Ketahuilah wahai
kaum! Sesungguhnya para sahabat itu, apabila mereka dicoba dengan kelalaian,
mereka menganggap besar masalah itu, mereka khawatir terhadapnya dan tidak rela
dengan kenyataan seperti itu yang menimmpa diri mereka.
Telah sampai kepada
kami bahwa Rasulullah saw. Mencela orang-orang yang lalai dalam shalatnya, maka
peringatan inilah yang sangat menakutkan mereka sehingga berusaha untuk
menutupi kelalaian itu dengan kembali kepada ingatan semula. Mereka berjuang
keras menghadirkan hati, memahami tentang Allah SWT, merasa takut kepada-Nya,
serta tidak pernah mencari-cari alasan untuk menutupi kesalahan tersebut
seperti yang kamu lakukan dengan berdalih atas kelaian mereka.
Kemudain, apakah kamu
juga mengira-ngira kelalaian sahabt dan pikiran yang terlintas dalam shalat
mereka sama dengan kelalaian dan pikiran yang terlintas dalam pikiranmu yang
selalu membayangkan kesibukan berbisnis, berdebat, berangan-angan dan
berandai-andai itu? Dan jika memang kalian berprasangka demikian terhadap
mereka, sungguh kalian telah berburuk sangka kepada mereka dan ini berarti
kalian melecehkan dengan diri kalian. Apalagi jika kalian mengira bahwa
kelalaianmu dalam shalat tidak seberapa bila dibandingkan dengan kelalaian pra
sahabat. Sungguh kalian telah menganggap baik diri sendiri dan mengangkatnya
kepada tingkatan para wali, maka alangkah buruknya godaan jiwa terhadap kalian
itu! Tidakkah pernah sampai kepada kalian bahwa di antara tabi’in ada yang
berkata : “Kami mendapatkan bisikan ketika
shalat.” Kemudian yang lainnya menimpali : “Aku juga mendapatkan itu.” Lalu ada yang
bertanya : “Apa yang anda dapatkan itu?” Ia menjawab : Aku mendapatkan bisikan yang
mengingatkan surga dan neraka! Sedang aku se akan-akan berdiri di hadapan
Tuhanku.” Yang lain berkata : “Kami mendapatkan bisikan yang
mengingatkan dunia dan kebutuhannya.” Lantas yang pertama
mnimpali : “Anddai aku jatuh dari langit ke
bumi, hal ini lebih aku sukai daripada Allah mengetahui bisikan-bisikan tadi
dari hatiku.” Nah, demikianlah keadaan orang-orang
pilihan tersebut.
Wahai kaum penempuh
jalan kebenaran, renungkanlah apa yang telah diperbuat oleh setan untuk
mencelakakanmu ketika ia berusaha untuk menjadikan hatimu lalai dari mengingat
Allah SWT, dalam shalat, lalu dia memperindah untukmu bentuk dalih dengan
mengatasnamakan kelalaian orang-orang suci. Celakalah engkau, seandainya engkau
kembali menghina diri sendiri tatkala lalai itu, kemudian mengakui keburukan
dan kesalahan pribadi, tentu hal demikian untuk kalian akan lebih dekat kepada
ampunan daripada mencari-cari alasan dengan menyebut-nyebut kelengahan
orang-orang lain yang lebih suci. Kenapa engkau tidak menganggap besar
kesalahanmu saja sebagaimana para sahabat menganggap berat kelalaian mereka.
Telah sampai kepada
kami bahwa slah seorang sahabat melaksanakan shalat di kebun kormanya. Maka ia
pun disibukan oleh pikiran tentang kebunya itu sehingga ia lupa dalam shalat,
latas ia pun menganggap besar hal itu dan meratap : Aku telah terkena fitnah dalam hartaku.” Kemudian ia menyedekahkan buah kormanya itu di jalan Allah hingga
nilainya mencapai lima puluh ribu dirham. Nah, siapa di antara kalian yang
pernah mengaanggap besar kelalaiannya dalam shalat dan bersedekah untuk
menutupinya dengan setumpuk harta? Ah, kau! Tidakkah kalian merasa malu dengan
pembadingan kalian itu sehingga berani berkata : “Kalian menyerupakan mereka
dengan diri kalian! Wahai kaum, alangkah buruknya qiyas itu dan alangkah mentahnya
alasanmu itu?
Tidakkah lebih baik
bila kalian mau meneladani kehusukan umat-umat pilihan itu dan mencoba mereka
dalam mengagungkan urusan Allah SWT. Telah sampai kepada kami bahwa sebagian
mereka, ketika shalat, bagaikan pakaian yang tergeletak, di antara mereka ada
yang laksana kayu kering, ada yang selalu merasa gentar dan berubah warna
karena berdiri di hadapan Allah SWT, ada lagi yang tidak bisa mengenal orang
yang di sebelah kiri maupun kanannya, dan ada pula apabila ia berdiri untuk
shalat seolah-olah ia tonggak kayu yang menacap saking khusyuknya.
Ada sebuah cerita
tentang ‘Ali bin Abi Thalib ra. Bahwa apabila ia berwudhu terlihat perubahan
warna di mukanya menjadi pucat. Lalu ditanyakan kepadanya : “Wahai Amir al
Mu’minin, kami perhatikan bila engkau berwudhu berubahlah keadaanmu?” Ia
menjawab : “Aku sadar dihadapan siapa aku akan berdiri menghadap?” Demikian
juga halnya dengan seorang tabi’in, apabila ia hendak shalat berubahlah roman
mukanya, dan ia berkata : “Tidakkah kalian tahu di hadapan siapa aku berdiri?”
Kepada siapa aku bermunajat?” Nah, siapa di anatara kalian, karena Allah, bisa
mengalami haibah (Ketakjuban dan ketakutan dengan penuh takzim) seperti ini?
Kemudian pernah pula sampai kepada kami bahwa di antara sikap mereka dalam mengagungkan
perkara Allah itu, yaitu apabila ia tidak sempat mengikuti takbir pertama dalam
shalat berjamaah, ia berkabung selama tiga hari karena mengganggap besar urusan
itu. Demi Allah, demikiankah dengan dirimu?
Para pembaca budiman!
Jika anda tidak sempat mendapatkan takbir pertama dalam shalat berjamaah atau
jika anda melewatkan kesempatan untuk berbuat baik, sungguh, adakah anda mau
berkabung? Justru sebaliknya, jika diantara kalian ditimpa musibah pada
hartanya, maka itulah yang dianggap musibah besar di mata kalian sehingga
kalian saling menghibur dengan musibah dunia itu. Kalian meminta pertolongan
karenanya, kalian menjadi terhadap takdir dari Allah, dan mengeluh kepada
sesama manusia tentang perbuatan Allah SWT! Tetapi lain halnya, jika kalian terlewatkan
kesempatan untuk beramal baik dan terjerumus kepada perbuatan dosa, malah tidak
pernah terlihat kalian saling menghibur ssatu sama lain, seakan-akan peristiwa
itu bukanlah musibah menurut kalian. Kalau begitu, sangat jauh bahkan alangkah
jauhnya kalian dari kemiripan dengan orang-orang salaf pilihan tadi! Celakalah
kalian, karena telah meninggalkan sikap meneladani keutamaan orang-orang yang
takwa, tetapi berdalih dengan kesalahan sepele mereka, seakan-akan kesalahan
dan kelalaian kalian sama dengan kesalahan dan kelalaian mereka. Sungguh kalian
telah berbohong, wahai orang-orang lalai. Ingat, hati-hatilah kepada Allah,
tinggalkan sikap mencari-cari alasan dan dalih yang sangat lemah; berjuang
keraslah untuk menhadirkan hati di kala shalat, memahami tentang Allah SWT, dan
menjunjung tinggi urusan-Nya agar kau tidak keluar dari shalatmu dalam keadaan
sia-sia. Semoga Allah menjadikan kita sekalian di antara orang-orang yang
beramal salih yang selalu mersakan haibah terhadap-Nya. Amin.
NASIHAT KE - 23
Puasa dari Hal-hal Yang Diharamkan oleh Allah SWT
Sahabatku! Jika orang
lain berpuasa dengan menahan diri dari makanan dan minuman, ingat, jagalah
puasamu agar jangan sampai berbuka dengan barang haram, dan waspadalah
terhasdap dampak-dampak yang bakal merusak puasamu. Sebab, telah sampai kepada
kami bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Orang yang
berpuasa ialah orang yang meniggalkan omong kosong, menggunjing, adu domba,
dusta, kebodohan dan kekejian; yang memelihara, berjaga-jaga dan menahan
pandangan. Maka siapa yang tidak melakukan itu, sesungguhnya ALLAH SWT
berfirman : Tidak ada artinya ia meninggalkan makanan dan minuman.” Inilah perbedaan keutamaan antara dua orang, yang satu menjaga
anggota tubuhnya dalam puasa, berhati-hati terhadap makanan berbukanya, serta
mengawasi seluruh keadaannya. Tentu saja, orang yang satu ini akan mendapatkan
amal perbuatan yang lebih berat bobotnya daripada orang yang hanya meninggalkan
makan serta minum dikala berpuasa, namun dalam berpuasa ia tidak bersikap wara’
terhadap efek-efek buruk. Sebab, barangkali saja dia mengkonsumsi warna-warni
syahwat yang bercampur dengan hal-hal haram di kala berbukanya. Rasulullah saw.
Bersabda : “Andaikan engkau shalat sampai engkau
menjadi bongkok dan berpuasa sampai seperti tali senar, tidaklah diterima
darimu hal demikian kecuali dengan wara’ yang tulus.”Berhati-hatilah
terhadap Allah, dan jagalah batas-batas agama dengan ketulusan sikap wara’.
Semoga Allah memberikan kepada kita taufik untuk setiap kebaikan dengan
Rahmat-Nya.
NASIHAT KE - 24
Memperbanyak Nawafil
untuk melengkapi fardhu
Saudara-saudaraku!
Apabila orang lain melaksanakan amalan sunnah dengan berpuasa dan shalat demi
untuk mencari pahala, ingat, utamakanlah niatmu dalam memperbanyak shalat
sunnah demi untuk menyempurnakan shalat fardhu, karena banyak cacatnya. Sebab,
cita-cita orang yang berakal dalam seluruh amalan kebajikannya dan amalan
sunnahnya adalah untuk menyempurnakan yag fardhu.
Telah sampai kepada kami,
sesungguhnya di atas Jahannam terdapat beberapa jembatan. Pada jembatan pertama
si hamba akan ditanya, maka jika imannya bebas dari nifaq, riya, keraguan dan
ujub, ia akan selamat. Tetapi, jika tidak, pasti ia akan terlempar ke neraka.
Lalu pada jembatan kedua ia akan ditanya tentang wudhu, mandi jinabah, tentang
shalat dan puasa, maka jika ia telah menjalankannya dengan sempurna, ia akan
selamat dan kalu tidak, ia akan terlempar ke neraka. Kemudian, pada jembatan
ketiga akan ditanya pula tentang zakat, haji, dan umrah. Maka jika ia telah
melaksanakannya dengan sempurna, selamatlah ia. Kalau tidak, akan terlemparlah ia
ke neraka. Semoga Allah SWT
melindungi kita sekalian dari api neraka.
Di antara sahabat ada
yang berkata : “Pertama-tama yang bakal diperhitungkan dari si hamba pada hari kiamat ialah
Shalat wajib, maka jika ia sempurnakan shalatnya, ia akan selamat. Jika tidak.
Akan dikatakan kepadanya ‘Lihat! Apakah ia memiliki amalan sunnah? Maka jika ia
mempunyianya, akan disempurnakan kewajibannya dengan yang sunnah itu, tetapi
jika kewajibannya tidak sempurna sedang ia tidak memiliki amalan yang sunnah,
maka akan ditarik ujung rambut dan ujung kakinya, lalu dilemparkan ke neraka.” Semoga Allah melindungi kita sekalian dari hal demikian.
Telah sampai kepada
kami bahwa Allah STW berfirman : “Tidak selamat dari-Ku hamba Ku kecuali dengan melaksanakan apa
yang telah Aku wajibkan kepadanya.” Saudara-saudaraku,
kini aku yakin bahwa aku dituntut untuk melaksanakan kewajiban yang belum
sempurna, bahkan tidak pula mendekati kesempurnaan, padahal aku juga menemukan
kekurangan dalam amalan sunnahku lebih berlipat lagi. Maka, sempitlah dadaku
sehingga aku khawatir bahwa kewajiban yang tidak pernah sempurna itu menjadi
sia-sia, lalu ditambah pula dengan amalan sunnah yang ternyata lebih tidak
berguna. Nah, bagaimana akan menjadi baik, pakaian compang-camping yang
ditambal dengan tambalan yang buruk. Maka akupun yakin tentang amalan yang jauh
dari kesempurnaan dan aku pun khawatir bahwa diriku akan terlempar bersama
orang-orang yang terlempar. Sehingga akhirnya terpaksa aku berusaha keras untuk
menunaikan segala kewajiban dengan sesempurna mungkin, namun tetap sangat butuh
kepada amalan sunnah untuk menutupi kekurangan dalam batasan-batasannya. Di
sampiing itu, akupun sangat memerlukan perbuatan-perbuatan kebajikan untuk
menutupi keburukan-keburukan ku, dan hal itu cukup membuatku sibuk dari tujuan
mencari pahala melalui amalan sunnah. Sungguh aku telah banyak sekali
mengabaikan batasan-batasan kewajiban. Maka, renungkanlah urusan kalian, dan
jika apa-apa yang telah menimpaku berupa kelalaian telah menimpa kalian pula
meski hanya sebagiannya, perbanyaklah amalan sunnah untuk menyempurnakan
kewajiban tersebut! Sebab, telah sampai kepada kami bahwa Allah SWT tidak
menerima amalan sunnah sebelum kewajiban (yang fardhu) dilaksanakan. Dan telah
sampai kepada kami pula bahwa kekurangan dalam kewajiban bakal ditutupi
bilangannya dengan amalan-amalan sunnah bila amalan sunnah itu memadai.
Demikian pula dengan kekurangan yang terdapat pada zakat, dapat ditutupi dengan
sedekah bila memang sedekah itu memadai, dan seperti inilah seterusnya seluruh
amalan kebajikan yang lainnya.
Adapun orang-orang berakal yang
selalu menjunjung tinggi hukum-hukum Allah, maka jika ia sangat gemar
melaksanakan amalan sunnah, biasanya yang dominan dalam hati dan niatnya adalah
melaksanakan kewajiban terhadap Allah, kemudian ia sempurnakan kekurangannya
dengan amal kebajikan yang banyak tersebut. Tidak hanya
memperrbanyak, namun sudah seharusnya bahwa tujuan dan niatnya adalah untuk
menyempurnakan hak-hak Allah SWT dengan rasa prihatin terhadap kekurangannya.
Itulah akal yang paling utama, niat yang paling baik, dan amalan yang paling
tinggi nilainya serta paling berat bobotnya. Rasulullah saw. Telah mensifati
orang-orang seperti itu melalui sabdanya : “Ingatlah,
sesungguhnya orang-orang yang beramal itu, mereka adalah Ulama Allah, yang
memahami Allah dan mengerti tetang-Nya serta menjalankan kewajiban mereka
terhadapt-Nya.” Sampai kepada ucapan Beliau : “Merekalah orang-orang pilihan Allah
di antara makhluk-Nya.” Inilah pperbedaan keutamaan antara dua orang, yang satu, tujuan
dan niatnya adalah untuk menyempurnakan amal perbuatan demi Junjungannya, tidak
peduli akan diberi pahala atau tidak untuk hal demikian. Sedang yang lain
bagaikan orang upahan jahat yang hanya menuntut upah, padahal sebenarnya ia
hanya merusak pekerjaan-pekerjaan orang yang mengupahnya. Tentu saja orang
seperti ini sebenarnya lebih pantas untuk mendapatkan ssangsi dari upah, karena
amemang selamanya ia hanya meminta upah pada sesuatu yang dapat mendatangkan
sangsi. Seorang tokoh Ilmu Pengetahuan berkata : “Sekelompok orang merasa telah
telah mengerjakan perbuatan-perbuatan taat yang banyak, tetapi ketika berada di
hadapan Allah, mereka mencari-cari pahala dari perbuatan mereka dahulu, namun
mereka malah menemukan bahwa ternyata Allah SWT telah membuat perhitungan
dengan mereka sampai kepada hal kecil seberat atom. Sehingga nampaklah bagi
mereka dari Allah SWT apa yang tidak mereka kira sebelumnya.”
Oleh karena itu,
Wahai saudara-saudaraku, jadikanlah tujuan utamamu dalam memperbanyak amalan
sunnah hanya untuk menutupi kekurangan pada amal perbuatan yang wajib. Karena
itulah niat yang paling utama, tujuan yang paling mulia dan paling cocok dengan
kecintaan Allah SWT. Dari titik inilah sebagian orang dapat mengungguli
sebagian yang lain dan mereka saling melebihi dalam keutamaan. Semoga Allah
memberikan Taufik kepada kita sekalian untuk setiap kebaikan melalui
rahmat-Nya. Aamiin.
NASIHAT KE – 25
Memperbanyak
Kebajikan untuk Menghapus Keburukan
Saudara-saudaraku!
Apabila semua orang beramal untuk menggapai status yang lebih tinggi, janganlah
engkau bodoh terhadap urusanmu dan utamakanlah niat dalam memperbanyak
kebajikan untuk emnghapuskan kejahatan sebagai rasa takut terhadap akibatnya.
Seorang tokoh ilmu pengetahuan berkata : “Orang yang paling berakal di antara manusia ialah yang takut terhadap
dosa-dosanya meskipun sedikit.” Salah seorang sahabat berkata : “Engkau memohon surga, amat jauhlah itu!Ia mengatakan ini karena amat khawatir
terhadap akibat dosa-dosanya. Sahabat yang lain berkata :“Aku lebih suka
sampai keluar mataku, bila Allah tidak mengampuniku walau hanya satu dosa
saja.”
Itulah perbedaan
keutamaan antara dua orang, yang satu merasa takut dan sungguh-sungguh untuk
mendapatkan ridha Allah, sehingga keinginannya hanyalah untuk keselamatan.
Sedangkan yang lain menginginkan martabat dan keududukan. Sungguh ia telah
mengabaikan kewajiban dan berhak mendapatkan sangsi. Ingat, jadikanlah niat
dalam mengerjakan kebaikan adalah untuk menghapuskan kesalahan-kesalahan,
karena hal demikian lebih utama dan lebih mulia. Semoga Allah memberikan kepada
kita sekalian amal perbuatan yang bermanfaat.
NASIHAT KE - 26
Bersikap Wara’
terhadap Larangan-larangan Allah SWT.
Saudaraku! Apabila
orang lain berbuat kebajikan, namun dalam hal ini mereka timbul tenggelam dalam
perbuatan dosa dan sering mencapuradukan antara amal salih dengan perbuatan
yang buruk, seraya berangan-angan bahwa kejahatan-kejahatan tersebut akan terhapus
dengan kebaikan, ingat, hati-hatilah terhadap Allah SWT, Ikhwanku, bersucilah
dari kesalahan dengan melakukan Inabah (kembali dari dosa-dosa menuju taat)
serta menyessali diri karena telah melakukannya. Sebab, inabah itu lebih jelas
pengaruhnya dalam menggapai ridha Allah. Lebih suci untukmu, dan lebih manjur
dalam menghapuskan dosa-dosa daripada kebaikan yang tercemar dengan keburukan.
Telah sampai kepada kami
bahwa seorang tokoh berkata : Dua orang laki-laki berjumpa di surga, yang satu
lebih banyak menjalankan pusa dan shalat dalam keadaan senantiasa istiqamah dan
melakukan inabah kepada Allah SWT.” Orang-orang berkata : “Bagaimana itu bisa terjadi? Ia menjawab : “Karena dia adalah
yang paling wara’ di antara keduanya terhadap larangan-larangan Allah.” Inilah perbedaan keutamaan antara dua orang laki-laki tersebut.
Kemudian ada lagi
tokoh yang lain berkata : “Barangsiapa yang ingin menjadi tekun dan sungguh-sungguh,
hendaknya berusaha keras menahan diri dari dosa-dosa.” Wahai kaum, dekatkanlah diri mu kepada Allah SWT dengan takwa dan
dengan menjauhi hal-hal yang haram adalah lebih beruntung di sisi Allah dan
lebih tinggi nilainya daripada orang-orang yang beribadah sedangkan mereka
masih mencampuradukan (antara mal salih dan dosa). Sekalipun mereka mengerjakan
amal-amal salih, tetatpi tidak disertai maraqabah kepada Nya. Oleh karena itu,
jadikanlah keinginan terbesarmu menjadi wara’ terhadap larangan-larangan Allah
SWT dan meninggalkan perselisihan tentang larangan-larangan Allah SWT dan
meninggalkan perselisihan tentangnya, kareena orang yang paling mulia di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara mu, dan Allah pun hanya
menerima amal perbuatan orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menjadikan kita
semua seperti demikian.
Komentar
Posting Komentar